00. Prolog
"Ha ah, kenapa manusia harus sekolah sih?"
Seorang siswa berpenampilan urakan mendesah pelan dan melihat keluar jendela. Dari jauh, terlihat sekawanan merpati pos terbang ke arah laut...
"Surat ya? Kemana kira-kira surat-surat itu diantar?"
"Nandra!"
Seketika siswa itu kaget, kemudian menjawab terbata-bata
"I-Iya bu?"
"Kamu ngelihat apaan diluar jendela? Segitu membosankannya ya pelajaran ibu?"
"E-Engga bu.."
Siswa itu tertunduk diam, guru muda itupun menghela nafas sejenak, sebelum melanjutkan menulis di papan tulis. Bau kapur yang khas pun menyerbak ke seisi ruangan...
"Jadi anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang Energy Parasite. Buka buku kalian halaman 25."
Nandra pun membuka pelan lembaran bukunya dengan malas, sambil sesekali menguap
'E.P ya? Gimana ya seadainya mereka tidak pernah menginvasi bumi? Mungkin sekarang kami akan belajar dengan proyektor.'
Sekali lagi Nandra mendesah, dan kembali lagi menatap keluar jendela.
"Nandra!"
---
"Ini buruk..."
Persedian bateraiku menipis, ya, aku tahu, orang lain tidak akan mengkhawatirkan hal sepele seperti itu, namun aku bukan orang lain. Pada usia 7 Tahun, aku menderita gagal jantung. Karena ketiadaan organ donor, tindakan darurat pun terpaksa dilakukan, yaitu mengganti jantungku dengan jantung bionic. Hal itu tentunya sebagai solusi sementara saja, agar aku bisa tetap hidup sampai ada donor yang tersedia. Namun setahun setelah itu, Invasi E.P terjadi dan berkat itu, kini operasi jantung menjadi mustahil. Dengan Ketiadaan Listrik alat-alat operasi pun tidak bisa dipakai, sehingga para dokter angkat tangan. Jadilah kini aku harus hidup dengan jantung bionic ini.
Dan sekarang, masalah semakin memburuk. Berkat teknologi canggih yang digunakan untuk membuat jantung bionicku, jantung itu masih berfungsi sampai sekarang, walaupun tidak pernah dimaintenance (Halooo, gimana caranya maintenance tanpa listrik?). Untuk bertahan hidup, aku menggunakan baterai-baterai yang masih tersisa. Pada mulanya baterai-baterai itu ada banyak, namun seiring waktu, persediaan pun menipis. Lagipula, aku tidak tahu berapa lama lagi jantung ini akan bertahan.
Tap Tap Tap
"Kenapa Ian? Kelihatannya kau sedang ada masalah?"
Kutolehkan wajahku pelan, seorang profesor tua dengan setelan jas putih lab berjalan perlahan memasuki ruangan, Profesor Indra, profesor yang sudah aku kenal lama
"Ngga ada apa-apa prof, cuman sedang menghitung sisa-sisa baterai yang ada."
"Begitukah? Omong-omong, aku punya kabar buruk untukmu Ian..."
"Apa itu Prof?
Profesor Indra terdiam sejenak, pikirannya menerawang sesaat, sebelum akhirnya membuka mulut
"Aku sudah menghitungnya, semua baterai yang tersisa dimarkas ini, dengan anggapan kau akan menggunakannya habis-habisan..."
"Kalau aku menggunakannya habis-habisan?"
"Hanya akan cukup untuk 1 tahun lagi..."
Sial...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro