🌵Bab 25🌵
"YA?" Dahi Anggita mengkerut. Gadis itu hampir saja dibuat salah paham oleh pertanyaan Juna barusan.
Terkekeh pelan, Juna menjulurkan tangannya dan mengusap puncak kepala gadis itu gemas. "Lupain. Gih, belajar yang rajin biar sukses kayak saya."
Pipi Anggita berkedut ngeri. Menatap aneh sosok Juna yang kini sibuk kembali pada posisi telentangnya.
"Cita-cita kamu apa?" gumam Juna tanpa berniat melirik Anggita yang sudah sibuk menyiapkan buku dan laptopnya.
"Di sini nggak ada Wi-Fi?" Anggita celingukan. Sengaja mengalihkan topik.
Juna mendengkus kecil. Mengeluarkan ponselnya, lalu berkata, "Pake aja punya saya. Sandinya Juna Ganteng."
Mata Anggita melebar. Perlahan kepalanya menoleh ke samping. Membuat Juna lagi-lagi tak bisa menahan tangannya untuk mengusap puncak kepala gadis itu gemas. "Kenapa? Saya emang ganteng, 'kan?" goda Juna seraya mengedipkan sebelah matanya jenaka.
"Bang Juna ... sehat, 'kan?" desis Anggita tak habis pikir. Bahkan perutnya merasa mual karena ucapan narsis Juna barusan.
Tawa Juna pecah. Pria itu memutuskan untuk bangkit duduk dan bersandar malas ke batang pohon, lalu bersidekap. "Kamu mau ngobrol sama saya, apa ngerjain tugas?"
Anggita terhenyak. Gadis itu buru-buru fokus pada layar laptop di hadapannya. Ogah-ogahan mengetikkan sandi Wi-Fi milik Juna yang sayangnya adalah fakta. Pemilik rambut pendek itu diam-diam melirik Juna yang kini menutup mata dengan posisi duduk.
Didukung hembusan angin yang menggerakkan anak rambut pria itu, dusta jika Anggita mengatakan kalau Juna tidak tampan. Bulu mata lentik, alis tebal, bibir merah muda, hidung mancung, serta rahang tegas itu tak kalah dengan sosok Lee Min Ho yang digilai para wanita.
Anggita menelan ludah. Tanpa sadar dirinya tenggelam dalam ketampanan Juna Anggara yang tengah menutup matanya tenang.
Juna membuka sebelah matanya. "Sudah puas lihatin saya?" sindirnya seraya tersenyum miring.
Gadis itu terlonjak. Jantungnya serasa akan copot karena ketahuan telah mengamati wajah pria itu diam-diam. Dengan wajah kebas, Anggita mengalihkan pandangannya ke laptop di pangkuan. Pura-pura fokus dengan tugasnya. "Saya gak sengaja lihatin anak-anak main sepatu roda, kok. Bang Juna tolong jangan ge-er," ujar gadis itu dengan telinga memerah.
Senyum Juna terbit. Pria bermata elang itu menggeser posisinya hingga bahunya bersentuhan dengan bahu mungil Anggita. "Oh ya? Nggak sengaja, ya?"
Anggita menahan napas. Jarak wajahnya dengan Juna kini sangat dekat. Sampai-sampai ia bisa merasakan hembusan napas Juna di dekat telinganya. "Iya," lirih gadis itu.
"Jadi sebelum 'nggak sengaja' itu, bukannya ngerjain tugas, kamu malah 'ngerjain' wajah saya, gitu?"
Anggita mengangguk. Membuat Juna tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
Gadis berjaket merah itu tersadar. Buru-buru ia menggeleng tegas. "Nggak gitu!"
***
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro