Chapter 61 - Sweat and Blood
"Apa tak ada yang bisa kita lakukan sekarang?"
Mereka semua diam. Menatap pada apa saja yang bisa mereka tatap. Mitsuri menghela napas panjang. Ia mendekati dinding berbentuk setengah lingkaran berwarna hitam itu. Ia mengetuk-ngetuk dinding itu. Percuma saja. Tak ada yang bisa dilakukannya. Dinding pelindung buatan (Y/n) itu terlalu keras. Seolah memaksa mereka semua diam di dalam sana.
"Oi, jawab aku, Bodoh! Apa kau tahu tentang rencana (Y/n) ini?!"
Seruan amarah itu membuat Mitsuri menoleh ke belakang. Sanemi sedang mencengkeram kerah seragam pemburu iblis milik Kazuo. Yang dicengkeram olehnya menatapnya dengan tatapannya yang serius.
Kazuo menghela napas. "Berapa kali harus kubilang agar kau paham, Shinazugawa? Aku tidak tahu apa-apa tentang rencana (Y/n) ini. Tidak ada yang tahu kecuali (Y/n) sendiri. Apa kau tak mengerti?"
Sanemi mendecih dan melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Ia menatap nyalang pada tanah yang dipijaknya.
Seketika mereka semua terdiam. Memikirkan apa yang sebenarnya (Y/n) ingin lakukan. Mengurung mereka di dalam sana seperti orang bodoh dan membiarkan gadis itu bertarung seorang diri? Itu adalah tindakan paling konyol yang pernah mereka lakukan. Tentu saja tidak akan pernah mereka lakukan dalam kondisi apapun.
"Apa tidak ada yang bisa kita lakukan? Jumlah kita ada sepuluh orang di sini," ujar Shinobu sambil menatap mereka satu per satu.
"Kita hancurkan saja dinding ini," celetuk Muichirou.
"Ide yang bagus, Tokito!" seru Sanemi mulai bersemangat. Ia sudah berdiri di tepi dinding berwarna hitam itu.
Meskipun dinding itu berwarna hitam, namun di dalam sana tidak gelap. Hal itu dikarenakan bintang-bintang yang berkelap-kelip di atas mereka. Kumpulan bintang itu juga memberikan penerangan yang cukup untuk mereka yang ada di dalam sana.
"Cih! Dinding ini bahkan tak hancur sedikit pun!" rutuk Sanemi. Ia menendang dinding itu berkali-kali. Tetapi, tidak ada perubahan apapun.
"Apa lagi yang bisa kita lakukan?" tanya Giyuu putus asa.
"Aku tahu apa yang bisa kita lakukan," ucap Kazuo memberikan secercah harapan pada mereka.
***
(Y/n) melompat ke sana dan kemari. Ia menghindari tentakel-tentakel milik Muzan yang sangat cepat itu. Sekali terkena tentakel itu, (Y/n) yakin anggota tubuhnya akan putus dengan mudahnya.
"Sampai kapan kau akan menghindar terus, (Y/n)? Kau pasti sudah tahu tidak akan bisa mengalahkanku hanya dengan menghindar saja," ujar Muzan sambil terus menyerang (Y/n). Tidak membiarkan gadis itu untuk menarik napasnya bahkan hanya untuk satu detik saja.
"Hoshi no Kokyu: Ichi no Kata: Hoshi no Mugen no Ame!"
Tebasan yang muncul dari nichirin (Y/n) menebas tentakel-tentakel itu. Namun dengan cepat Muzan menyerang (Y/n) dengan tentakelnya yang lain. Gadis itu harus terus menyerang. Ia tidak bisa berhenti di tengah jalan. Meskipun napasnya sudah terengah-engah, meskipun ia sudah lelah, meskipun lukanya sudah sangat parah, ia tetap harus bertarung.
"(Y/n) nee-san!"
Seruan itu mengalihkan pandangan (Y/n) dari Muzan selama beberapa detik. Membuat gadis itu terpental jauh akibat tentakel Muzan. Tubuhnya membentur dinding bangunan. Dinding bangunan itu hancur ketika bertubrukan dengan tubuh (Y/n). Punggung gadis itu membentur dinding. Membuatnya mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
"Nee-san!"
"Kau membuat gadis itu terluka, Tanjirou."
Dari kejauhan, (Y/n) melihat Muzan mendekat pada Tanjirou. Pandangannya mulai meredup. Namun, (Y/n) tidak akan memejamkan matanya. Ia membuka matanya sekuat mungkin.
Selama beberapa saat, Tanjirou bertarung dengan Muzan. Ia melakukan tarian dewa bara api. Mengulang berkali-kali dua belas gerakannya itu.
Tanjirou sudah tahu apa yang ia harus lakukan. Ia hanya terus berkonsentrasi atas apa yang ia lakukan saat ini. Dirinya tidak boleh mengalihkan pikirannya pada hal lain meskipun hanya sedetik saja.
Sementara itu, (Y/n) berusaha untuk bangkit berdiri. Ia tidak boleh mengabaikan pertarungan di depan matanya padahal ia berada di sana. Nichirin di tangannya ia angkat dari atas tanah. Perlahan, (Y/n) bangkit berdiri.
Tepat sesaat sebelum Tanjirou terkena serangan Muzan, (Y/n) maju ke depan. Ia menangkis serangan itu sebelum mengenai Tanjirou maupun dirinya. Kemudian ia mundur menjaga jarak.
Muzan kembali menyerang (Y/n) dan Tanjirou. Tentakel itu tidak henti menyerang mereka berdua.
"Hoshi no Kokyu: Hachi no Kata: Kako no Genjitsu!"
(Y/n) berpindah ke belakang Muzan. Ia mengayunkan nichirin-nya sekuat tenaga. Serangan itu mengenai Muzan. Namun tidak begitu parah.
Tetapi, tak lama setelah itu, tubuh Muzan berubah. Membuat Tanjirou dan (Y/n) menatap saksama ke arahnya. Luka-luka yang selama ini ia tutupi perlahan mulai terlihat. Tanjirou langsung mengenali luka itu. Begitu juga dengan (Y/n).
Ya, itu adalah luka yang dibuat oleh Yorichii.
Sesaat setelah luka itu muncul, Muzan segera kabur dari hadapan mereka. Ia berlari jauh ke depan. Melewati mayat para pemburu iblis yang telah dibunuhnya.
"Empat puluh menit sampai matahari terbit!" seru seekor gagak yang mengawasi di sana.
"Kejar dia, Tanjirou-kun!" seru (Y/n) sambil berlari lebih dulu daripada Tanjirou.
Tanjirou menyusul di belakang (Y/n). Ia melempar nichirin milik para pemburu iblis yang lain ke arah Muzan. Menghalangi Muzan untuk kabur dari sana.
"Hoshi no Kokyu: Roku no Kata: Sora no Shita de Odoru!"
(Y/n) mengayunkan nichirin-nya secara horizontal. Mengeluarkan tebasan bercahaya ke arah Muzan. Raja Iblis tidak sempat menghindarinya. Ia terkena serangan (Y/n) tadi. Sesaat setelah itu, Muzan menggunakan tentakelnya lagi untuk menyerang (Y/n) dan Tanjirou. Kedua pemburu iblis itu terkena serangannya. Menambah luka baru di tubuh mereka.
"Tiga puluh lima menit sampai matahari terbit!" Sang gagak kembali mengingatkan.
Tiba-tiba saja tubuh Muzan membesar. Tangan kirinya membesar dengan sendirinya.
"Ia mau membagi tubuhnya, Nee-san!" seru Tanjirou memberitahu pada (Y/n).
Namun, seperti dugaan mereka, Muzan gagal membagi tubuhnya. Ya, itu adalah berkat Tamayo. Ia memberikan obat itu di saat ia meninju perut Muzan di awal pertarungan.
Muzan berusaha untuk menetralkan racun yang ada di dalam tubuhnya. Setelah itu, Muzan membuat ledakan di sekitarnya. (Y/n) terpental beberapa meter ke belakang dan menghantam bangunan yang sudah hancur. Sementara itu, Tanjirou ikut terpental di tempat yang tak jauh dari (Y/n).
Secepat mungkin (Y/n) berusaha untuk bangkit. Seragam pemburu iblis yang dikenakannya sudah dipenuhi oleh darah. Bau amis dari darahnya sendiri sudah (Y/n) abaikan. Luka di tubuhnya sudah tak ia pedulikan lagi.
"Tanjirou, ingatlah, Nezuko akan menjadi manusia lagi! Oleh karena itu, cepatlah susul aku ya!" titahnya ke arah Tanjirou yang berada tak jauh darinya.
"Jangan! Jangan pergi sendirian, Nee-san!" seru Tanjirou sambil mengangkat tangannya. Mencegah (Y/n) mengejar Muzan.
(Y/n) terus saja berlari. Dari kejauhan, ia melihat Inosuke berdiri di sana yang kemudian menyerang Muzan. Sesaat setelah itu, serangan Muzan mengenai Inosuke.
"Hoshi no Kokyu: Ni no Kata: Hoshi no Nai Yoru!"
Sambil berlari, (Y/n) melancarkan serangannya. Serangannya itu mengenai Muzan yang berada tak jauh di depannya. (Y/n) terus menyudutkan Muzan. Juga dibantu oleh Inosuke.
"Aku akan membantu kalian!"
Dari kejauhan, Zenitsu datang. Ia langsung ikut dalam pertarungan.
"Kedamono no Kokyu: Go no Kiba: Kuruizaki!"
"Kaminari no Kokyu: Shinsoku!"
"Hoshi no Kokyu: Ichi no Kata: Hoshi no Mugen no Ame!"
Namun, semua serangan itu masih belum cukup. Padahal mereka sudah berjuang semaksimal mungkin.
"Hinokami Kagura: Shakkotsu Enyō!"
Tanjirou muncul dengam tarian dewa bara apinya. Ia terus melancarkan serangannya dibantu oleh (Y/n), Inosuke, serta Zenitsu.
"Jangan berhenti! Serang terus!" seru (Y/n) di saat mereka mulai kehabisan napas.
Tanjirou telah memojokkan Muzan pada sebuah dinding. Namun, Muzan masih menyerang. (Y/n) maju lagi. Membantu Tanjirou menahan Muzan hingga matahari terbit.
"Tahan terus, Tanjirou!" seru (Y/n).
Tangan kiri Muzan terbelah begitu saja. Melihat kejadian itu, (Y/n) mendongak ke atas.
"Jangan mengurung kami di dalam sana, (Y/n) Bodoh!" seru Sanemi.
"Sanemi-san, mengapa kau bisa berada di sini?!"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Terus tahan Muzan seperti itu!" balas Sanemi. Ia masih merasa kesal, namun tidak bisa meluapkannya saat ini.
Muzan membuka mulutnya. Taring-taringnya yang besar berniat melahap Tanjirou. Kazuo yang baru saja tiba langsung menahannya dengan nichirin-nya. Ia tak akan membiarkan Tanjirou terluka lebih parah.
"Matsumoto-san!"
"Jangan pedulikan aku, Tanjirou! Fokus pada tugasmu!" Kazuo berusaha menahan Muzan di depannya.
"Tahan terus! Matahari akan terbit!" seru Sanemi lagi.
Tak lama setelah itu, Muzan membuat serangan ledakan yang sangat besar. Serangan itu cukup mengakibatkan mereka terluka parah. (Y/n) tidak sempat untuk membuat perlindungan untuk dirinya dan teman-temannya.
Matahari sebentar lagi akan terbit. Tanjirou masih menggenggam nichirin-nya yang menancap pada tubuh Muzan.
Cepat! Jadikan nichirin ini berwarna merah! pikir Tanjirou.
Tanpa berpikir dua kali, (Y/n) menggenggam nichirin di tangan Tanjirou. Ia mencengkeramnya dengan erat. Yang pada akhirnya berhasil mengubah nichirin itu menjadi merah.
Melihat Muzan yang akan membuat perisai dengan dagingnya sendiri, (Y/n) segera mendorong Tanjirou ke samping. Menghindarinya dari Muzan yang akan menghisap Tanjirou. Tetapi, sebagai gantinya, (Y/n)-lah yang terhisap olehnya.
"Nee-san!" panggil Tanjirou panik dan terkejut.
Para kakushi menjatuhkan bangunan di sekitar mereka sehingga tidak ada tempat untuk berteduh untuk Muzan. Mereka juga menahan Muzan sebisa mungkin agar ia tak kabur dari sana.
"Tahan Muzan, cepat!"
Kazuo maju ke arah Muzan yang tubuhnya sudah membengkak. "Tentai no Kokyu: Dai Ni no Tengoku: Kumo Hitotsu Nai Sora!"
Serangannya cukup berefek pada Muzan. Para Hashira yang lain mulai berdatangan. Mereka ikut membantu menahan Muzan agar ia tak kabur dari sana.
"Terus tahan dia!" seru Kiriya.
Berhasil. Muzan berhasil dikalahkan. Tubuhnya telah berubah menjadi abu. Perjuangan beratus-ratus tahun itu kini telah dibayarkan. Kematian seorang Kibutsuji Muzan adalah hasilnya.
Tangis bahagia pecah saat itu juga. Mereka saling memeluk satu sama lain. Meluapkan kebahagian dan juga kesenangan mereka. Perjuangan selama ini tidaklah sia-sia.
"Oi, (Y/n). Mengapa kau diam saja?" Sanemi mendekat ke arah (Y/n).
(Y/n) tetap saja diam. Namun, tak lama setelah itu, ia menyingkirkan Sanemi dari pandangannya dengan nichirin di tangannya. Tindakan gadis itu mengejutkan mereka yang ada di sana.
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh (Y/n) saat itu pada Kazuo. Gadis itu benar-benar melaksanakan rencananya. Rencana yang sudah berkali-kali ditentang oleh Kazuo.
(Y/n) telah berubah menjadi Iblis, menggantikan Tanjirou.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro