🌵Bab 11🌵
"DITUNGGU dulu ya, Non."
Anggita mengangguk. Memasang senyum simpul ketika Bi Kin menaruh secangkir teh hangat di atas meja persegi. Gadis berjaket merah itu tidak banyak bicara ketika wanita berambut ikal tersebut melangkah pergi.
Gadis itu kini mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Jika dihitung, sudah tiga kali ia datang ke tempat ini, tetapi masih juga tidak terbiasa dengan pemandangan mewah yang mendominasi seluruh ruang tamu rumah besar tersebut.
Anggita memilih untuk menyalakan ponsel yang diambil dari tas. Jemarinya langsung memencet ikon aplikasi Quora. Menggulir halaman beranda mencari pertanyaan dan jawaban yang menurutnya menarik untuk dibaca. Sesekali Anggita meraih cangkir teh yang berada tak jauh di depannya. Menyeruputnya singkat, lalu meletakkannya ke tempat semula. Matanya seolah tak bisa beranjak dari layar gawainya ketika menemukan pembahasan yang cukup menari tentang kaktus.
"Nunggu lama, Kak?" Bima muncul dari arah pintu depan. Di belakangnya, terlihat Juna mengekor.
Anggita mengangkat kepala. Meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu tersenyum sekilas. "Nggak, Kok. Baru aja dateng."
Bima menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Mengambil posisi duduk di atas karpet tepat di bawah kaki Anggita yang duduk di sofa. "Mulai sekarang aja yuk, Kak. Aku mau nge-game soalnya."
Gadis itu mengangguk. Ikut duduk di atas karpet ketika Bima mengeluarkan buku paket dari tasnya.
"Bang Juna nggak jadi ngecek toko cabang?" Bima mengangkat alisnya bingung ketika menyadari Juna melangkah mendekat ke arah mereka.
Berdeham, Juna melirik dispenser di sudut ruangan. "Aku haus. Mau minum bentar."
Bima hanya ber-oh pelan, lalu segera memfokuskan diri pada Anggita. Gadis itu juga mulai membuka halaman buku paket. Mengecek materi.
Melihat kedua anak muda itu mulai sibuk dengan dunia mereka sendiri, Juna melangkah canggung menuju sudut ruangan. Mengambil gelas kaca di lemari yang tak jauh di dekatnya. Netra tajam Juna melirik ke arah samping. Terlihat dari tempatnya berdiri, Anggita tertawa menanggapi lelucon garing Bima pada sebuah gambar di buku.
Juna menggelengkan kepalanya pelan. Dia beneran belajar nggak, sih?
Setelah mengisi penuh gelasnya dengan air putih, pria berkemeja putih itu kini melangkah mendekat ke ruang tamu. Berkacak pinggang seraya menenggak minumannya. Sedikit penasaran dengan apa yang Bima dan Anggita bahas.
Mata Juna seketika membulat. "Loh, kamu juga main Quora?"
Anggita mendongak. Menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu melirik ponselnya yang masih menyala. Menunjukkan halaman aplikasi Quora yang khas. Gadis itu segera meraih ponsel dan mematikannya.
"Iya," jawab Anggita sedikit antusias. Pasalnya, jarang sekali gadis itu mengenal pengguna Quora di dunia nyata.
"Kamu udah main sejak kapan? Aku gabung sekitar satu tahun lalu." Juna ikut duduk di atas karpet. Mendadak pria itu tertarik.
Anggita melirik Bima yang duduk di sampingnya. Pemuda itu juga tampak penasaran dengan apa yang kakaknya bahas.
"Baru setengah tahun, Bang," jawab Anggita lagi. Ia ragu apakah akan terus melanjutkan percakapan ini atau memilih untuk kembali fokus mengajari Bima yang tadi menyuruhnya agar bersegera.
Juna mengeluarkan ponselnya cepat. "Akun kamu namanya siapa? Anggita Fang juga?"
Gadis berambut pendek itu mengangguk. Lagi-lagi melirik Bima yang tampak mulai terusik dengan interupsi kakaknya.
"Ketemu. Aku follow, ya." Walau samar, Juna terlihat tersenyum tipis, lalu menggulir halaman profil akun Quora milik Anggita yang sudah menjawab cukup banyak pertanyaan.
Bima tiba-tiba berdeham. Membuat Anggita dan Juna serempak menoleh kepadanya.
"Bang Juna nggak jadi ngecek toko cabang?"
"Oh, iya. Hampir aja lupa. Yaudah, nanti follow juga akunku, ya. Arjuna Anggara Baskara," ujar Juna pada Anggita, lalu bangkit berdiri dan membawa gelasnya pergi setengah buru-buru.
***
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro