Chapter 6 - A Request
Sebuah senandung terdengar dari halaman depan rumah (Y/n). Perasaannya tengah bahagia saat ini. Entah karena hal apa, namun ia merasa demikian.
Keberhasilan misi pertamanya kemarin membuat (Y/n) merasa lega. Ia mulai percaya diri akan kekuatannya sendiri. Tidak berniat untuk menyombongkan dirinya, tetapi setidaknya ia sudah memiliki modal lain selain tekadnya.
Terbesit sebuah pemikiran yang sudah (Y/n) pikirkan sejak kemarin. Ya, mengunjungi rumah Tanjirou. Lagi pula, Asano tidak melarang dirinya untuk menemui lelaki itu. Ia hanya melarang (Y/n) bertemu dengan para Hashira.
Seusai menyapu halaman depan rumahnya, (Y/n) pun masuk ke dalam rumah. Ia mendapati Asano tengah duduk di halaman belakang. Menatap ke arah pohon sakura dan tanaman bunga lily putih di sana.
"Asano-san," panggil (Y/n).
Menyadari dirinya sudah tidak seorang diri di sana, Asano pun menoleh. "Ya? Ada apa (Y/n)-san?"
"Aku berencana ingin menemui Tanjirou. Tidak apa-apa, bukan?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja tidak. Justru aku merasa heran mengapa kau belum ingin menemui anak itu. Apakah kau ingin pergi sekarang?" Asano bangkit dari duduknya.
"Ya. Aku akan pergi sekarang. Tetapi, aku tidak tahu di mana rumahnya," ujar gadis itu.
Asano terkekeh pelan karena perkataan (Y/n). "Aku bisa memberitahumu. Tenang saja."
"Baiklah."
***
Sang jumantara bernuansa biru terbentang di atasnya. Gumpalan kapas raksasa berwarna putih mengisi kekosongan di sana. Serta merta dengan matahari yang mengintip malu dari balik awan.
Tidak butuh waktu lama, (Y/n) pun tiba di kediaman Tanjirou. Rumah itu terlihat sama persis dengan apa yang ia lihat di anime maupun manga-nya. Seketika gadis itu termenung sejenak. Mengingat bagaimana penampakan rumah itu di saat Tanjirou menemukan keluarganya yang telah tewas. Hanya menyisakan tubuh mereka yang terasa dingin.
Ia menggelengkan kepalanya. Berusaha menghapus pemikiran itu. Kemudian, (Y/n) pun mendekat dan menyapa Tanjirou yang tengah duduk bersama para saudaranya di sana, "Konnichiwa."
"Konnichiwa," sapa mereka bersamaan.
"Apakah kau adalah anak yang bernama Kamado Tanjirou?" tanya (Y/n) ramah ditambah senyum terbaiknya.
"Itu aku. Ada apa Nee-san mencariku?" Tanjirou menjawabnya dengan sopan.
Senyum (Y/n) pun semakin melebar karena Tanjirou meresponnya. "Namaku (F/n) (Y/n). Tetapi, kalian bisa memanggilku (Y/n)."
"Salam kenal, (Y/n) Nee-san," sahut mereka.
Dengan cepat, (Y/n) mengakrabkan diri dengan mereka semua. Ia bersyukur karena mereka bisa akrab secepat ini dengannya. Meskipun jika (Y/n) tidak bisa menyelamatkan mereka nanti, setidaknya mereka pernah melakukan perbincangan hangat seperti ini. Ya, begitu pun sudah cukup bagi gadis itu.
Hari dengan cepat berlalu menjadi petang. (Y/n) berniat pulang saat itu juga. Ia tidak ingin sampai bertemu dengan iblis di saat perjalanan pulangnya nanti.
"Minna-san, aku pamit untuk pulang sekarang." (Y/n) bangkit dari duduknya. Ia menatap satu per satu anak-anak di hadapannya. "Sampai jumpa nanti. Jaa ne!"
Dilambaikan tangannya dengan antusias. (Y/n) sangat menikmati percakapan tadi. Meskipun hanya sejenak, setidaknya mereka pernah bertemu dan melakukan sebuah percakapan singkat.
***
Sebuah pertemuan mendadak sedang berlangsung di kediaman seseorang yang dianggap sebagai pemimpin para pemburu iblis. Ubuyashiki Kagaya-lah yang membuat pertemuan mendadak tersebut. Ia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada para Hashira.
"Terima kasih karena kalian sudah datang ke tempat ini," ucap Kagaya disertai senyumannya. Membuka percakapan di tengah-tengah keheningan yang melanda.
"Itu bukanlah suatu masalah bagi kami, Oyakata-sama," sahut Shinazugawa Sanemi, si Hashira Angin.
"Ada hal yang ingin kusampaikan kepada kalian." Kagaya diam sejenak, menatap satu per satu Hashira di hadapannya. "Aku ingin kalian membantuku mencari seorang gadis."
"Seorang gadis? Bagaimana rupanya, Oyakata-sama?" tanya Rengoku Kyoujurou, si Hashira Api.
"Rambutnya berwarna hitam dan selalu disanggul dengan sebuah tusuk konde. Tusuk konde itu memiliki hiasan berupa bintang. Haori yang gadis itu kenakan selalu sama. Berwarna gradasi antara biru gelap, ungu, dan biru langit. Juga terdapat corak bintang pada haori-nya."
"Ciri-ciri seperti itu sulit ditemukan, Oyakata-sama," tandas Uzui Tengen, si Hashira Suara. Ia tidak bermaksud untuk membantah perkataan Kagaya. Namun, ia rasa, menemukan seorang gadis dengan ciri-ciri yang sudah wajar itulah yang sulit untuk direalisasikan.
"Ah, aku lupa mengatakan satu hal yang membedakannya dengan pemburu iblis lain." Kagaya tersenyum.
Semuanya memasang telinga mereka. Mendengarkannya dengan wajah yang serius.
"Gadis itu pasti akan menghindar jika melihat kalian."
Ucapan Kagaya berhasil membuat para Hashira terkejut. Mereka tidak menyangka ada seorang pemburu iblis yang lari atau kabur jika melihat mereka. Bukankah seharusnya gadis itu merasa terhormat bisa bertemu dengan para Hashira?
"Selain itu, siapa nama gadis itu, Oyakata-sama?" tanya Kochou Shinobu, si Hashira Serangga. Sejak tadi Kagaya hanya membicarakan ciri-ciri fisik tentang gadis itu. Namun, pria itu belum memberitahukan namanya.
"Namanya adalah (F/n) (Y/n)," jawab Kagaya.
Sejenak para Hashira terdiam. Memikirkan apakah mereka pernah mendengar nama itu atau tidak sebelumnya.
"Baiklah. Kami akan berusaha, Oyakata-sama," ucap Kyoujurou mengakhiri pertemuan itu.
***
Sudah tiga hari berlalu semenjak misi pertama (Y/n). Ia mulai bosan karena tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan. Jadi, ia hanya menulis jurnal untuk membunuh waktu luangnya. Bahkan, ia menambahkan gambar para Hashira di buku jurnal tersebut. Setiap gambar para Hashira ia beri keterangan. Tentang makanan kesukaan, tinggi badan, berat badan dan lain-lain. Semua informasi itu (Y/n) dapatkan dari dunianya.
Selesai menggambar, ia menaruh buku jurnalnya ke tempatnya semula. Kemudian, ia mulai membersihkan kamarnya. Seperti menyapu atau mengelap debu.
"Kwak! Kwak! Misi selanjutnya! Di desa utara! Desa utara! Ada iblis yang bersembunyi! Kwak! Kwak! Cepat, (Y/n)!" seru burung gagak itu.
Jujur saja, mendengar suara burung gagak itu secara tiba-tiba sudah menjadi kebiasaan bagi (Y/n). Tanpa menunggu lebih lama, ia segera memakai seragam pemburu iblis dan haori-nya. Tidak lupa dengan nichirin-nya.
Dilangkahkan kakinya keluar rumah. Lalu, matanya tertuju ke arah Asano di luar rumahnya. Ia tampak tengah membersihkan sumur.
"Asano-san! Aku pergi dulu! Ada misi yang harus kulakukan!" seru (Y/n) agar lelaki itu mendengarnya.
Seruan (Y/n) itu membuat Asano menoleh. Ia pun mengangguk. "Hati-hati, (Y/n)-san!"
"Jaa ne!"
***
Desa yang terletak di utara itu tampak sepi. Namun, suasana yang sepi itu justru membuat (Y/n) merasa lebih waspada. Sepinya desa ini menarik rasa curiga di dalam dirinya.
Masih belum dirasakan oleh dirinya mengenai keberadaan seorang iblis. Sepertinya iblis yang satu ini sangat pandai bersembunyi. Namun, sepandai apapun iblis itu, pasti ia dapat ditemukan dari baunya yang busuk.
"Di mana iblis itu bersembunyi?" gumam (Y/n).
Indra penciuman (Y/n) mencium bau busuk yang sangat menyengat. Bau itu berasal dari salah satu rumah penduduk. Ia segera berlari mendekati rumah tersebut.
Rupanya, bau tersebut bersumber dari atas atap rumah. (Y/n) melompat menaiki apapun agar ia bisa tiba di atas atap.
Tidak terkejut. Itulah yang (Y/n) rasakan. Meskipun di hadapannya ada seorang iblis yang tengah memakan salah satu penduduk desa. Sayangnya, nyawa penduduk itu sudah tak bisa diselamatkan.
"Ah, ada mangsa yang datang lagi? Aku akan kenyang malam ini!" Iblis itu tertawa menggelegar.
"Akan kupenggal kepalamu terlebih dahulu sebelum kau merasa kenyang," ujar (Y/n) sambil menarik nichirin-nya.
Pertama-tama, (Y/n) memprediksi apa serangan iblis itu. Iblis itu pasti akan menggunakan kekkijutsu-nya. Kali ini, (Y/n) membiarkan si iblis menyerang lebih dahulu.
"Nichirin-mu memiliki warna yang unik. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Sepertinya aku akan bermain-main sebentar denganmu sebelum memakanmu!" Iblis itu menggunakan kekkijutsu-nya. Kekkijutsu iblis tersebut berupa cakar berbentuk sabit yang berwarna merah.
"Hoshi no Kokyu: Shichi no Kata: Giji Hoshi!" (Bintang Semu)
Nichirin (Y/n) tidak mengeluarkan jurus apapun. Justru sebaliknya, nichirin-nya itu menyerap semua kekkijutsu yang dikeluarkan oleh sang iblis.
Diayunkan pedangnya sekali. Cakar-cakar berwarna merah tadi kembali ke arah iblis itu. Dengan kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan aslinya, cakar tersebut menyerang si penggunanya.
Alhasil, tubuh iblis itu tercabik-cabik oleh jurusnya sendiri. Tidak berhenti sampai di situ, (Y/n) melancarkan serangan selanjutnya. Tak membiarkan terjadi regenerasi apapun.
"Hoshi no Kokyu: Roku no Kata: Sora no Shita de Odoru!" (Tarian di Bawah Langit)
Terputus dari lehernya. Kepala sang iblis pun kini hanya menggelinding ke atas tanah. Serangannya tadi tidak terlihat oleh iblis tersebut karena terlampau cepat.
"C-Cepat sekali... Lebih baik kau menjadi seorang iblis daripada pemburu iblis," ujar iblis itu pada (Y/n).
Dilemparkannya tatapan dingin ke arah iblis itu. "Aku tidak akan pernah bergabung dengan makhluk kotor seperti kalian."
Secara perlahan namun pasti, tubuh iblis itu pun berubah menjadi abu. Mengikuti irama sang angin membawanya.
Menyarungkan kembali nichirin-nya, (Y/n) pun menghela napas panjang. Ia mengangkat tangannya ke atas. Meregangkan otot-ototnya sejenak.
Gadis itu baru menyadari satu hal setelah ia menurunkan tangannya. Kini ia berada di atas atap. Bukan di atas tanah tempat di mana ia berpijak.
"Aku akan mencoba turun. Jika aku bisa naik ke atas, aku pasti bisa turun ke bawah," gumamnya.
Ancang-ancang pun dilakukannya. (Y/n) melompat kala ia telah siap. Sayangnya, kejadian yang tak terduga terjadi. Salah satu kakinya tergelincir dan membuatnya jatuh ke semak-semak.
"Ittai!"
Sambil bangkit dari semak-semak itu, (Y/n) menepuk-nepuk bagian bawah pakaiannya. Beruntung seragam pemburu iblisnya itu berupa celana dan bukan rok. (Y/n) tidak bisa membayangkan jika ia memakai rok dalam sebuah pertarungan melawan iblis.
"Kurasa aku akan tidur nyenyak malam ini."
***
First published :: September 17th, 2020
Revised :: February 1st, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro