Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01. Sang Siswa Introvert


Jakarta, 15 Februari 2042

<Sudut Pandang Danenandra Kamandaka>

PANAS...

Siang itu matahari bersinar terik, sial, bukan terik lagi ini mah! Terik pake Banget!

Asem, inilah sebabnya aku malas keluar rumah, lebih tepatnya malas keluar kamar, he he he.

Ah, kamarku yang damai, tenang, jauh dari suara berisik orang-orang lain... Eh, tapi jangan salah. Bukan berarti aku Hikikomori* loh, aku cuman, yah, kurang suka berinteraksi dengan orang lain.

Namaku Danenandra Kamandaka, biasa dipanggil Nandra. Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMA, sama seperti remaja-remaja 18 tahun lainnya. Sambil mengayuh sepedaku dengan pelan, aku bersenandung pelan menuju sekolahku, SMA Negeri XX. Sekolah ini bukan sekolah spesial, sama saja seperti sekolah-sekolah lainnya, tapi hei... Apa yang kau harapkan? Tidak ada bedanya sekolah yang satu yang lainnya, yang membedakan hanya siswanya... Betul? Betullll!

Nah, aku bercanda... Beberapa sekolah memang memiliki fasilitas dan pengajar yang lebih baik dari sekolah lainnya, dan untungnya, sekolahku termasuk sekolah dengan fasilitas pendidikan terbaik, setidaknya untuk saat ini...

18 Juni 2022, tidak ada yang tidak mengetahui tanggal "keramat" itu. Pada tanggal itu, Energy Parasite, atau biasa disingkat E.P, menginvasi bumi. Parasit aneh yang "memakan" energi itu, menutupi permukaan bumi dan menyerang sumber-sumber energi listrik, dan dalam sekejap, energi listrik lenyap dari muka bumi. Para petinggi negara pun tidak tinggal diam dan berusaha mengusir E.P, namun perlawanan sengit dari E.P bahkan membuat Militer pun menyerah. E.P bukanlah mahluk yang menyerang mahluk hidup, mereka hanya menyerap sumber -sumber energi listrik. Namun, mereka akan berubah menjadi agresif jika diserang. Bukan hanya jumlahnya yang membuat E.P berbahaya, namun fisiknya yang, bisa dikatakan aneh. Beberapa E.P yang berhasil ditangkap dan dianalisa, diketahui memiliki organ dalam biologis, namun bagian luar tubuhnya ditutupi kulit sekeras logam.

"Mahluk" ( Aku tidak yakin menyebutnya apa) itu berdiameter 10 cm, dengan 8 lengan kecil disekeliling tubuhnya. "Mahluk" itu bergerak dengan melayang-layang di udara, dengan kecepatan sekitar 30km/jam, E.P cukup cepat. Nuklir katamu? Mungkin bisa, namun begini, pusat peluncuran nuklir menggunakan energi listrik yang besar kan? Bagi para E.P, tempat itu bagai prasmanan! Alhasil senjata nuklir tidak bisa diluncurkan, sial, bahkan energi didalam nuklir pun menjadi makanan para E.P. Dan kalau pun bisa, para E.P merayapi hampir setiap tempat di dunia ini, memangnya apa rencanamu? Memborbardir seluruh dunia?

Yah, pemerintah menyerah. Dan mencoba hidup berdampingan dengan E.P. Oh ya, selain energi listrik, mereka juga menyukai sinar matahari. Kupikir sinar matahari sejenis makanan ringan bagi mereka. Saat siang hari, kau bisa melihat para E.P bergerombol di bawah sinar matahari dan bertumpuk satu sama lain.

Dan beginilah wajah dunia saat ini, dengan ketiadaan energi dan ancaman dari E.P, energi listrik lenyap dari muka bumi. Untuk melanjutkan hidup, manusia menggunakan cara-cara lama kembali. Menggunakan kapal layar untuk transportasi laut, penggunaan kembali surat, penuhnya jalan-jalan raya dengan sepeda dan pejalan kaki, dan bangkitnya hiburan-hiburan manual dan tradisional, seperti teater dan wayang.

Yah, ada hal baik dan buruk, semuanya selalu seperti itu. Namun bagi orang yang lahir setelah invasi E.P, ada beberapa hal yang kami sesali. Yah, kami tidak sempat mencoba teknologi, dan dipaksa lahir kedunia tanpa energi ini. Tidak tahu bagaimana rasanya berkirim pesan melalu smartphone, atau bagaimana asyiknya bermain game melalui PC dan Konsol. Bahkan bagaimana asyiknya menonton TV pun tidak pernah kami nikmati. Semua yang tersisa hanya cerita yang diceritakan generasi-generasi era lama, buku dan majalah era lama, dan sisa-sisa peralatan yang kini bahkan tidak lebih dari sampah.

Satu hal lagi, manusia kini membedakan era sebelum invasi dengan era sesudah invasi. Era sebelum invasi dinamai Old Era (Era lama dalam bahasa indonesia), dan Sesudah Invasi dinamai Energyless Era (Era tanpa energi), yang biasanya disingkat O.E (Old Era) dan E.E (Energyless Era).

"Aku mikirin apaan sih dari tadi?" Gumamku pelan

Perlahan-lahan sekolahku terlihat, bangunan delapan lantai peninggalan O.E. Bentuk dan fungsinya masih sama di Era ini, minus semua kecanggihan teknologi. Lift? Jangan harap! Makanya jangan heran melihat kaki murid-murid yang kelasnya terletak dilantai delapan pada kekar, naik turun tangga tiap hari! Wkwkwkwkwk

Sesampainya disekolah, kusandarkan sepedaku pelan di parkiran sepeda. Setelah memastikan sepedaku terkunci dan aman, aku pun bergegas melangkah menuju kelas, dan-

"Oi gondrong!"

Kutolehkan wajahku ke arah suara nyaring memekakan telinga tersebut, dan ...

"Berisik Rud!" Sapaku dengan muka di garang-garangin

Bocah berisik itu Rudi, salah satu dari sedikit manusia yang mau berteman denganku

"Pagi-pagi dah bete aja lu meng!" Balas Rudi

"Mang meng mang meng...."

"Lah iya, lu kan mirip komeng, Ha ha ha ha!"

K*mpret itu anak, mentang-mentang rambutku sama gondrongnya dengan komeng

"Gantengan aku lagi kemana-mana."

"Iya, ganteng lu kemana-mana, makanya ga balik-balik, HA HA HA!" Tawa Rudi dengan riangnya

"Terserah kamu deh, Centong sayur."

"Kan, candaannya juga sama lu sama si komeng! Ha ha ha ha!"

Dengan sedikit kesal karena kreatifnya mahluk satu itu membuat candaan, kulangkahkan kakiku yang serasa berat bagai terikat barbel 5 kilo (Ok, lupakan) menuju kelasku, kelas XII IPA 2.

~~~

"Anak-anak, keluarkan buku paket kalian..."

Suara keras namun berwibawa Pak Jimin, guru Fisika kami menggelegar memenuhi ruang kelas. Segera ku keluarkan buku tua warisan dari kakak kelasku dulu. Yah, karena percetakan sudah tidak beroperasi lagi, kebanyakan buku yang kami pakai merupakan buku-buku dari era lama. Buku-buku baru masih diproduksi, namun secara manual dengan menggunakan mesin ketik. Selain itu harga buku-buku baru sangat mahal, serta distribusinya pun terbatas. Karena itu, sekolah menggunakan kebijakan untuk merotasi buku-buku lama. Sehingga semua murid memiliki kesempatan menggunakan buku-buku pelajaran.

Kupandangi buku lama yang sekarang ditanganku itu, berapa banyak murid yang sudah dibantunya belajar? Kau tahu, karena hal semacam inilah aku menyukai buku. Dengan hilangnya energi dan teknologi, buku menjadi salah satu barang mewah bagi generasi kami. Perpustakaan yang pada era lama sempat mati suri, digantikan gadget-gadget canggih dan internet, kini kembali ramai dan hidup.

TUK!

Sebuah kapur tulis mendarat dikepalaku, ah, sepertinya aku terlalu tenggelam dalam pikiranku dan lupa pada keadaan disekeliling.

"Maaf pak."

"Nandra, bapak dan semua guru-guru disini tau kebiasaan kamu. Apa kamu tahu? Kamu itu sebenarnya pandai, jika mau belajar dan mendengarkan. Bukannya asik sendiri dengan pikiranmu!" Marah pak Jimin

"Maaf pak."

Pak Jimin menghela nafas pelan, kelihatan sekali dia menahan emosinya. Aku jadi merasa tidak enak...

Tapi, hei, bukannya aku yang mau jadi seperti ini. Dari dulu semua orang selalu protes, aku bukan anak yang aktif lah, aku selalu melamun lah, aku yang tidak cepat tanggap lah. Maaf saja ya, memang begini sifatku dari lahir.

"Ya sudah, karena saya sudah terlanjur kesal dengan kelakuan kamu, kamu keluar sekarang. Jangan masuk sebelum kelas saya berakhir." Perintah pak Jimin tegas.

"Lalu, saya harus ngapain pak?"

"Ya terserah kamu..."

Antara kesal dan senang, ku ambil tas ranselku dan melangkah pergi keluar kelas. Sesaat sebelum keluar dari pintu, kulihat Rudi membuat gestur tertawa, asem dah tu bocah.

Lama pelajaran pak Jimin sekitar satu setengah jam, aku dikeluarkan pada menit ke 10, yang berarti masih ada sekitar satu jam dua puluh menit. Sedikit melemaskan tubuh, akupun mulai memikirkan akan kugunakan untuk apa waktuku ini. Ke kantin? Aku belum terlalu lapar, Ke Perpustakaan? Di jam-jam pelajaran begini, pasti ada saja kelas yang menggunakan perpustakaan.

"Ah, ke taman aja lah."

Ya, ada sebuah taman kecil didekat sekolahku. Tempatnya asri dan bersih, namun jarang ada orang disana, apalagi pada saat jam sibuk seperti ini. Era boleh tanpa energi, namun manusia tetap harus bekerja kan?

Kulangkahkan kakiku pelan ke bagian belakang sekolah, dengan hati-hati agar tidak ada yang melihat pelarianku. Maklum, aku tidak bisa mengambil sepedaku diparkiran karena gerbang depan pasti sudah dikunci. Lagipula metode kabur yang akan kulakukan adalah melompati pagar, yang mana, bakal sulit dengan sepeda...

Kulemparkan tas ranselku keluar pagar, dan baru saja aku bersiap melompat...

"Kabur lagi, Nan?"

Pak Usman, satpam sekolah kami yang berbodi bak Ade Rai menegurku pelan

"Iya pak, gurunya yang nyuruh," kataku pelan

"Kamu ini, kebiasaan," balas pak Usman tegas, dengan kumis yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan mulutnya

Geli Sumpah

Aku sudah hapal dengan kelakuan satpam satu ini, ku raba-raba kantongku, dan kuserahkan dua batang rokok. Dimasa uang teramat langka ini, terkadang kami melakukan barter, dan untuk orang dewasa seperti pak Usman? Dua batang rokok biasanya cukup sebagai uang tutup mulut.

"Nah, kalau gini aman."

"Ya udah pak, Nandra kabur dulu," ucapku seraya melompat keluar pagar

DUK!

Sepatu Era lamaku mendarat dengan mulus di rerumputan belakang sekolah. Segeraku ambil tasku dan bangkit berdiri, berjalan pelan menuju taman kota. Disepanjang perjalanan, beberapa kali kulihat gerombolan E.P bertumpuk di bawah sinar matahari. Mata putih mereka yang seperti lampu berkedip-kedip pelan. Para ilmuwan menamainya dengan mode hibernasi, dimana para E.P hanya menggunakan sedikit energi dan masuk dalam keadaan seperti tidur pada manusia. Dengan habisnya energi, kebanyakan dari para parasit hanya berjemur saja dan berdiam sepanjang hari.

Yah, bukan urusanku. Selama mereka tidak mengangguku, aku tidak perduli dengan apa yang mereka lakukan.

Sesampainya ditaman, ku cari tempat duduk kosong, yang anehnya tidak banyak hari ini. Beberapa orang terlihat berkumpul dan mata mereka semua menuju ke satu titik. Mencoba mengabaikan semuanya, ku buka buku pelajaranku dan mencoba hanyut dalam pikiranku lagi...

Sampai sebuah nyanyian merdu merebak memecah suasana hening yang sesaat tadi ada...

" Kurasakan hatiku, meragu...

Kuharus bagaimana, ku tak tahu...

Merasa sepi, dalam hatiku...

Merasa hampa, dalam hidupku... "

Kutolehkan pandanganku sejenak, kearah tatapan orang-orang lainnya. Ke arah suara indah dan lembut itu berasal, suara seorang gadis yang cantik-

Eh, tunggu dulu

Gadis itu kan?

Bersambung



*Hikikomori : Adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial.


(Halo semua, karya pertama author nih... Gimana? Suka ceritanya? Kalau suka bisa tekan VOTE dan komen juga, biar meriah gitu bro, wkwkwkwk :v

Semua ilustrasi di novel ini dibuat oleh mba @vinamokka, makasih ya gambar kecenya!

Last but not Least, makasih buat semua yang udah nyempatin baca! Have a wonderful day all! Sampai jumpa lagi di episode berikutnya...

Venzuu, Over and Out...)


(UPDATE SETIAP HARI MINGGU)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro