Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌵Bab 15🌵

"KOK Bang Juna bisa-bisanya mikir gitu?" kata Dewi tak habis pikir.

Juna menghela napas. "Yeah, bukannya wajar? Umur mereka kan nggak beda jauh," ujarnya memasang wajah seolah asumsinya benar.

Ruangan yang biasanya sepi itu mendadak terasa ramai karena tawa Dewi yang pecah. "Bang Juna ... Bang Juna, kukira Abang orang paling logis yang kutemui selama ini. Taunya enggak."

"Maksud kamu?"

Dewi menggeleng. Mengusap ujung matanya yang berair. "Kalau tujuanku buat comblangin orang, mending aku comblangin Bang Juna dari pada Bima yang taunya cari gara-gara itu. Bima masih di bawah umur. Ngapain aku comblangin mereka? Nggak masuk akal," ujar Dewi seraya mengibaskan tangan. Sejenak gadis itu tersadar. "Tunggu, Bang Juna ...."

Juna melirik Dewi sekilas. "Apa?"

"Bang Juna nggak lagi cemburu, 'kan?"

Mata Juna melebar. "Apa?"

Dewi memperbaiki posisi duduk. Mendadak gadis itu merasa antusias. "Bang Juna naksir Anggita?" Dewi menyipitkan mata. "Haish, itu nggak mungkin," lanjutnya melambaikan tangan. Berusaha menepis kemungkinan yang sama tak masuk akalnya dengan prasangka Juna tadi. Pasalnya, setahu gadis itu, Anggita dan Juna hanya pernah bertemu sekali di Kafe Senja. Itupun bukan termasuk kesan yang baik.

Naksir? Juna menaikkan alis. "Kok kamu bisa mikir gitu?"

Dewi melirik Juna sekilas, lalu menghela napas. "Habis kayaknya Bang Juna nggak suka kalau Bima sama Anggita deket. Sampai ngira Bima mau belajar gara-gara naksir Anggita, padahal enggak."

Juna terdiam. Mungkin kalimat Dewi ada benarnya. Pria itu sedikit terusik melihat kedekatan Bima dan Anggita. Padahal itu adalah hal wajar.

"Apa ... kalau nggak suka dia deket sama orang, itu artinya naksir?" tanya pria itu lugu.

Mata Dewi mengerjap. Tatapannya sempurna tertuju pada sosok Juna yang duduk di sampingnya. "Bang ... serius?" gumam gadis itu dengan mata berbinar.

"Hm?" Alis Juna terangkat.

Dewi menutup mulutnya tak percaya. "Oh my ... itu namanya naksir, Bang!"

Juna bersidekap. Tambah menatap Dewi bingung. "Maksud kamu? Apa hubungannya naksir sama gak suka liat dia sama yang lain?"

Pemilik rambut panjang itu menepuk dahi. "Bang, jujur sama gue. Bang Juna pernah pacaran nggak, sih?"

"Bicara yang sopan," tegas Juna. Telinganya tidak suka mendengar adiknya menggunakan kata lo-gue. Karena dari kecil mereka bertiga hampir tidak pernah menggunakannya karena didikan etika yang ketat. "Dan, nggak ada gunanya pacaran. Pacaran cuma buat orang labil yang nggak berani berkomitmen."

Dewi menghela napas malas. "Emang Bang Juna berani komitmen?" sindirnya.

Juna menelan ludah. "Itu beda urusan."

Memutar mata malas, Dewi memilih merogoh sakunya untuk mengambil gawai. "Sama aja," gumamnya. "Berarti Bang Juna belum pernah pacaran. Oh iya, kalau dipikir-pikir, umur Bang Juna sama Anggita selisih jauh banget." Dewi mulai sibuk dengan ponselnya, sementara Juna malah semakin dibuat penasaran soal gadis berambut pendek yang sedari tadi mereka bahas.

"Iya," gumam Juna tidak bisa menepis fakta bahwa Anggita masih belia. "By the way, kamu tahu kapan ulang tahun dia?"

Netra cokelat Dewi melirik sang kakak perlahan. "Bang Juna beneran naksir, nih?" goda Dewi menahan tawa. Menurunkan gawainya di pangkuan.

Juna melambaikan tangan. "Apa-apaan. Nggaklah. Abang cuma mau balas budi aja karena udah mau nganterin Abang tadi pagi gegara mobil mogok. Siapa tahu ulang tahunnya deket-deket ini, jadi bisa sekalian balas budi berkedok kado."

Dewi mengerucutkan bibir seraya melayangkan tatapan menyelidik. "Oh ya?"

Juna mengangguk pasti. "Iya."

Menghela napas, Dewi kembali mengangkat ponsel dan memainkannya. "Ultahnya emang deket-deket hari ini."

Mata Juna melebar. "Oh ya?"

Dewi mengangguk. "Iya."

"Kapan?"

Dewi menoleh pada Juna sejenak. Memasang seringai datar. "Kemarin."

***

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro