Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌵Bab 2🌵

ANGGITA merasa terganggu dengan sosok pria yang duduk di seberang meja. Bima sempat memperkenalkan orang itu padanya. Namanya Juna Anggara, kakak sulung Bima yang selama ini diceritakan sebagai orang yang sibuk dan hampir tidak pernah pulang ke rumah.

Bima memanyunkan bibir. Kebiasaannya setiap kali menemukan soal sulit. "Kurang kerjaan banget yang bikin soal ginian," gerutunya kesal.

Senyuman datar hanya bisa Anggita tunjukkan sebagai respons. Ia malas berkomentar itu. Seraya menunggu muridnya mengerjakan tugas evaluasi, Anggita menyempatkan diri untuk melirik Juna diam-diam. Pria itu, entah kenapa tidak asing baginya.

"Anggita Fang. Sepertinya saya pernah denger marga itu," gumam Juna menyadari kalau Anggita meliriknya diam-diam.

Pemilik mata cokelat itu tersentak, lalu berusaha kembali memasang ekspresi sedatar mungkin. "Marga Fang memang cukup dikenal di daerah sini," sahut Anggita sudah terbiasa dengan dugaan itu.

Senyum miring Juna terbit. "Kamu kenapa mau jadi mentor adik saya?"

Bima mengangkat kepala. Merasa tersinggung, pemuda itu menyahut. "Kenapa emang?"

Tatapan Juna beralih pada sang Adik. "Nggak, cuma aneh aja."

Bima mendengkus malas. Mulutnya hendak membalas. Namun, Anggita lebih dulu memberi isyarat pada pemuda itu agar kembali fokus pada kertas soal di atas meja.

"Aneh kenapa?" kali ini Anggita yang bersuara.

Pandangan Juna kembali beralih. "Bima bukan tipe orang yang bakal nurut walau disuruh les sekalipun. Kamu nggak lihat dia disuruh pulang duluan karena berantem?"

Anggita kini menatap Bima bingung. "Kamu habis berantem?" tanyanya memastikan.

Bima menyeringai malas. Bukannya menjawab, pemuda itu malah memilih kembali memelototi soal di kertas. Melihat itu, anggita hanya bisa menghela napas lelah, lalu melihat ke arah Juna di seberang meja. Membiarkan Bima sibuk dengan soal buatannya.

"Saya disuruh Kak Dewi." Anggita mengeluarkan sebuah jurnal dari tasnya. Berniat mengabaikan pelan-pelan pria berkemeja cokelat itu.

"Dewi, ya?" Juna mengangguk. Dia sudah mendengar soal itu dari Bima sebelumnya. Dewi adalah adik pertamanya sebelum Bima. Terkadang pria itu tidak bisa menebak jalan pikir adik perempuannya yang hiperaktif tersebut hingga berhasil membuat si Bungsu menurut soal belajar.

Anggita menyingkap rambutnya ke belakang telinga. Isyarat bahwa ia sedang fokus. Dalam hatinya, gadis itu berharap Juna segera pergi karena merasa tak nyaman mengajar di bawah pengawasan orang lain.

"Kak, ini udah bener?" Anggita bersorak dalam hati ketika Bima menepuk pundaknya. Sekilas ia bisa melihat bibir Juna sedang ancang-ancang menayangkan sesuatu padanya. Beruntung Bima lebih dulu menginterupsi.

"Bentar, aku cek dulu," kata Anggita mengambil alih kertas soal. Melirik sekilas ke arah Juna yang terlihat kecewa dan memilih mengambil ponselnya untuk menyibukkan diri.

Mata Anggita bergerak-gerak menyusuri satu persatu jawaban milik Bima. Bergumam sekali, lalu mencoret satu soal dengan alis mengkerut. Bima menepuk dahinya kecewa. "Kok bisa salah, sih, Kak?" Bima menarik kursi agar lebih dekat pada Anggita. Kepalanya melongok penasaran.

Anggita sendiri ikut memperbaiki posisi duduk hingga bahu keduanya menempel. "Harusnya kamu bagi dulu yang ini." Anggita mulai sibuk menjelaskan, sementara Bima hanya mengangguk pasrah dengan tatapan mata menahan kesal.

Juna yang sedari tadi fokus menjawab pesan dari Fera, asistennya, melirik dua orang di seberang meja sekilas. Pria itu terkejut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

"Kalian?" ucapnya memasang wajah tak percaya.

***

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro