Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENMESED | 10 - ATTACK

Heejin pergi untuk membeli makanan karena Jaehyun tidak ingin makan masakannya. Selama perjalan Ia terus melihat ke kalung yang belum di pakainya sama sekali. Kalung ini pemberian Yugyeom saat perayaan dua tahun hubungan mereka. Ia ingin sekali membuangnya namun malah diurungnya.

Sebuah mobil berhenti tepat di sebelahnya. Terlihat Yugyeom keluar dari mobil itu membuat raut wajah Heejin kesal. Ia malas harus berurusan dengan pria ini lagi.

"Ternyata benar kata orang kalau kau tinggal di rumah Jung Jaehyun." ucap Yugyeom sinis.

"Kurasa itu bukan urusanmu sekarang." ucap Heejin tak kalah sinis juga.

"Biarpun kita sudah putus, tidak perlu membuat dirimu jadi murahan. Kau menyerahkan dirimu dan hidup tanpa martabat demi menjadi seorang artis."

Heejin menatap Yugyeom tidak percaya dengan apa yang di katakan pria itu. "Demi menjadi direktur produksi di Star, kau melupakan bertahun-tahun kebersamaan kita. Siapa kau berani berkata seperti itu padaku?"

"Aku sudah menyuruh mu menunggu tapi kau malah memilih pria lain."

Malas menanggapinya, Heejin melangkag pergi meninggalkan Yugyeom, tapi tiba-tiba pria itu memeluknya dari arah belakang.

"Ku mohon jangan pergi."

Heejin melepaskan pelukan Yugyeom dengan kasar. Sebenarnya bisa di bilang kalau ini salahnya juga karena selalu percaya dengan pria yang ada di hadapannya ini. Heejin bertekad untuk mengakhiri semuanya.

"Ini mewakili cinta yang pernah kumiliki untukmu. Mulai sekarang, tidak ada hubungan apapun antara kau dan aku." Heejin memberikan kalung pemberian Yugyeom lalu pergi dari sana.

Mereka sama sekali tidak sadar kalau mereka sedang dipotret secara diam-diam oleh seseorang lalu melaporkannya kepada bosnya.

Setibanya di supermarket, Heejin terlihat sibuk memilih bahan belanjaan. Terlihat seorang wanita sedang belanja dan langsung antusias saat melihat Heejin. Ia pun membuntutinya diam-diam.

Langkah Heejin terhenti saat melihat sebuah botol minum yang terlihat lucu. Ya, sebenarnya Ia mau membeli untuk Jaehyun, tapi bingung harus memilih yang mana.

Wanita yang mengikuti Heejin, mencoba mendekati gadis itu yang kelihatan kebingungan.

"Kau menyukainya?" Heejin mendongak lalu tersenyum ramah.

"Ya begitu. Aku ingin membeli untuk teman ku. Tapi aku bingung harus memilih yang mana."

"Teman atau pacar?"

"Bukan, bukan, bukan. Dia bukan pacarku. Hanya teman." Heejin menekankan kata terakhirnya.

"Botol ini cocok untuk semua orang." wanita itu memberikan sebuah botol berwarna biru.

"Aku hanya khawatir, dia tidak akan menggunakannya."

"Kalau begitu, kenapa kau masih ingin beli?"

"Perutnya lemah. Kuharap ini bisa membuatnya lebih banyak minum air hangat."

Wanita itu mengangguk paham. "Kau benar-benar sangat peduli padanya."

"Tidak juga. Kalau begitu, aku ambil yang ini saja." Heejin mengambil botol yang di berikan wanita itu.

"Paksa dia untuk menggunakannya."

Keduanya berjalan bersama menuju kasir. Heejin tidak menyangka kalau Ia bisa begitu dekat dengan wanita yang baru di temuinya. Padahal mereka tidak saling mengenal sama sekali.

"Bagaimana kalau aku akan mengantar mu ke rumah?" tawar wanita itu.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

"Tidak bagus menolak tawaran orang tua." Dengan sangat terpaksa Heejin menerima tawaran wanita itu.

Selama perjalan Heejin menceritakan tentang Jaehyun yang begitu aneh dan suka marah-marah tidak jelas. Sedangkan wanita itu hanya diam sambil mendengar ocehan Heejin.

Setibanya di rumah, bersamaan dengan Jaehyun yang baru saja keluar, Heejin langsung bergegas turun. Pria itu belim sepenuhnya sembuh malah pergi keluar.

"Mau ngapain?" tanya Heejin.

"Keluar." jawab Jaehyun seraya melihat ke arah mobil yang sangat familiar ini. "Sama siapa?"

"Gak kenal." Jaehyun mengernyit heran.

"Kok gak kenal?"

Wanita itu keluar dari mobil membuat Jaehyun membelalakkan matanya kaget.

"Mama?" Jaehyun menghampiri wanita yang di panggilnya mama. Heejin terkejut sangat mendengarnya.

"Aku tidak menyangka kalau kau sudah memiliki kekasih." Jaehyun melirik ke arah Heejin sesaat.

"Ah, bukan. Irene yang mengirimnya ke sini."

"Maaf, Nyonya karena terlalu cerewet tadi." Heejin menundukkan kepalanya malu.

"Emang Kalian membicarakan apa?" tanya Jaehyun.

"Tidak ada." jawab Heejin cepat. Nyonya Lee terkekeh.

"Sudahlah tidak usah di bahas. Ibu hanya ingin melihat keadaan mu saja. Jika memang tidak ada sakit lagi, kembali lah ke kantor. Kasihan Irene harus mengurus semuanya.

ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ

Heejin menidurkan tubuhnya di atas sofa yang empuk. Hari ini Ia lelah sekali membersihkan seluruh rumah ini, belum lagi Jaehyun dengan seenaknya memerintah dirinya.

Alarm ponsel Heejin berbunyi. Ini waktunya Jaehyun untuk minum obat, Heejin bergegas mengambil obat serta air hangat.

"Ini waktunya minum obat." Heejin memberikan obat tersebut tapi tidak di rubris Jaehyun. "Tuan?"

Jaehyun mengabaikannya lagi dan terus sibuk membaca laporan. Kesal karena tidak di anggap, Heejin langsung saja merebut Ipad-nya. Hal itu malah membuat Jaehyun kesal lalu membuang obat itu asal.

"Siapa kau beraninya menganggu ku, HAH!?" bentak Jaehyun membuat Heejin setengah takut.

Heejin sakit hati. Tapi pada akhirnya Ia tidak tega membiarkan Jaehyun sakit terus, Ia pun memutuskan keluar ke apotek untuk membeli obat. Sebelum keluar Heejin meninggalkan sebuah pesan agar pria itu tidak perlu mencarinya.

"Apa ada obat untuk sakit perut?"

Wanita paruh baya dengan pakaian layaknya dokter memberikan obat yang di inginkan Heejin.

"Terimakasih." Heejin mengambil obat itu tidak lupa untuk membayar.

Begitu keluar dari apotek, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Heejin sangat menyayangi nasib sialnya. Bagaimana Ia bisa pulang di saat hujan begini.Heejin tidak punya pilihan lagi.

Ia membela jalanan yang terlihat sepi ini. Entah kenapa Heejin merasa kalau Ia sedang diikuti, tapi tidak berani melihat ke belakang, belum lagi jalanan sepi sekali.

Heejin jadi takut dan langsung mempercepat langkahnya, tapi orang itu juga ikutan mempercepat langkahnya. Dengan tekad yang kuat Heejin mencoba melihat ke belakang.

Lalu entah dari mana datangnya Jaehyun langsung memukul orang itu. Karena itu membuat ketakutan Heejin menjadi-jadi.

"Sudah cukup." Heejin mencoba melerai keduanya.

Jaehyun melepaskan pukulannya. "Apa yang mau kau lakukan sama dia, HAH!?" bentak Jaehyun.

"Udah." Heejin menjauhkan keduanya. Orang itu tidak menjawab dan langsung bergegas pergi dari sana.

Jaehyun melihat ke arah Heejin. Ia tau kalau gadis itu sedang ketakutan sekarang. Tak perlu menunggu lama, Ia mengambil payung yang terjatuh di tanah dan langsung membawa Heejin pulang.


Hai para pembaca setia ENMESED apakabar ni kalian semua?

Aku mau tanya sama kalian baiknya Yugyeom kita apakan ni? Aku penasaran dengan pendapat kalian semua.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro