Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13 - Tersenyumlah Untukku

Author's POV

Satu bulan adalah waktu yang lama bagi Muichirou. Sudah tepat sebulan (Y/n) berbaring di sana. Di ruangan yang sama. Dengan peralatan medis yang Muichirou tidak tahu namanya menempel pada tubuh gadis itu.

Muichirou menatap pada kaca transparan di depannya. Di balik kaca itu, (Y/n) sedang tertidur. Bermain-main di alam mimpinya. Melupakan kehidupan nyatanya di sini. Melupakan Muichirou yang selalu menunggunya untuk bangun dan tersenyum padanya. Tetapi, sampai kapan ia harus menunggu?

Perlahan, Muichirou membuka pintu kamar di mana (Y/n) berada. Ia mendekatinya lalu duduk di samping gadis itu. Ia memandangi wajah (Y/n) dengan saksama. Bagaimana bentuk matanya yang terpejam, hidungnya, bibirnya. Tidak pernah selama ini Muichirou memandangi wajah gadis itu. Namun, kali ini ia bisa memandangi wajahnya dengan puas.

"Berapa lama lagi hingga kau sadar, (Y/n)?" gumam Muichirou. Dengan hati-hati, ia meraih tangan kanan gadis itu. Menggenggamnya namun tak begitu erat.

"Matsumoto sudah kuhajar sekali. Ia tidak mau menjelaskannya padaku tentang bagaimana hubungan kalian. Ia bilang, ia hanya ingin kau yang menjelaskannya padaku. Sebenarnya aku tak terlalu keberatan dengan itu. Namun, kau tidak sadar hingga detik ini."

Muichirou menunduk. Menatap pada jari-jemari (Y/n) yang berada di dalam genggamannya. Bermonolog sudah menjadi kebiasaannya di setiap kali ia datang menjenguk gadis itu. Meskipun tidak ada sahutan apapun dari (Y/n), ia terus melakukannya. Ia yakin (Y/n) mendengarkan apa yang ia katakan.

"(Y/n), jangan tinggalkan aku. Ikanaide." (Jangan pergi)

Lelaki itu terdiam. Menatap ke luar jendela. Gedung-gedung pencakar langit terlihat dari sana. Menunjukkan betapa tingginya mereka.

Kembali lagi Muichirou menatap pada (Y/n). Kelopak matanya masih tertutup. Menyembunyikan indahnya manik (e/c) milik (Y/n) di baliknya.

Muichirou menghela napas. Hari ini pun masih sama. Belum ada tanda-tanda (Y/n) akan bangun dalam waktu dekat. Gadis itu masih menikmati alam mimpinya. Membiarkan keluarga, teman-temannya, dan juga kekasihnya yang menunggunya untuk bangun dengan senyuman di wajah gadis itu.

Kursi yang sedari tadi Muichirou duduki, ia geser perlahan. Lalu, ia bangkit berdiri. Namun, ketika ia ingin melepaskan genggaman tangannya dari (Y/n), jari-jemari miliknya bergerak perlahan. Muichirou menatapnya sambil diselimuti oleh keterkejutan.

"Hari ini... kau tidak bicara banyak... Mui-chan..."

Mendengar suara itu, suara milik seseorang yang sudah sangat ia rindukan, Muichirou menatap pada wajah (Y/n). Kelopak matanya sudah terbuka. Manik (e/c) miliknya menatap tepat pada Muichirou. Disertai oleh senyuman di paras manis gadis itu.

Muichirou segera menekan tombol di dekat sisi ranjang tempat (Y/n) berbaring. Ia menunggu sang dokter dan perawat untuk datang.

"Kau... benar-benar sudah sadar, bukan?" tanya Muichirou tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Aku sudah sadar, Mui-chan."

Air mata menetes dari pelupuk mata Muichirou. Ia langsung memeluk gadis itu dengan erat. Sangat erat hingga (Y/n) tidak bisa membalas pelukannya.

Namun Muichirou harus merelakan untuk melepaskan pelukan itu ketika seorang dokter dan perawat datang untuk mengecek keadaan (Y/n). Muichirou menunggu di luar. Namun, kali ini bukan rasa khawatir dan cemas yang ia rasakan. Melainkan rasa bahagia dan senang.

Dokter itu keluar. Menjelaskan semuanya pada Muichirou tentang keadaan (Y/n). Pada akhirnya, lelaki itu bisa menghela napas lega setelah mendengar semua kabar baik yang dokter itu sampaikan.

Muichirou kembali masuk ke dalam. Ia melihat ke arah (Y/n) yang sedang menatap langit-langit ruangan itu. Tatapannya terlihat kebingungan.

"Mui-chan," panggilnya.

"Ya. Ada apa?" tanyanya sambil mendekat pada (Y/n).

"Sudah berapa lama aku tidak sadar?" Gadis itu menoleh dan menatap pada Muichirou yang duduk di sampingnya.

"Satu bulan. Hari ini tepat satu bulan sejak hari itu," jawab Muichirou.

"Ini aneh," gumam (Y/n).

"Apa yang aneh?"

"Aku hanya merasa tertidur selama beberapa saat. Tetapi, kau bilang sudah satu bulan. Aneh sekali," cetus (Y/n).

Apakah ini adalah perbuatan Aretha? batin (Y/n).

"Itu tidak mungkin, (Y/n)," balas Muichirou.

"Sudahlah, lupakan saja," Ia tersenyum.

Muichirou diam sejenak. Ia menatap pada (Y/n) yang tengah memandangi vas bunga di atas meja. "Apakah selama ini kau mendengar apa yang kukatakan?"

Kepala gadis itu menoleh. Ia menjawab, "Aku mendengarnya. Semuanya."

"Semuanya?"

"Ya, semuanya."

Muichirou terdiam. Lalu ia bergerak mendekat ke arah (Y/n). Mengulurkan tangannya ke balik punggung gadis itu. (Y/n) hanya diam karena perlakuan Muichirou padanya. Namun, tak lama kemudian ia membalasnya.

"Tadaima, Mui-chan."

Muichirou tersenyum tipis dari balik punggung (Y/n).

"Okaeri, (Y/n)."

***

"Kau yakin ingin berjalan-jalan di luar?"

(Y/n) mengangguk semangat. Ia melihat ke arah jendela di sampingnya. Tidak banyak yang bisa ia lihat di sana. Hanya gedung-gedung pencakar langit dan angkasa yang berwarna biru.

"Ya. Rasanya sudah lama sekali aku tidak terkena sinar matahari," ujar (Y/n) tanpa memandang Muichirou yang berdiri di ujung ranjang tempat (Y/n) duduk.

Ditarik napas panjang lalu ia hembuskan, "Baiklah."

Muichirou menarik kursi roda di sudut ruangan itu. Ia mendekatkannya ke tepi ranjang (Y/n). Setelah itu, ia mengangkat tubuh gadis itu dengan mudah ke atas kursi roda.

"Pakai ini," Muichirou mengulurkan sebuah mantel dan syal kepada (Y/n).

"Arigatou."

(Y/n) mengenakan mantel dan syal itu dibantu oleh Muichirou. Rasa hangat menyelimuti (Y/n) setelah ia memakai mantel dan syal dari lelaki itu.

"Kau ingin ke mana?" tanya Muichirou sambil memegang pegangan kursi roda.

"Ke taman saja, Mui-chan."

Setelah melewati lorong rumah sakit tak begitu panjang, mereka pun tiba di taman rumah sakit. Tidak banyak orang di sana. Hanya ada beberapa pasien dan keluarga mereka yang datang menjenguk untuk sekedar berbincang.

Kursi roda yang (Y/n) pakai didorong oleh Muichirou. Melewati pepohonan sakura yang sedang tak berbunga dan tertutupi oleh tumpukan salju. (Y/n) menatap pada seorang anak kecil yang terjatuh di depannya. Tepat di depan kursi roda yang ia gunakan sekarang.

(Y/n) membantunya berdiri walaupun sedikit kesulitan. Melihat (Y/n) yang kesulitan, Muichirou membantu anak kecil itu untuk bangun. Ia berjongkok di depannya.

"Eh, Nii-chan?" ucap anak kecil itu terkejut. Wajahnya yang bulat dengan rambut yang dikepang dua membuatnya terlihat imut.

"Kau mengenalnya, Mui-chan?" tanya (Y/n) penasaran.

Muichirou menggeleng. Ia merasa bingung dan heran karena pernah melihat wajah anak itu di suatu tempat.

"Nii-chan yang menolongku waktu itu! Nii-chan tak ingat ya..." Wajahnya yang imut itu berubah menjadi cemberut.

Muichirou pun ingat. Ya, ia adalah anak yang sempat ia tolong sebulan yang lalu. "Ah, aku ingat sekarang," jawab Muichirou setelah ia mengumpulkan ingatannya tentang wajah anak kecil yang ia tolong.

"Aku senang Nii-chan mengingat aku! Aku mau berterima kasih karena Nii-chan telah menyelamatkanku hari itu," Ia tersenyum lebar.

"Sama-sama," Muichirou tersenyum samar ke arah anak itu.

Anak itu pun pergi dari sana karena dipanggil oleh ibunya. Ia pamit pada (Y/n) dan Muichirou meskipun enggan. Anak perempuan itu masih ingin berbincang dengan (Y/n) dan Muichirou di sana.

"Anak yang tadi sangat lucu," komentar (Y/n) sambil tersenyum lebar mengingat bagaimana wajah anak perempuan tadi.

Muichirou tidak merespon apa-apa. Ia hanya mendorong kursi roda (Y/n). Menyusuri taman rumah sakit yang tidak terlalu besar.

"Mui-chan."

"Hm?"

(Y/n) menoleh ke belakang, ke arah Muichirou. Ia menatap lelaki itu dengan dalam-dalam, "Jangan merasa bersalah terus, Mui-chan."

Lelaki itu diam. Ia berhenti mendorong kursi roda (Y/n). Mereka diam tepat di bawah pohon sakura dengan sebuah kursi taman di bawahnya. Muichirou mendorong kursi roda (Y/n) ke sisi kursi itu. Lalu lelaki itu duduk di kursi taman dengan (Y/n) yang berada tepat di hadapannya.

"Kau dengar perkataanku tadi, kan?" (Y/n) menatap Muichirou lagi.

Muichirou menghindari tatapan (Y/n). Ia menatap ke arah lain seraya menjawab, "Ya, aku mendengarnya."

(Y/n) tersenyum lagi. Senyumannya lebih lebar dari sebelumnya. "Jangan lakukan hal itu lagi atau aku benar-benar akan pergi."

"Ke mana?" Muichirou menoleh dengan cepat.

"Rahasia," (Y/n) mengedipkan matanya.

Sambil menghela napas panjang, Muichirou menatap (Y/n) dengan intens. Tepatnya ke arah senyum milik gadis itu.

"Tersenyumlah," ucap (Y/n), "untukku."

Dengan perlahan, sebuah senyuman yang benar-benar lebar diberikan oleh Muichirou untuk gadis di hadapannya. Kali ini senyumannya tidak tipis atau samar seperti yang biasa ia lakukan. Melainkan sebuah senyum yang sangat langka Muichirou lakukan.

"Terima kasih karena kau selalu ada untukku, (Y/n)."

— Tamat —

Yo minna!

Omaigat udah tamatಥ‿ಥ

Ceffat sekali ya🤧

Makasih juga ya karena kalian udah mau baca, vote, dan comment di cerita ini sampe tamat. Makasih bangett😭💕💞💖💗❤

Ps: jangan diapus dlu dari library ya, krn masih ada epilog, oke?🥺

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro