Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENMESED | 12 - MAD

Heejin menuangkan madu ke atas pancake buatannya. Tadi Jaehyun mengatakan kalau Ia mulai berkerja sekarang. Entah kenapa saat mendengar itu perasaannya tidak enak.

Heejin membalikkan badannya saat mendengar suara kaki Jaehyun turun. Pria itu menghampirinya yang baru saja siap membuat makanan.

"Aku sudah membuat sarapan." Jaehyun menghiraukan Heejin, Ia terlihat sibuk melihat ponselnya.

"Tidak ada waktu lagi." Jaehyun meminum susu yang terletak di pantry lalu bergegas pergi.

Heejin langsung cemas saat melihat Jaehyun pergi tanpa makan sepotong pancake buatannya. Ia berlari mengejar Jaehyun yang sudah mulai keluar dari mansion.

"Setidaknya anda makan satu suap dulu." Teriak Heejin.

"Sudah terlambat."

"Kalau begitu anda jangan bekerja terlalu keras. Hubungi saya jika anda membutuhkan sesuatu." Jaehyun tidak menggubris perkataan gadis itu, lalu melajukan mobilnya di atas rata-rata.

Heejin sekarang paham bagaimana beratnya menjadi seorang perawat. Sangat melelahkan. Tapi kalau dipikir-pikir, belakangan ini sepertinya Jaehyun mudah di atur. Apa mungkin menurutnya saja?

Tidak mau mengambil pusing, Heejin kembali masuk ke dalam mansion lalu mulai membersihkan rumah yang bisa di bilang cukup bersih.

Baru saja ingin membersihkan rumah ponsel Heejin berbunyi. Yoobin menelepon. Ah ya, karena mereka sudah merasa cukup dekat, keduanya memutuskan untuk saling menukar nomor.

"Ya, ada apa?"

"Apa tuan Jaehyun sudah ke kantor?"

"Sudah. Lima menit yang lalu."

"Bisakah kau menolong ku?"

"Selagi itu hal yang mudah bisa ku bantu."

"Begini, aku lupa memberitahu dia untuk membawa naskah. Bisakah kau membawanya kemari?"

"Baiklah akan ku antar."

"Antar di kafe dengan kantor saja." Heejin mematikan panggilannya. Ia bergegas mengambil naskah itu dari ruang kerja Jaehyun lalu memesan taksi.

Sudah hampir dua puluh menit menunggu, Heejin akhirnya tiba di kafe yang di bilang oleh Yoobin. Pria itu ternyata sudah menunggu di depan kafe itu.

"Akhirnya kau datang juga. Hampir saja aku ingin menghampiri mu ke rumah."

"Apa rapatnya sudah di mulai."

"Ya begitu. Tapi tidak apa karena naskahnya sudah datang." Heejin mengangguk paham. "Kalau begitu aku langsung masuk ke dalam. Terimakasih sudah menolong." Yoobin bergegas pergi dari sana.

Tanpa mereka sadar kalau seseorang sedang mengintip dari kejauhan. Ia langsung mengetik beberapa nomor lalu menekan tombol berwarna hijau.

"Dugaan ku tidak akan pernah salah."

"Apa maksud mu?"

"Sekretaris mu sudah mendapatkan naskahnya. Apa kau tau siapa yang memberikannya?"

"Siapa?" tanya orang itu gelisah dari seberang sana.

"Heejin." Panggilan langsung terputus begitu saja.

ʕ·ᴥ·ʔʕ·ᴥ·ʔʕ·ᴥ·ʔ

Heejin mendapat pesan dari Jaehyun untuk menyuruhnya datang ke sebuah restoran. Ternyata apa yang di bilangnya semalam beneran. Ia mulai mengoles bedak ke wajahnya lalu memakai liptint berwarna merah muda di bibirnya.

Hampir setengah jam Heejin berdandan. Tubuhnya di balut dress bunga berwarna ungu.

Tak lama kemudian, Heejin tiba di restoran yang di katakan Jaehyun. Ia tercengang mendapati tempat itu sudah diatur dengan begitu romantis. Heejin tidak berhenti memuji tempat ini.

Di ujung sana Jaehyun sedang berdiri menunggu Heejin. Ia memakai setelan jas yang sama seperti yang di pakainya tadi pagi. Maklum karena Ia belum pulang tadi.

"Ini apa?" tanya Heejin bingung.

"Untukmu."

Jaehyun menarik kursi untuk Heejin lalu memberi kode pelayan untuk datang. Dari arah panggung terdengar suara biola serta piano. Heejin benar-benar bahagia dan tersipu malu karena Jaehyun.

"Pesanlah." Heejin meraih buku menu yang di berikan pelayan.

Matanya membelalakkan terkejut saat melihat harga yang tertera di menu. Mahal sekali. Ia bingung harus memesan apa karena terlalu mahal.

"Steak daging sapi satu kalau bisa kematangannya 70 persen." Jaehyun menutup menu lalu melirik ke arah Heejin.

"Samakan saja dengan anda." Pelayan mengangguk paham lalu menulis pesanan keduanya.

"Anda tidak perlu membawa saya ke sini." ucap Heejin gugup.

"Kau tenang saja. Aku yang bayar." Heejin menutup bibirnya rapat. Ia kira Jaehyun akan berubah ternyata salah, pria itu tetap dingin.

Malam ini terasa hening sekali. Keduanya sibuk dengan urusan sendiri. Heejin gugup sekali kalau berada sangat dekat dengan Jaehyun. Pria itu terlihat sibuk dengan iPad, tiada hari tanpa bekerja.

Jaehyun menatap berita yang di kirim Eunwoo barusan. Ternyata perusahaan Star sudah mendaftarkan skenario yang di buatnya. Ia mengeraskan rahangnya bisa di katakan kalau pria itu sedang marah.

"Ada apa?" tanya Heejin menyadari perubahan raut wajah Jaehyun.

Jaehyun menyerahkan iPad ke Heejin. Gadis itu sama sekali tidak mengerti maksud berita ini. Ia melihat ke arah Jaehyun bingung.

"Kau begitu naif." Jaehyun tersenyum miring.

"Apa maksud anda? Saya tidak mengerti."

"Tadi siang ada yang melihat kau memberikan naskah ke Yugyeom."

Heejin terkejut bukan main, bagaimana tidak Ia sama sekali tidak bertemu dengan pria itu. Gadis itu semakin bingung dengan perkataan Jaehyun.

"Saya sama sekali tidak ada bertemu dengan Yugyeom."

"Lalu bagaimana bisa naskah yang ada di rumah bisa sampai ke kantor Star? Apa naskah itu punya kaki?" Jaehyun sangat emosi saat ini.

"Saya benar-benar tidak tau. Tadi siang asisten anda meminta untuk mengantarkan naskah itu." Heejin menundukkan kepalanya takut.

"Kenapa kau bodoh sekali, HAH!?" Jaehyun meninggikan suaranya membuat Heejin semakin takut. "Apa kau tidak tau kalau naskah itu sangat penting!?"

"Maafkan saya."

Jaehyun beranjak dari sana tanpa mengatakan sepatah katapun, Heejin hanya diam seraya menatap punggung pria itu sampai menghilang dari pandangannya.

"Tidak bisa. Aku akan pergi dan tanya langsung pada Yugyeom." Saat itu juga Heejin beranjak dari restoran.

ʕ·ᴥ·ʔʕ·ᴥ·ʔʕ·ᴥ·ʔ

Yugyeom tiada henti tersenyum bangga memperlihatkan sertifikat hak cipta untuk film 1000 Love pada Saerin. Sekarang film ini sudah bukan milik Jaehyun lagi karena dia sudah mendapatkan skripnya dan mendaftarkan nya lebih dulu. Saerin bangga sekali pada kekasihnya itu.

"Aku yakin pasti saham perusahaan pria itu sedang turun." Yugyeom tersenyum miring.

"Kau memang hebat, sayang. Tidak sia-sia aku meminta ayahku mempromosikan mu." Saerin mencium bibir Yugyeom sekilas.

Bel pintu apartemen berbunyi, Saerin langsung buru-buru membuka pintu penasaran siapa yang datang malam-malam begini.

"Siapa?" Saerin terkejut melihat Heejin sedang berdiri dengan wajah kesal. "Mau apa ke sini?" tanya Saerin tidak senang atas kehadiran gadis ini.

"Dimana kekasih mu itu?" tanya Heejin dingin.

"Katakan mau apa kau sini?" Saerin berdiri tepat di tengah pintu.

Kesal. Heejin mendorong Saerin sampai dirinya bisa masuk ke dalam apartemen. Yugyeom terkejut saat melihat kehadiran Heejin di apartemennya.

"Kau menipu ku!" ucap Heejin to the point.

Yugyeom tersenyum miring. "Bukankah kau sendiri yang memberikannya kepada ku? Ah ya, aku mau bilang terimakasih."

"Jelas-jelas aku memberikan naskah ini pada asistennya Jaehyun." Heejin berpikir sejenak. "Jadi kalian berdua bersekongkol?"

Heejin benar-benar bingung sekarang. Jadi selama ini Ia di tipu. Bodoh sekali.

"Yugyeom, kenapa kau jadi begitu kejam?" Heejin tidak habis pikir dengan kelakukaan Yugyeom. Pria ini benar-benar sudah berubah.

"Kau yang harusnya berkaca. Kau menggoda Jaehyun tapi masih menganggu kekasih ku. Dasar tidak tau malu." Saerin tidak terima dengan perkataan Heejin tadi.

"Bukankah orang yang kau maksud itu adalah diri mu Nona." ucap Heejin ketus.

Saerin sontak melayangkan tangannya untuk menampar Heejin, tapi mendadak Jaehyun muncul lalu menahan tangan Saerin. Ia menarik Heejin untuk berdiam di belakangnya.

"Kalian memang mempunyai nyali yang besar untuk mengambil naskah orang."

"Tentu saja. Itu bukan hal yang susah." Yugyeom tersenyum bangga. "Bagaimana apa anda menyukainya?" Ia memperlihatkan sertifikat naskah itu.

Jaehyun terkekeh. "Kau bodoh sekali. Itu hanya naskah palsu."

Yugyeom masih tidak percaya dengan ucapan Jaehyun. "Saya tau kalau anda sudah kalah tuan Jaehyun. Jadi jangan coba-coba untuk menipu saya."

Jaehyun mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto pertemuan Yugyeom dengan asistennya di restoran. Hal itu membuat Yugyeom kaget dan kesal, jadi selama ini Ia sudah di tipu oleh Jaehyun.

"Jika bukti-bukti ini tersebar, aku takut kalau tuan Park dan Star akan kehilangan semua reputasinya."

"Oppa, ku mohon jangan beritahu papa." Saerin memohon

Jaehyun tersenyum miring. "Akan ku tinggalkan sertifikat ini padamu. Belajarlah dengan giat." ucap Jaehyun sinis lalu Ia menarik tangan Heejin keluar.

Meskipun masalah ini sudah berakhir, Heejin sama sekali tidak senang. Jadi bisa di katakan kalau Jaehyun mencoba memancing Yugyeom dan membuatnya jatuh ke perangkap.

"Kau sama sekali tidak ada bedanya dengan mereka." Jaehyun menghentikan langkahnya.

"Maksud mu?"

"Kalian sama-sama memanfaatkanku. Kau dan Yugyeom, sama sekali tidak ada bedanya."

"Bagaimana bisa kami tidak ada bedanya? Dia duluan yang menjebakku. Aku hanya membalasnya sesuai dengan cara mereka. Apa salahnya?"

"Tapi tetap aja."

"Kenapa kau malah membelanya?"

"Aku tidak membelanya."

Jaehyun melirik Heejin sekilas. "kau masih punya perasaan padanya?"

"Aku masih punya perasaan padanya atau tidak dengan kau memanfaatkan ku adalah dua hal yang berbeda."
Jaehyun tidak mau memperlebarkan masalah ini. Ia melanjutkan langkahnya menuju mobil tanpa memperdulikan gadis itu.

Gimana gimana part ini udah mulai menarik belum? Kalau belum kasih tau kenapa ya. Di tunggu loh.

VOTE COMMENT SHARE

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro