Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Lima: Yoshimura Kiyoko

"Pembunuh yang ingin bersusah payah memakaikan seragam pada korbannya?" Miwa menggigit sumpit. "Kenapa, ya?"

Di atas meja makan, kedua orang lainnya tidak berniat menanggapi. Selagi Sachi menghabiskan nasi dan daging di mangkuknya, Allen mengambil sayuran yang tidak gadis itu makan.

"Kalian tidak penasaran?" tanya Miwa. "Tiga kasus beruntun semacam ini akan meninggalkan rumor untuk belasan tahun ke depan. Ketiga penyebab berbeda tidak mengubah fakta bahwa ini terjadi tidak sampai sebulan."

"Sudah ada polisi, untuk apa kita memikirkannya?" ujar Sachi.

"Mungkin saja sang pelaku berkeliaran bebas di sekolah." Miwa menyeringai. "Aku yakin 60% kalau pelaku ada di antara kita. Apakah para polisi itu bisa menangkapnya sebelum terjadi sesuatu?"

"Keluarga Sendou turun tangan, bukan?" Sachi meneguk air. "Mereka akan terbantu."

Miwa memasang wajah tidak setuju. "Klub paranormal kita memilikimu yang bisa meramal, Kai yang bisa berkomunikasi dengan arwah, dan Yuki yang bisa melihat banyak hal. Jika Natsuki juga dihitung, maka kita memiliki empat orang dengan kemampuan mistis. Kita tidak akan diam saja, bukan?"

"Arwah sulit untuk diajak bekerja sama, kucing bukan anjing yang pandai melacak, Yuki terlalu penakut, kekuatanku hanya untuk mencari uang. Kita sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Kasus semacam ini bukan hal yang baru dan akan cepat berlalu. Aku tidak yakin Keluarga Sendou tidak akan bisa menemukan sang pelaku."

Miwa menyandarkan badan mendengar perkataan Sachi. "Tidak seru."

"Ingin pergi ke makam besok?" Allen menatap Sachi.

"Ah, benar. Besok libur," ujar Miwa.

Sachi mengeluarkan dehaman lembut.

Kemudian ketiganya melanjutkan makan dalam keheningan.

Keesokan harinya, Allen langsung meletakkan tangan di kening Sachi setelah gadis itu keluar dari kamar.
"Sudah tidak pusing?"

Sachi menggeleng pelan.

Gadis itu bersama Allen dan Miwa pergi ke makam, menghampiri tiga pusara yang berjejer antara satu sama lain. Mereka berencana untuk hanya meletakkan bunga, berdoa, kemudian pulang. Ini adalah ide Allen dan Miwa.

"Kenapa tanganmu sangat dingin?" Allen tanpa sengaja menyentuh tangan Sachi.

"Ini hanyalah persoalan yang sama seperti sebelumnya," kata Sachi. "Aku hanya merasa sedikit menyesal karena ...." Karena aku memutuskan untuk hidup hingga detik ini.

Melihat gadis yang tiba-tiba terdiam itu, Allen dengan paham tidak lagi membahasnya. Dia hanya terus memegang tangan Sachi dan ketiganya bersiap pulang. Namun, saat tanpa sengaja melewati makam Ritsu, Sachi secara otomatis menghentikan langkah.

Miwa menggaruk belakang kepalanya dengan canggung. Tadi pagi, dia yang bertugas membeli bunga dari toko yang tidak searah dengan makam. "Aku lupa kalau ada Hinata-san."

Faktanya, dia lupa memberi tahu Allen untuk tidak melewati makam Ritsu. Dia juga memang sengaja tidak membelikan bunga tambahan untuk Ritsu karena dia selalu berharap Sachi melupakan gadis itu.

Keduanya juga tidak bisa dikatakan sebagai teman, tetapi mengapa seakan kematian Ritsu adalah tanggung jawab Sachi? Hanya karena sebelumnya Sachi telah melihat kematian Ritsu dan tidak bisa mencegahnya.

Mungkin untuk saat ini dirinya dan Allen bisa menghalau Sachi dari berpikir keras tentang keluarganya, tetapi dengan apa yang terjadi di sekolah ..., ini juga belum sebulan berlalu ..., akan sulit membuatnya tak acuh.

"Ini."

Tidak tahu dari mana datangnya, Allen memberikan setangkai bunga mawar putih kepada Sachi. Gadis itu tersenyum tipis dan meletakkan bunga tersebut di atas pusara Ritsu.

"Lain kali, aku akan memberikan bucket besar lagi," bisiknya.

Miwa menyugar rambutnya pasrah. Dia mendesah lega setelah Sachi tampak lebih baik dan berjalan ringan bersama Allen. Dia baru berniat mengikuti kedua orang itu saat tatapan orang lain ditangkap inderanya. Pemuda itu mengalihkan pandangan ke sekitar makam dan anehnya tidak menemukan orang yang mencurigakan.

Padahal tatapan barusan terasa begitu nyata.

.

.

"Sekolah ini sangat hebat." Rachaela berdecak kagum. "Tidak peduli apa yang terjadi, segala sesuatu harus pada jadwal yang ditentukan."

Dirinya bersandar di satu sisi dinding gedung olahraga sementara Sachi duduk di sebelahnya.

Keduanya menunggu Natsuki dan Miwa yang mengantarkan naskah untuk klub teater.

Di hari libur seperti ini, mereka tiba-tiba saja menerima pemberitahuan bahwa klub teater menunggu di gedung olahraga. Karena ujian sekolah kurang dari seminggu, mereka tidak bisa bermalas-malasan.

Saat Sachi, Miwa, Rachaela, Natsuki, dan Yuki sampai di sana, klub teater sedang sibuk menyusun properti. Selagi Miwa dan Natsuki menemui penanggung jawab naskah, Sachi dan Rachaela duduk di pinggiran seperti itu, menjadi patung berbicara.

"Yoshimura-san tidak terlalu akrab dengan siapa pun." Natsuki kembali seorang diri. Dia berkata pelan, "Selain itu, rumor sudah dibenarkan."

Sachi melirik Rachaela.

Gadis berambut ungu itu mengusap hidungnya sekilas. "Kakakku yang menemukannya. Lalu ayahku memimpin penangkapan kakak dari Yoshimura-san, Yoshimura Kahyu."

Di zaman yang serba digital seperti ini, SMA Hikaru maupun SMP Ttoma tempat Kiyoko dulunya bersekolah selalu mengunggah soal yang akan diujiankan di forum khusus guru. Soal-soal itu dapat dikeluarkan sebagai latihan untuk murid di tahun lain setelah ujian selesai dan dapat diambil oleh guru di kelas mana pun.

Sayangnya, Kahyu dan Kiyoko memanfaatkan hal ini untuk melakukan kecurangan. Kahyu yang sudah lulus SMA dan menjadi hikikomori akan meretas forum rahasia sekolah guna mencari soal yang akan keluar di ujian Kiyoko. Dia juga akan mencarikan jawaban sehingga Kiyoko tinggal menghafalnya saja.

Kiyoko sendiri bukan gadis yang bodoh. Akan tetapi, dia benci kekalahan.

Agar tidak dicurigai, dia juga aktif di kelas dan menunjukkan gambaran siswi jenius. Hanya saja dengan usahanya sendiri dia tidak akan mendapatkan nilai yang begitu tinggi pada setiap ujian sekolah. Kahyu selalu membantunya.

Kiyoko menjadi terbiasa dengan hal ini.

"Apa Hayagi-san diselidiki?" tanya Natsuki.

Hayagi Ren sebagai wakil ketua dewan murid merupakan juara umum kedua di sekolah. Dengan sifatnya yang aneh dan mencurigakan, banyak rumor tertuju padanya.

Rachaela berdecak. "Apa kalian benar-benar berpikir bahwa pembunuh Yoshimura adalah seorang murid? Orang yang melakukan hal semacam itu? Yang berusah payah memakaikannya seragam?"

Natsuki tertawa garing. "Aku juga baru menyadarinya. Kenapa yang lain menebak-nebak pelaku ada di antara murid? Aku juga jadi berpikir seperti itu."

Seakan tercerahkan, Rachaela menjentikkan jari. Dia berkata sangat pelan, "Apa kalian tahu siapa yang mengatakan hal ini pertama kali?"

Orang yang memulai rumor pelaku adalah siswa patut dicurigai. Rachaela akan mengatakan hal ini pada ayahnya. Sayangnya, kedua gadis di hadapannya tidak tahu siapa itu.

"Ngomong-ngomong, di mana Miwa?" tanya Sachi. "Aku ingin pulang."

"Dia ditahan oleh Omemoto-san," jawab Natsuki. "Selain itu, klub teater akan marah jika kita pergi terlebih dahulu. Kupikir mereka sebenarnya sedikit takut berada di sekolah saat sepi seperti ini."

"Mereka memperlakukan kita sebagai jimat?" tanya Sachi.

"Untuk saat ini mereka menghargai kita sebagai klub paranormal." Natsuki terkekeh.

.

.

Note :

Hikikomori = istilah untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial.

.

.

5 Maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro