🌵Bab 22🌵
MATA Juna melebar. Segera menyadari kecerobohannya. "Maksud saya ... lihat anak muda yang masih belajar pas udah masuk weekend cukup menarik buat saya," jelasnya lalu berdeham.
Anggita mendelik sekilas, lalu menghela napas samar. Gadis itu menjulurkan tangan untuk mengambil jus jeruknya dan menyesapnya singkat. "Bang Juna tahu, nggak, kenapa saya suka ke sini. Selain karena Wi-Fi tentunya."
Juna mengusap dagunya skeptis. Matanya menyipit tanda dia sedang berpikir. "Heum, mungkin karena suasananya hangat?"
Gadis berambut pendek itu menggeleng. "Bukan."
Memiringkan kepala, Juna kembali mengatupkan rahang. Berpikir lebih keras. "Musiknya bagus?"
Anggita menggeleng lagi.
"Apa itu ada hubungannya sama prinsip hidup kamu?" tebak Juna.
Mata Anggita membulat. "Eh ... iya, bisa jadi," sahutnya mulai merasa kalah.
Senyum lebar terbit di wajah Juna. Pria beralis tebal itu segera menyandarkan punggungnya ke belakang. "Pasti karena tempat ini punya kebijakan zero waste?"
"Bang Juna tahu dari mana?"
Mengangkat bahu, pria itu menunjuk sedotan yang ada di dalam gelasnya. "Ini sedotan stainless. Terus nggak ada tisu di sini. Tempat sampah juga gak ada. Setelah itu, saya pikir kamu memang penganut gaya hidup sustainable karena akun medsos kamu kebanyakan ngikutin topik itu. Di Quora juga sama."
Senyum Anggita mengembang. Membuat Juna seketika merasakan ada yang aneh di dadanya.
Setelah memperbaiki posisi kacamata yang turun, gadis itu buka suara, "Ternyata Bang Juna emang suka mengamati. Hampir aja tadi aku ngira pas Bang Juna lihatin saya terus, itu karena naksir sama saya." Anggita menghela napas lega. Yang justru membuat Juna seketika memasang wajah masam.
"Kalau saya naksir kamu gimana?" tanya Juna dingin.
Anggita terkekeh mendengarnya. "Apa?"
***
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro