❤️💙
Alice masih tidak mengerti mengapa Iruma memilih untuk kembali ke dunianya, membuka identitasnya sebagai manusia, namun Iruma sudah berjanji untuk bertemu dengannya dan jiga Clara, meskipun mereka terpisah mereka tetap terhubung.
Langit mulai dihujani dengan gumpalan es lembut, es itu menutupi sebagian jalan sampai atap rumah.
"Sudah musim dingin lagi saja," ucap Alice sembari menatap langit dari jendela kamarnya, kedua tangannya diangkat ke atas, meregangkan tubuh memang kegiatan paling enak sesudah bangun tidur.
"Iruma-sama sedang apa ya?" tanyanya, Alice senyum-senyum sendiri, namun senyuman itu dengan mudah luntur dari wajah tampannya.
Kini Alice melihat wajah sedih dirinya sendiri di pantulan cermin, sangat menyedihkan, baru kali ini Alice nerasa semenyedihkan ini, hilangnya Iruma benar-bebar mempengaruhi hidupnya. Memang benar Iruma adalah seorang manusia, tidak ada yang bisa mengelak dari fakta itu. Iruma bisa berbaur dengan para iblis di Netherworld saja menggunakan parfum khusus untuk menghilangkan bau manusianya.
Manusia dan iblis tidak bisa bersama, manusia sendiri makanan para iblis, jika Iruma berada di Netherworld nyawanya terancam bahaya dan Alice tidak ingin hak itu terjadi.
Iruma mati jauh lebih mengerikan dari dipulangkan ke dunia manusia.
"Haaaah ...." Helaan nafas panjang keluar dari mulut Alice, tidak baik murung selama berhari-hari, dia harus menbiasakan diri dengan kehidupan barunya, rutinitas mengunjungi rumah kepala sekolah harus dia lupakan sesegera mungkin. Disana sudah tidak ada Iruma.
Alice menepuk kedua pipinya dengan keras, lalu mencubitnya sampai merah.
"Memang bukan mimpi ...," rutuknya.
"Alice-chan!"
Alice dikejutkan dengan panggilan ibunya dari luar kamar, segera dia mengganti piyamanya, merapihkan rambut dan keluar secara elegan. Berjalan penuh wibawa layaknya bangsawan.
"Alice-chan kita kedatangan Pak Sullivan."
"Ha?"
Setelah Alice dan Sullivan berbincang, ekspresi wajah Alice berubah, kedua mata merahnya mengecil, keringat mengucur dari dahinya, rasa sedihnya itu seakan berubah menjadi harapan kecil, harapan kecil yang selalu dinantikannya selama ini. Mulutnya yang kini terbuka perlahan berubah menjadi senyum tipis.
"Pergi ke dunia manusia? Tentu saja aku ingin kesana, tidak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini."
"Tapi Alice-kun, saya tidak bisa memastikan kondisi Iruma-kun, bisa saja dia melupakanmu, tidak mengenalmu sama sekali, apakah kamu siap?"
Alice tertegun, mungkin saja, mungjun saja Alice tidak bisa menerima kenyataan itu, karena manusia tidak boleh mengetahui tentang Netherworld ini, tidak salah jika mereka menghapus ingatan Iruma tentang dunia bawah.
Alice tidak ingin merasakan sakit saat Iruma melupakan keberadaannya, namun kesempatan ke dunia manusia hanya hari ini saja. Tidak ada gunanya berpikir apa yang akan terjadi setelah dia berada disana dan bertemu lagi dengan Iruma.
"Ya, aku akan kesana, tak peduli Iruma-sama masih mengingat aku atau tidak, aku hanya ingin melihat kondisinya, aku selalu merasa khawatir ...." Kepala Alice menunduk, lalu kepalanya kembali naik, memeperlihatkan keyakinannya. "Iruma-sama ... aku ingin bertemu dengannya sekali lagi."
"Baiklah Alice-kun, saya akan mengantarkanmu ke gerbang menuju dunia manusia, kembalilah sebelum malam tiba."
"Baik, Pak Sullivan."
❤️💙
Alice melangkah masuk melewati pintu kayu besar yang di-summon Sullivan, pemandangan baru menyambut Alice. Langit biru cerah, pepohonan berdaun hijau, kapas putih melayang, dan jenis burung yang suka dibicarakan Balam terbang kesana-kemari dengan bebas.
"Ini adalah ... dunia milik Iruma-sama?"
Ah! Alice baru saja sadar bahwa dirinya berada di atap gedung tinggi, pantas saja terasa dekat dengan langit. Alice membalikkan badan, pintu katu besar dibelakang sudah tertutup dan perlahan menghilang, pintu akan muncul kembali tepat sebelum hari gelap. Hanya pada waktu itu saja Alice bisa kembali ke Netherworld.
"Kemana aku harus mencari? Aura di dunia ini sangat berbeda." Alice mengendus-endus layaknya anjing, berjalan ke tepi atap, menatap ke bawah. "Benar-benar berbeda, aku jadi bingung, apa aku harus terbang? Kalau ketahuan oleh para manusia akan repot, kalau berkeliling dengan kaki akan menghabiskan banyak waktu."
Alice menggaruk kepala bagian belakangnya dengan kasar, malas berpikir lebih lama dan menghabiskan waktu tanpa mendapat jawaban. Sayap hitam Alice keluar dari punggungnya, dan melompat dari atap.
Alice terbang sembari sesekali mendarat di atap gedung tinggi, dia tidak boleh terlalu lama terbang di langit, sebelum ada manusia yang sadar kehadiran dirinya.
Kepala Alice bergerak ke kiri dan kanan, mencari sebuah tempat untuk mendarat sekaligus mencari tempat yang berkemungkinan ada Iruma disana. Alice menemukan sebuah gedung putih dengan jam bulat dan lonceng yang bergerak.
"Apakah disama ada Iruma-sama? Kelihatannya disana tempat berkumpul manusia."
Alice mundur beberapa langkah, detik selanjutnya dia mulai berlari, saat kakinya sudah dekat dengan ujung atap, Alice pun melompat dan melebarkan lagi sayapnya, dia akan menuju gedung putih yang dilihatnya.
Alice berhasil terbang menuju atap gedung putih tersebut tanpa diketahui, sebenarnya Alice hampir saja diketahui, anak kecil menunjuknya, untungnya ibu anak itu tidak menganggap serius perkataan anaknya, jantung Alice yang berdetak kencang perlahan kembali semula.
"Tadi sangat menyeramkan, hampir saja," ucapnya sembari menyeka keringat di dahinya.
Alice pun berlari kecil menuju pintu untuk memasuki gedung, kaki rampingnya bergerak dengan cepat menuruni tangga, Alice sempat meloncati dua anak sekaligus agar lebih cepat, kelakuannya yang satu ini menjadi sorotan orang-orang yang sedang menggunakan tangga. Beberapa murid yang melihat Alice bertanya-tanya, apakah Alice murid baru sekolah ini atau bukan.
"Kya?!" seorang perempuan berambut biru panjang menjerit akibat Alice yang meloncat tiba-tiba.
Dalam hitungan detik Alice menengok ke perempuan itu.
"Iruma-sama?" Alice melihat perempuan itu yang dikelilingi banyak orang bak idol, seingatnya Iruma tidak suka tampil mencolok atau menjadi sorotan banyak orang, yang lebih mengejutkannya lagi Iruma yang ini tampil dengan wujud Akudol, cantik, pikirnya. Alice terpana dengan penampilan perempuan itu.
"Iruma? Kamu siapa? Murid baru sekolah ini? Anu ... mungkin kamu salah orang, aku Suzuki Irumi, aku tidak kenal dengan murid yang bernama Iruma, ma... maaf!" ucapnya dengan nada suara sedikit tinggi bersamaan dengan tubuhnya membungkuk.
"Iya ... sepertinya aku salah orang, ma ... maaf." Alice juga membungkukkan badannya, membalikkan badan, tangan kanannya meremas dada, kemudian tanpa pikir panjang Alice berlari menaiki tangga, dia ingin menenangkan diri di atap.
"Tunggu!" Perempuan itu kelihatan panik karena tingkah Alice, merasa bersalah, tetapi pada saat itu Irumi juga bingung harus merespon bagaimana, tiba-tiba saja disangka orang bernama Iruma oleh orang asing.
"Irumi, apakah kamu kenal dengan dia?" tanya temannya yang mirip dengan Ameri.
"Tidak sih ...," Irumi menggelengkan kepala, "tapi ... kelihatannya dia sedang ada masalah."
"Lupakan saja, ngapain kamu mengkhawatirkan orang asing, dia juga sampai mengira kamu adalah orang lain."
"Mungkin aku mirip dengan temannya!"
"Ha?"
❤️💙
Kembali pada Alice, pintu menuju atap ditutup dengan erat, tubuh Alice berangsur jatuh, sekarang dia tidak tahu apa yang sedang dirasakannya, kaget? Pasti, sedih? Mungkin, atau hampa?
Alice tidak tahu, Sullivan tidak pernah berkata wujud Iruma bisa saja berubah atau sifatnya bertolak belakang dari sebelumnya. Alice hanya merasakan rasa sakit di dadanya.
"Iruma-sama, beneran berubah ternyata ... kenapa aku berada disini? Ah ya, karena aku kangen dengan Iruma-sama, ingin bertemu dengannya lagi, bertaruh dengan masih ingat atau tidak."
"Hahaha ...." tawa keluar dari Alice, menertawakan dirinya sendiri.
Tawa terus bergema, diikuti dengan setetes air mata jatuh dari wajahnya.
"Kenapa aku menangis?"
"Menangis tidak membuat Iruma-sama kembali."
Alice mulai kembali bangkit, menghapus air matanya menggunakan lengan kanan, dia sudah bersiap untuk terbang, kembali ke Netherworld dengan tangan kosong maupun jawaban yang masih berputar dipikirannya. Setidaknya Alice sudah tahu bahwa keadaan Iruma baik-baik saja, berjalan lancar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Sekarang yang harus dia pwrjuangkan adalah kenaikan pangkat, Alice ingin menjadi Raja iblis menggantikan Iruma, mungkin dengan itu, kekuatan Raja iblis, bisa mempertemukannya lagi dengan Iruma.
Saat Alice menyusuri angkasa, perempuan bernama Irumi itu melihat Alice dari jendela lorong sekolah lantai dua, dia memperhatikannya terus, lalu sebuah senyum mengembang di wajah manisnya.
Alice sudah berada di Netherworld, kedatangannya disambut oleh Sullivan yang berkata, "Sepertinya tadi salah mengucapkan mantra Alice-kun, yang tadi kamu datangi adalah dunia pararel."
"Haaa?!"
"Maaf ya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro