Chapter 9 - You're My Ex
Author's POV
Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa kini tersisa lima hari lagi menuju hari 'itu'. Hari di mana Muichirou akan meninggal, tepat pada tanggal 24 Desember. Di malam Natal. Pukul delapan lebih enam belas menit di malam hari.
(Y/n) sudah mengingat semua informasi itu di dalam kepalanya. Ia tidak boleh melupakan hal penting seperti itu. Bisa-bisa akan terjadi kesalahan yang sangat fatal.
Hari ini adalah hari terakhir (Y/n) akan pergi ke sekolah sebelum libur akhir tahun dilaksanakan. (Y/n) tidak sempat memikirkan tentang libur akhir tahun itu. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah tentang bagaimana menolong Muichirou nanti. Ia tidak punya waktu yang cukup banyak untuk berpikir hingga matang.
Angin berhembus kencang ke arahnya. Rasa dingin yang menusuk di kulit dirasakan oleh (Y/n). Ia membenarkan letak syal di lehernya yang tertiup oleh angin beberapa detik yang lalu. Ia melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolahnya.
Karena Muichirou masih sakit, maka hari ini ia tidak masuk sekolah. Ibunya mengatakan hal itu pada (Y/n). Dan, (Y/n) pun menyetujui apa yang dikatakan oleh wanita paruh baya itu.
Dengan langkah kakinya yang pelan dan tidak terburu-buru, (Y/n) berjalan menuju kelasnya. Banyak segelintir siswa yang sedang berdiri di sepanjang koridor yang dilalui oleh (Y/n). Canda tawa dan suara orang berbincang terdengar di sepanjang perjalanannya menuju kelas.
Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju kursinya yang berada di dekat jendela. Ia memang sengaja memilih letak tempat duduk di sana. Selain bisa melihat pemandangan, jendela di sampingnya juga bisa digunakan untuk mengusir rasa bosan karena materi yang dijelaskan oleh sensei-nya, misalnya.
"Oi, (Y/n)!"
Tepukan di bahunya mengejutkan gadis itu. Lamunannya seketika buyar. Ia langsung menoleh pada sesosok lelaki bersurai cokelat di sampingnya, Kazuo namanya.
"Jangan mengangetkanku seperti itu, Kazuo," protes (Y/n).
Kazuo erkekeh, "Aku hanya berusaha membuatmu kaget."
"Selamat usahamu itu berhasil," sahut (Y/n) sakartis.
Kazuo pun duduk di hadapan (Y/n). Ia memeluk sandaran kursi yang didudukinya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Tokito?" tanyanya membuka percakapan dan mengingatkan (Y/n) tentang Muichirou yang masih sakit.
"Baik-baik saja."
"Apa kalian jarang bertengkar?" Kazuo menatap (Y/n) dengan kepalanya yang dimiringkan.
"Hmm... jarang. Tidak sesering apa yang ada di pikiranmu itu, Kazuo," jawab (Y/n).
"Memangnya kau tak ingin bertengkar dengannya?" ucap Kazuo iseng.
"Tidak! Itu hanya akan menimbulkan masalah baru, Baka!" tukas (Y/n) kesal.
Lagi-lagi Kazuo tertawa. Kali ini tawanya benar-benar terbahak-bahak. Entah apa yang merasukinya, (Y/n) tidak tahu.
"Jangan tertawa seperti itu. Wajah bodohmu semakin terlihat jelas," ejek (Y/n).
"Walaupun begitu, jangan lupa jika aku adalah lelaki paling populer di sekolah ini." Kazuo mendadak menjadi terlalu percaya diri dan membuat (Y/n) ingin membuang percaya dirinya yang melebihi kapasitas itu.
"Aku tidak mengerti mengapa aku bisa menjadi kekasihmu saat itu," gumam (Y/n) yang masih dapat didengar oleh Kazuo.
Gelak tawa dari lelaki di hadapannya itu terdengar lagi. Membuat mereka menjadi pusat perhatian satu kelas. Lebih tepatnya Kazuo yang diperhatikan karena gelak tawanya yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Berbeda dengan Kazuo, (Y/n) yang merasa risih diperhatikan oleh teman-teman sekelasnya hanya bisa berharap ia ditelan oleh Bumi saat itu juga.
***
"Pulang bersamamu?"
Raut wajah (Y/n) berubah heran. Ia tidak ingat jika Kazuo pernah mengajaknya pulang bersama dulu. Bahkan di saat ia belum mengulang waktu.
"Oh, ayolah. Kita kan sudah menjadi teman sekarang. Tidak mungkin seorang teman menelantarkan temannya yang sedang bersedih karena kekasihnya sedang sakit, bukan?" Kazuo berusaha membujuk (Y/n).
Sebenarnya bukan karena (Y/n) tidak mau. Hanya saja ia tidak ingin Kazuo pulang bersamanya hanya untuk menggantikan posisi Muichirou. Yah, karena Muichirou masih sakit, maka (Y/n) pun pulang seorang diri. Awalnya ia berpikir seperti itu. Namun, ternyata Kazuo di sini, menawarkan dirinya untuk pulang bersama.
"Bagaimana jika aku traktir?" Kazuo menaik-turunkan alisnya.
Memdengar kata "traktir", (Y/n) pun langsung mengangguk setuju tanpa berpikir lebih lama. Hal-hal yang gratis memang tak bisa ia tolak.
***
Setelah perjalanan dengan bis selama beberapa menit, (Y/n) dan Kazuo akhirnya tiba di sebuah kafe. Bangunan kafe itu sederhana. Terbuat dari dinding kayu dengan model vintage yang menjadi ide dasar desain bagian dalam kafe itu.
Aroma kopi yang tidak begitu menyengat menghampiri indra penciuman (Y/n). Setelah masuk ke dalam, ia melangkahkan kakinya menuju salah satu meja untuk ditempati oleh dirinya dan Kazuo. Meja yang dipilihnya berada tepat di dekat jendela. Kendaraan yang berlalu-lalang dapat terlihat dengan jelas dari balik jendela berkaca transparan itu.
"Kau ingin apa?" tanya Kazuo pada (Y/n) yang sedang melihat-lihat daftar menu.
"Vanilla latte saja," jawabnya seraya menutup buku menu di tangannya.
"Kau tidak lapar?" tanya lelaki itu.
(Y/n) menggeleng, "Tidak terlalu. Aku hanya ingin sesuatu yang hangat."
"Baiklah. Aku pesan dulu," sahut Kazuo lalu pergi menuju kasir.
(Y/n) menatap ke arah jendela. Pandangannya tertuju pada jalan raya yang tidak terlalu ramai. Butiran-butiran salju mulai turun dari atas langit. Tak sengaja matanya menatap pada seorang anak kecil yang terjatuh. Sebelumnya anak kecil itu berlari dengan kencang hingga akhirnya ia jatuh. Ibunya mengejarnya dengan tergopoh-gopoh. Ia langsung memeriksa anaknya, mengecek apakah ada luka atau tidak.
"Apa yang sedang kau perhatikan?"
(Y/n) pun mengalihkan pandangannya dari jendela. Ia menatap pada Kazuo yang sudah kembali dan duduk di tempatnya semula. Di meja sudah terdapat pesanan mereka masing-masing.
Tangan (Y/n) bergerak mengambil gelas di hadapannya. Ia menyesap perlahan vanilla latte di dalamnya. Rasa hangat menjalar dari kerongkongannya hingga ke lambung.
"Terima kasih, Kazuo," ucap (Y/n) sambil tersenyum.
"Sama-sama," sahutnya. "Sepertinya jika aku ingin mengajakmu pulang bersama lain kali, aku harus mentraktirmu, ya," sambungnya.
"Tidak perlu seperti itu. Lain kali aku akan langsung menerima ajakanmu. Namun, rasanya sangat mustahil jika menunggu momen itu datang. Tempatmu sudah ada yang memilikinya," jawab (Y/n) sambil terkekeh.
"Ah, aku lupa jika Tokito adalah kekasihmu sekarang. Padahal dulu akulah yang berada di posisinya." Tatapan Kazuo menerawang.
"Sudahlah, jangan bahas masa lalu. Kita hanya perlu fokus pada masa depan," sahut (Y/n) santai. Ia tidak terlalu memusingkan hubungannya dulu dengan Kazuo, si murid populer di sekolah.
Kazuo lagi-lagi tertawa," Ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan padamu," ucapnya setelah tawanya pudar.
"Nani?"
"Mengapa kau mengakhiri hubungan kita saat itu?"
(Y/n) terdiam. Banyak alasan mengapa ia mengakhiri hubungan bahagia mereka saat itu. Namun, meskipun sangat banyak jawaban yang bisa (Y/n) katakan, ia tidak sanggup mengatakannya pada Kazuo.
Tetapi, (Y/n) pun membuka mulutnya dan mengatakan satu kalimat yang membuat Kazuo tidak bisa berkata-kata.
"Kau terlalu baik untukku, Kazuo."
***
Adh, Kazuo udah jadi mantanಥ‿ಥ
Si yeen emg gblk mutusin si Kazuo.g canda gblk. Yah, bukan salah si yeen sih, Wina yang buat alur ceritanya WOWKOWOKWOWK.
Makasih banget kalian udah mau baca, vote dan comment. Makasih ya!!❤✨
Semoga kalian gk bosen sama alur ceritanya ya🗿
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro