Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Satu: Yoshimura Kiyoko

"Apa yang kautakutkan?" Sachi mulai jengah karena Nihei tidak juga memercayai jawaban yang mereka berikan.

Pemuda dengan rambut semiran hijau tua itu bungkam. Dia menatap tiga gadis di hadapannya sekilas sebelum berjalan pergi bersama Ren.

"Jangan lupakan janjimu," peringat Rachaela.

Sebelum ujian, mereka harus memikirkan penempatan mereka di pementasan terlebih dahulu. Dengan mereka yang dikenal misterius, aneh, dan introvert, berbicara dengan klub teater yang populer akan menghasilkan beberapa masalah.

Miwa itu ... tidak terlalu berguna.

"Kenapa pemeringkatan semester lalu dipajang kembali?" tanya Natsuki saat ketiganya melewati papan pengumuman.

"Bukankah itu hal yang biasa?"

"Memang benar, tetapi aku tidak berpikir akan ada perubahan karena itu."

Sachi menguap kecil. "Ada beberapa perubahan, tetapi memang bukan karena itu."

"Oh, ya, Sachi-chan, aku membawa kue yang kujanjikan waktu itu," kata Natsuki.

"Benarkah?" Wajah Sachi berbinar. Gadis itu dengan bersemangat membuka pintu kelas. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?"

"Sepertinya aku terlalu memikirkan ujian." Natsuki mengambil kotak bekal yang biasa dibawanya ke sekolah dari dalam laci meja.

Para siswa laki-laki sedang mengadakan pertandingan sepak bola persahabatan dengan kelas lain, jadi Sachi tidak perlu bersaing dengan siapa pun. Gadis itu duduk manis di bangkunya dengan mata menyipit merasakan coklat yang lumer di dalam cupcakes.

Natsuki terkekeh melihat mulut Sachi yang ditutupi coklat dan memberikan tisu padanya.

"Daripada mengurusi Sachi, kau lebih baik belajar, Natsuki-chan," ujar Rachaela.

Kaede di sampingnya menghela napas. "Aku juga ingin kue buatan Natsuki, tetapi aku selalu tidak tega untuk mengurangi bagian Sachi-chan."

Natsuki tersenyum manis. "Maaf, Kaede-chan, aku memang membuat sedikit. Lain kali aku akan membawakan kue untuk satu kelas, oke?"

"Kau tidak perlu membuatkan para laki-laki itu juga." Rachaela mendengkus.

"Aku akan memberikan mereka kue percobaanku saja."

"Tidak. Lebih baik tidak memberikan mereka apa pun."

Kaede yang sejenak memperhatikan ponselnya kembali menatap ketiga gadis yang duduk di dekatnya itu. "Kudengar Nihei-san meminta kalian untuk menyelidiki tangga. Apa itu benar?"

"Begitulah." Rachaela menjawab selagi Sachi fokus pada kuenya dan Natsuki fokus menatap ke luar jendela, ke arah lapangan.

Gadis bermata hitam itu sepertinya diam-diam menyukai seorang siswa dari kelas sebelah.

Ketika itu, pintu kelas mereka dibuka. Hayagi Ren, sang wakil ketua dewan murid, memanggil Rachaela dan Natsuki untuk menemui Nihei di ruangan.

Kaede memperhatikan dua gadis itu pergi sebelum menatap Sachi yang masih asik dengan dunianya. "Kau tidak ikut bersama mereka?"

Sachi menoleh dan berkata polos, "Aku tidak dipanggil."

.

.

Nihei menepati janjinya untuk memberikan posisi penulis naskah kepada klub paranormal. Klub paranormal menerimanya dengan senang hati tanpa peduli alasan apa yang pemuda itu berikan pada klub teater.

"Meski begitu, kita hanya punya waktu dua hari untuk membuat sebuah naskah yang dapat diterima oleh klub teater," jelas Rachaela.

"Aku akan mengurusnya, ya," ujar Natsuki.

"Jangan lupa berikan nama pembina font yang terbesar," cibir Miwa.

"Aku tidak akan lupa untuk bagian itu." Natsuki tertawa, mengambil tasnya yang ada di atas meja ruang klub. "Aku akan ke perpustakaan. Karena hari ini ada banyak klub yang mengadakan pertemuan, kalian tidak perlu menungguku selesai."

Meski mengangguk patuh, kelima orang di dalam ruang klub paranormal masih terus memperhatikan punggung gadis itu hingga menghilang di balik pintu.

"Kencan di perpustakaan tidak buruk juga." Miwa meletakkan tangannya di dagu.

Berbaring di atas sofa dengan paha Kai sebagai bantal, Sachi menutup matanya dan berkata, "Mereka tidak akan bertahan lama."

"Mereka bahkan belum jadian." Rachaela tersenyum canggung. "Kau sungguh meramalkan hal itu?'

"Aku tidak akan main-main mengenai anggota klub ini, kecuali Miwa, sih."

"Hei!"

Rachaela bertepuk tangan sekali. "Kalian tidak ingin menguntitnya?"

"Itu hal yang hanya dilakukan oleh gadis-gadis." Secara khusus, Miwa mengarahkan pandangan tajam pada gadis di sofa.

Kai dengan sigap menyelimuti kaki Sachi dengan jaketnya.

Sudut mulut Miwa berkedut. "Kau tahu, kan, aku tidak memiliki niat semacam itu pada Sachi? Gadis ini tidak akan menyentuh sisi romantisku."

"Padahal aku ini gadis yang menarik," kata Sachi. "Kau hanya menyukai orang-orang aneh, ya." Dia melempar pandangan sekilas pada Rachaela.

"Diamlah!" Miwa berdecak. "Lagipula bukankah kau gadis teraneh di sekolah ini?"

"Aku akan melihat apa yang dilakukan Natsuki dan Murakami," ujar Rachaela dengan wajah canggung.

Gadis itu menyandang tasnya sedikit terburu-buru dan membuka pintu klub, tepat saat seseorang yang berdiri di luar tampak akan membuka pintu juga. Keduanya bertatapan selama beberapa saat.

"Salam kenal. Namaku Hanatsuki Nagisa. Mulai hari ini aku akan bergabung dengan klub sastra."

Lima orang di dalam ruangan "klub paranormal" memfokuskan pandangan pada pemuda yang berdiri dengan tumpukan buku di tangannya.

Dengan nama yang begitu feminim, dia tidak mengeluarkan aura perempuan sama sekali. Dengan tumpukan buku di tangannya, dia tidak kelihatan seperti kutu buku atau orang yang ditindas sama sekali.

Dan, dengan senyum terukir di wajahnya, Rachaela bahkan Sachi merasa mereka telah jatuh hati pada senyum dengan lesung pipi itu.

Kai dengan wajah cemberut membuat gadis yang sudah beranjak duduk itu kembali berbaring padanya.

"Siapa namamu, lagi?" tanya Miwa.

"Hanatsuki Nagisa. Kelas 2-A," jawab pemuda dengan rambut yang sangat rapi itu. "Aku jarang keluar kelas, jadi mungkin kita belum pernah bertemu sebelumnya."

Miwa yang tadinya bersandar pada dinding di samping jendela klub melangkahkan kaki ke hadapan Nagisa. "Siapa yang mengizinkanmu memasuki klub ini?"

Nagisa mengambil kertas dari balik sampul buku teratas yang ada di tangannya dan menunjukkannya pada Miwa dan Rachaela yang masih diam di tempat. "Ini surat persetujuan dari Ryuchi-sensei."

"Ryu-sensei pasti membuat kesalahan. Sampai kapan pun klub sastra tidak akan menerima anggota baru. Yah, kecuali setelah kami lulus, sih."

"Klub yang ada di sekolah selain sebagai bahan refreshing juga merupakan sarana untuk siswa mengembangkan bakat dan minat mereka di bidang non-akademik. Semua klub santai terbuka untuk anggota sepanjang tahun, bahkan aku sudah mendapat persetujuan dari pembina. Tidak ada yang salah dengan keberadaanku di sini."

Miwa meletakkan tangan di bahu pemuda itu. "Dengarkan. Dari sejak kau memiliki niat untuk bergabung dengan klub sastra, kau sudah salah. Ini juga bukan klub sastra, ini klub paranormal. Klub yang membahas takhayul dan hal-hal mistis di luar akal."

"Karena kepribadian asli kalian itu, aku jadi semakin tertarik untuk bergabung." Nagisa tersenyum manis sekali lagi. "Aku sudah tahu tentang kalian semua. Selain itu, kemampuan di luar akal yang kalian miliki bisa kujadikan bahan untuk karyaku selanjutnya. Sebenarnya, aku seorang penulis novel. Aku menyukai hal-hal yang aneh dan di luar akal. Aku pasti sangat cocok berada di sini."

"Sepertinya kita memang membutuhkan angin baru," kata Sachi, "benar, kan, Rachel?"

Rachaela tampak terkejut ketika Sachi memanggil namanya. Gadis itu melihat bolak-balik pada Miwa dan Nagisa yang sama-sama menatapnya, bingung sesaat. "Siapa ketua kita?"

"Jika menurut data, itu Yuki." Sachi menatap pemuda yang duduk di sudut membaca buku, berusaha membuat hawa keberadaannya menjadi setipis mungkin.

"Ah?" Yuki berakting seolah-olah dia tidak menyimak sedari tadi. "Mengapa tidak lakukan uji coba? atau kita menghubungi Ryuchi-sensei untuk meminta keterangannya," suaranya kian mengecil, "atau ...."

"Kita bisa gunakan pilihan pertama terlebih dahulu," potong Sachi.

"Kenapa kau terlihat sangat ingin menerimanya?" Kai bertanya dengan wajah muram.

Sachi tersenyum dan mencubit pipi sang kekasih. "Apa kau cemburu, bucin-ku sayang?"

.

.

24 Februari 2020

06.28 PM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro