Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Empat: Hinata Ritsu

"Kupikir kau akan menanyakan jawaban ujian seperti yang lainnya."

Di depan ruang klub, Sachi menatap Allen yang dengan sengaja menghampirinya.

"Yang kuperlukan darimu hanyalah buku catatan," ucap teman sekelas sekaligus sepupunya itu dengan nada datar.

Sachi masuk ke ruang klub untuk mengambil buku catatan sembari melirik Natsuki yang tampak asik bercerita dengan Mister Misteri.

Gadis itu memiliki rambut pendek di atas bahu berwarna hitam pekat yang sangat sesuai dengan bentuk wajahnya. Sikapnya lembut pada siapa pun. Dia menjadi sahabat bagi wanita dan menjadi adik maupun kakak bagi pria tanpa meninggalkan kesan genit.

Sayangnya, untuk orang yang tidak mengerti kemampuan gadis itu, mereka akan menganggapnya kurang waras karena begitu antusias saat berbicara dengan kucing. Antusias yang melebihi pecinta kucing di luaran sana.

"Kau sungguh berteman dengan mereka." Allen menyipitkan mata. Pemuda itu menerima buku yang diberikan Sachi.

"Aku selalu bersama orang-orang ini, ke mana saja kau selama ini?"

"Kupikir kau berpura-pura seperti sebelumnya." Pemuda itu berlalu.

Sachi membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan Natsuki. Dia sedikit terkejut, terlebih Mister Misteri berada dalam gendongan gadis itu persis menghadapnya.

"Meow meow."

"Mister Misteri berkata kau tidak perlu setakut itu padanya. Dia tidak akan menyakiti orang yang tidak menyakitiku," terjemah Natsuki.

Sachi tersenyum kecil. "Padahal kupikir binatang pada umumnya tidak benar-benar memiliki akal. Mereka hanya bertindak berdasarkan naluri. Bagaimana kau bisa mengerti binatang itu sebegitu detailnya seakan dia adalah manusia?"

"Kau bisa jelaskan bagaimana kau bisa melihat masa depan?"

Sachi memiringkan kepala dan terkekeh. "Benar juga, ya. Kita adalah orang-orang yang tidak bisa dijelaskan secara logika."

"Aku sedikit lapar," kata Natsuki. "Apa kau mau menemaniku melihat apakah ada kantin yang masih buka?"

"Kenapa tidak sekalian berjalan pulang? Rachel dan Miwa sedang pergi. Jika Yuki dan Kai sudah datang pun mereka tidak akan banyak berbicara."

"Kita ke kedai ramen saja kalau begitu." Natsuki mengangguk. "Tapi meski kita berkumpul pun kita juga tidak terlalu banyak bicara."

Kedua gadis itu mengambil tas dari ruang klub sebelum mengunci pintu.
Sebenarnya, tanpa dikunci pun tidak ada orang yang cukup berani untuk mengacaukan ruang klub mereka.

Alasan paling utama adalah karena rumor ruang klub berhantu.

Ketika klub sastra baru saja dibangun kembali oleh mereka, masih ada beberapa orang yang tidak mengetahuinya dan menganggap ruangan klub itu masih akan terus kosong. Dua pecandu rokok menjadikannya sebagai markas.

Kai mengetahui hal itu dan dia meminta teman-nya untuk mengganggu dua pecandu itu hingga keduanya berhenti merokok. Bahkan mereka seakan menjadi siswa yang baru disucikan. Keduanya lulus sebagai orang baik.

Alasan yang lain adalah Sachi yang terkadang usil menganggu keberuntungan orang lain.

Meski sulit dipercaya, pada hari biasa, mereka yang mengikuti perkataan Sachi akan mendapatkan hasil yang buruk. Padahal jika mereka fokus pada apa yang mereka yakini, mereka mungkin akan mendapatkan keberuntungan.

Dengan banyaknya kejadian serupa, selain menjadi dewi keberuntungan saat akan ujian, gadis itu hanyalah dewi pembawa sial. Akan tetapi, selama kau meminta gadis itu meramalmu dengan imbalan uang, gadis itu akan melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh.

Dan, jika kau mengganggu gadis itu, ucapkan selamat tinggal pada keberuntungan.

Bahkan Miwa sering berbicara terang-terangan untuk tidak menganggu pasangan itu.

"Kalian berdua akan ke mana? Bukankah hari ini jadwal pertemuan klub?"

Sachi dan Natsuki bertemu Ryuchi setelah baru saja menuruni tangga ke lantai satu. Pembina klub mereka itu tampak akan naik ke atas. Karena perjanjian saling menguntungkan di antara kedua belah pihak, mereka tidak berpikir pria itu akan mengunjungi ruang klub.

"Rachel dan Miwa ada urusan. Aku dan Natsuki akan mencari makan siang kedua," ucap Sachi.

Ryuchi berdecak. "Padahal biasanya kalian sangat bersemangat untuk tinggal di ruang klub. Mengapa saat jadwal rutin seperti ini malah pada membolos." Pria itu mengecilkan suara. "Aku tidak melupakan perjanjian itu, tetapi tolong bersikap rajinlah saat jadwal wajib kalian. Harga diriku dipertaruhkan."

Sachi mendengkus.

"Kenapa Ryu-sensei tidak ikut makan bersama kami saja?" Natsuki tersenyum manis.

"Meow." Mister Misteri seakan menunjukkan persetujuan.

Setelah berpikir beberapa saat, Ryuchi mengangguk. "Baiklah."

Pria itu memimpin jalan. Di belakang, Sachi dan Natsuki saling melempar pandangan.

Sachi berkata tanpa suara, "Nice, Natsuki."

Jika mereka pergi bersama Ryuichi, perut dan dompet mereka akan bersorak bahagia.

Sebagai salah satu guru muda di SMA Hikaru, selain mudah bergaul dengan murid, Ryuchi juga seseorang yang tidak akan berpikir saat mengeluarkan uang untuk anak didiknya. Sayangnya, dia bukan orang yang terlalu rajin.

Saat klub sastra yang akan dibangun kembali membutuhkan pembina agar mendapat izin, tanpa sengaja mereka bertemu.

Klub sastra mendapatkan pembina yang tidak tegas atau memberikan banyak tugas, sementara Ryuichi bisa mendapat gelar pembina meski tidak banyak bekerja. Setidaknya dia tidak akan ditunjuk untuk menjadi pembina klub lain di mana para anggotanya ambisius. Saling menguntungkan.

"Apa tadi Ryu-sensei ingin pergi ke ruang klub?" tanya Natsuki.

Ketiganya pergi ke sebuah kedai ramen yang hanya beberapa meter dari sekolah.

"Begitulah," jawab Ryuchi. "Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan ke kalian. Sebenarnya lebih baik jika semua anggota hadir."

"Semua anggota yang kaucari hanya enam orang." Sachi berekspresi datar.

"Kau bisa mengatakannya pada kami saja," ujar Natsuki.

Ryuchi mencondongkan badan ke depan dan mendekatkan kepalanya.

"Aku sudah punya Kai."

"Aku sudah punya Mister Misteri."

Dua siswi di depannya memundurkan badan mereka, Ryuchi mendesah pasrah.

"Apa yang Sensei inginkan?" Sachi bertanya dengan tatapan waspada.

"Anak-anak, kesalahpahaman kalian benar-benar menyakitiku," ucapnya.

Natsuki menunjukkan senyum polos.

Ryuchi mendesis. "Kalian tahu, kepala sekolah mulai meragukan kinerjaku sebagai pembina klub. Jika kalian tidak juga menghasilkan sesuatu yang berharga, mungkin kalian, aku, dan ruang klub sastra tidak akan bahagia. Ucapkan selamat tinggal pada simbiosis mutualisme ini."

"Itu berbahaya. Lakukan sesuatu, Sensei!" Sachi dengan ringan memerintah.

"Aku juga ingin melakukan sesuatu," kata Ryuchi, "tapi itu juga jika kalian mau bekerja sama."

Natsuki menatap ramen yang ada di hadapannya selama beberapa saat. Gadis itu berkata tanpa mengangkat kepalanya, "Apa Ryu-sensei menargetkan pementasan teater?"

Ryuchi menunjuk Natsuki dengan sumpitnya. "Aku kagum kau sudah mengetahui hal itu. Bukankah masih rahasia?"

Natsuki tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.

"Aku ingin kalian mencoba menawarkan diri untuk berpartisipasi. Meski kalian tidak bisa berakting, setidaknya kalian bisa menjual wajah. Jika tidak, menulis naskah tidak terlalu sulit, bukan? Kupikir kalian suka menulis. Kalian juga bisa menggunakan Miwa sebagai koneksi. Omemoto-san, pacarnya itu, bukankah anggota penting di klub teater?"

Sachi dan Natsuki saling melempar pandangan dalam diam.

"Aku akan ke toilet dulu," ujar Natsuki.

Mister Misteri dengan setia menjaga tempat duduk pemiliknya.

"Sachi," panggil Ryuchi.

Sachi yang sedang menyeruput kuah ramennya menoleh. Di samping, Mister Misteri mengeong.

"Kau tidak apa-apa?"

"Apa maksudmu?"

"Bisakah kau berbicara dengan lebih hormat? Aku sekarang gurumu, lho."

Sachi memakan ramennya dengan wajah tak acuh.

"Aku hanya ingin tahu keadaanmu," kata Ryuchi. "Kupikir kau memiliki sedikit kedekatan dengan gadis hari itu. Ritsu Hinata-san, bukan?"

"Aku hanya dekat dengan mereka berlima saja."

"Di saat begini kau berpura-pura kalau kita tidak saling mengenal."

"Sikapmu mengganggu." Sachi menyipitkan mata dan menggigit ujung sumpitnya. "Kau tidak akan bisa menikah sampai umur tiga puluh. Kasihan sekali."

"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak sudi kauramal!"

"Mau bagaimana lagi? Itu muncul begitu saja di hadapan musuh."

"Tapi aku ini Sensei-mu."

"Berisik."

.

.

27 Januari 2020
06.18 PM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro