Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

˗ˏˋ ⸙: ❛ 2, elegi yang mulai bergema

Arunika menyembunyikan diri. Selaksa gegana telah pergi. Menyisakan ayar tanpa atma membasahi bentala. Disiram dengan deras bak diri yang tengah memohon aksama.

Sang puan berdiri tanpa asa. Manik menyorot teduh. Sirat gelabah tampak jelas. Apatis akan nauda yang sudah membasahi tubuhnya.

Serapah tak sanggup berkutik. Redum menggelayuti dirinya. Harsa pun gata aksa. Sedang hasrat masih berdiam di sana. Meski derana sudah menggandrungi raga.

Ketaksaan berada di hadirat. Jelah sudah sisihi netranya. Sarayu bergerak, membuat dirinya sadar. Sadar bahwa rahsa tergamang masih ada.

"Kau... pasti melupakanku, bukan?"

Labium bergumam. Pedar akan sang kirana, payoda justru menambah jumlah. Ayar sudah tenrisau. Kini berubah menjadi anggara tanpa afeksi.

Yang ditunggu masih abstrak. Ponsel dikeluarkan dari saku. Titik-titik air menghalangi pandangan. Namun, jemari masih memiliki atmanya.

Bergerak mencari asma sang teruna di sana. Namun, gelabah yang ia dapatkan. Sang puan tergugu. Kalbu diselimuti oleh anala. Basirah terlampau kaku.

Sedari awal raganya memang tak perlu menunggu. Karena kini laralah yang mendatanginya.

***

Dua minggu telah berlalu.

Lara masih menggandrungi diri. Sepi tak juga pergi. Paras dahayu berubah pasi. Harsa telah andam karam. Pun menyisakan raga yang terlampau gulana.

Sang teruna tidak pernah kembali. Lengkara, bak komet yang mudah hirap dan dilupakan oleh semua orang. Begitulah rahsanya saat ini.

Digagahkan maniknya ke arah sang nabastala. Terangkul oleh gegana kelabu yang sebentar lagi akan menjatuhkan naudanya. Arkian dirinya tak pergi dari sana ataupun berteduh.

Citta masih tertuju pada sang teruna berasma Vanitas itu. Meski diri telah merasa lindap, namun dama masih memiliki karsa. Entah apa, tetapi ada. Di sana, di dalam kalbunya yang anitya.

Mega kelabu menggelayut di atas sana. Persistensi menjadi teman sang jumantara. Menunggu dirinya untuk tetap berada di sana. Meski kerap kali ia berubah-ubah. Cerah bisa berubah menjadi redum. Begitu pula sebaliknya, sporadis.

"Kau tahu, Vanitas-kun?"

Labium berujar. Beberapa patah kata terucapkan walau citta sedang tak ada di sana. Meski diri tengah ingin menangis kala menyebut asmanya. Jenama milik sang teruna yang kini mulai lindap dari kehidupannya.

Payoda pemarah membawa turun anak-anaknya. Membasahi dirgantara beserta seisinya. Walau sandyakala baru saja hendak menampakkan diri. Namun, karsanya itu diambil alih oleh sang elegi, tanpa nuraga.

Melaung di bawah sana. Nayanika menyembunyikan entitasnya. Aksa kini hadir dengan terang-terangan. Kegundahan digantikan oleh rahsa lain.

"Aku benar 'kan, Vanitas-kun? Kau menyangkalnya, namun fakta tidak bisa berbohong. Kau sudah menjauh dariku saat ini, bahkan sejak dua minggu yang lalu."

Relung hati terasa hancur, tercerai-berai. Berantakan hingga lengkara untuk disambungkan kembali. Bak katastrofe yang memunculkan dirinya.

Fakta melaung nyaring. Menggertakan raganya yang repui. Tak mampu bertutur kata. Tak mampu mengatakan karsa. Karena apa yang sang puan rasakan kini sudah benar-benar puspas.

***

Iya, maz (♥ω♥*)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro