Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab.2c

Sesampainya di sana, beberapa orang petugas keamanan pub datang menyambutnya.

"Bang Dev."

"Bagaimana situasinya?" tanya Devan sambil berjalan menuju pintu pub diiringi oleh petugas keamanan dan teman-temannya.

"Alisa masih di dalam, Bang. Sementara orang itu mabuk sambil memeluknya erat dan nggak mau lepasin. Kami sudah mencoba untuk mengendalikan situasi tapi bodyguardnya banyak. Kami takut akan membuat situasi makin tak terkendali."

Devan mengangguk tanpa suara. Langkah kakinya berjalan mantap menuju arah suara di mana ada orang bernyanyi dangdut dengan suara cempreng. Volume diperbesar hingga memekakkan telinga.

Saat pintu kaca yang memisahkan aula pub dengan halaman terbuka tampak di tengah-tengah ruangan, seorang lelaki bernyanyi sambil memeluk seorang wanita. Jika dilihat sekilas sepertinya mereka sedang berpelukan tapi jika diamati lebih lanjut, terlihat sang wanita menangis karena pundaknya dicengkeram. Belasan orang berdiri mengelilingi mereka berdua.

Devan memberi tanda agar musik dihentikan. Ruangan menjadi sunyi seketika, jika semula penerangan hanya berupa lampu remang-remang kini menjadi terang benderang. tidak berapa lama terdengar raungan marah dari tengah ruangan.

"WOII, SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MEMATIKAN MUSIK. NYALAKAN LAGI, AYO!"

"Bravo! Bravo! Seorang yang mengaku big boss memaksa wanita untuk menemaninya!" Devan merengsek maju sambil berteriak dan bertepuk tangan. Matanya menghitung cepat bodyguard di depannya, ada dua belas orang. Pantas saja para petugas keamanan pub tidak berani bertindak, kalah jumlah ternyata.

"NYALAKAN LAGI MUSIKNYA!" Teriakan terdengar dari tengah ruangan.

"Gue yang nyuruh matiin, Boss!" sahut Devan santai.

Seketika para bodyguard merengsek maju. Mata mereka menatap Devan dengan beringas. Devan mengangkat tangannya sambil meringis memandang laki-laki mabuk yang memeluk Alisa sekaligus bersikap waspada pada deretan laki-laki kekar yang menghadangnya.

"Siapa, Lo. Sok jagoan, berani lo ama gue? Kalau gue mau, gue bisa beli tempat ini. Apalagi cuma nyawa lo!"

"Wow-wow, gue terkesan, Boss. Bagaimana kalau kita bicara baik-baik dan lo lepasan itu cewek!"

"Hahaha ... apa? Lo mau cewek ini, si perek ini?" Laki-laki itu memeluk Alisa erat dan mencium paksa pipinya, membuat Alisa berjengit jijik. Tidak berapa lama dia menjambak rambut Alisa dan membuat wanita itu menjerit kesakitan.

"Lihat kan? Gue bisa lakukan apa pun yang gue mau sama perek ini, karena dia udah gue beli! Gue bisa beli dia, lo, apa pun di sini!"

Devan tidak menjawab, menatap Alisa yang sekarang menangis sambil meremas tangannya.

"Soal kekayaan, gue ngaku kalah Boss tapi soal harga diri, gue nggak bisa begitu saja dibeli. Ibarat kata, lo jual gue beli," ucap Devian sambil menyeringai, tidak berapa lama keluar perintah dari mulutnya. "Seraaang!"

Dengan satu pukulan cepat, Devan menyerang dua bodyguard di depannya. Mengerahkan kekuatan penuh, Devan memukul dan menghajar. Kakinya bergerak lincah untuk menendang, di sela-sela kepalan tangannya yang mematikan dia bergerak cepat untuk menangkis pukulan. Setelah beberapa jurus satu per satu pengeroyoknya ambruk.

Terdengar teriakan dan suara pukulan di sekitarnya, tidak sampai setengah jam para bodyguard tergeletak di lantai bersimbah darah. Devan sendiri berhasil melumpuhkan empat orang di antaranya.

"Lo lihat kan, anak buah lo nggak ada apa-apanya dibanding gue. Ayo, lepasin cewek itu atau lo mau cari mati?" ancam Devan.

"Hah, lo pikir gue takut? Dengan sekali telepon gue bisa datangin polisi ke sini!" laki-laki itu berteriak menantang, matanya memandang Devan dengan nanar.

"Telepon aja, gue nggak takut. Lo pikir usaha kami illegal?" Devan bergerak pelan mendekat ke tengah ruangan. Saat laki-laki itu lengah, Devan bergerak cepat menendang perutnya.

Devan meraih Alisa dan mendorong tubuhnya minggir. Laki-laki biang onar kini tergeletak di depannya. Alkohol membuat tubuhnya lemah, satu tedangan lagi dan dia terkapar tak berdaya.

Devan berdiri menjulang di depannya, tidak memedulikan rintihan laki-laki di bawahnya. Tangan Devan bergerak cepat menggeledah celananya. Terdapat tiga buah handphone dan satu dompet penuh berisi uang.

"Barang-barang lo, gue sita. Sampai lo bayarin semua kerugian di pub ini. Jangan coba-coba mengelak karena dengan satu sentuhan di layar handphone lo, entah itu istri atas boss lo pasti tahu kelakuan lo ini! Nikmati ini, bajingan!"

Dengan injakan terakhir di kaki laki-laki biang onar di bawahnya, Devan meninggalkannya meraung kesakitan. Dari ujung matanya dia melihat Alisa menatapnya.

Dia berjalan menghampiri Alisa dan memeluknya lalu membawanya keluar dari pub. Tidak ada yang berani menghentikan mereka, Devan melajukan motor kembali ke kontrakan dengan Alisan di bocengannya.

Saat pintu ruang depan menutup di belakang Devan, Alisa yang malam ini mengenakan gaun hitam sexy dengan pundak terbuka menubrukkan diri ke dalam pelukan Devan. Mulut keduanya terkunci dalam ciuman yang panas. Tidak ada kata-kata, tubuh dengan tubuh menyatu dalam gairah.

**

Baca sampai ending di yutub Nev Nov

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro