Chapter 56 - Redemption
Baru saja beberapa menit setelah perpisahan di atas permukaan tanah itu, mereka sudah disambut oleh banyak Iblis. Iblis-iblis itu bermunculan dari mana saja. Sesuka hati mereka.
Seseorang baru saja menebas seorang Iblis yang menghalangi jalannya. Muichirou terus berlari bersama dengan Himejima di sampingnya dan Kazuo di belakangnya. Mereka bertiga sudah membunuh Iblis dengan jumlah yang tak dapat dihitung lagi meskipun baru saja beberapa menit terlewati saat mereka tiba di dalam sana.
"Iblisnya banyak sekali," komentar Muichirou.
"Sepertinya mereka diciptakan setara dengan Iblis Bulan Bawah. Mereka berusaha membuat kita lelah," tambah Himejima.
"Bagaimana dengan Oyakata-sama?" tanya Muichirou khawatir. Meskipun ia sudah tahu apa yang (Y/n) dan Kazuo akan lakukan, tetap saja rasa khawatir menyelimutinya.
"Aku dan (Y/n) berhasil menyelamatkan Oyakata-sama beserta keluarganya. Ya, itu membuat jantungku hampir berhenti berdetak," sahut Kazuo.
"Ah, syukurlah. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika kalian gagal menyelamatkan beliau," Himejima menghela napas lega.
Diam-diam, Muichirou pun melakukan hal yang sama.
Mereka terus berlari. Terus berlari hingga mereka rasa telah dekat dengan keberadaan Muzan.
"Kita sudah dekat dengan Muzan! Jangan lengah!"
Sesaat setelah ucapan Himejima itu, tubuh Muichirou terdorong oleh sebuah ruangan yang tiba-tiba muncul. Ia tidak bisa berkutik di saat tubuhnya terdorong.
"Tokito!" panggil Himejima.
"Jangan hiraukan aku! Kalian teruskan saja!" titahnya.
"Jangan berkata seperti itu, Tokito Muichirou-san," ujar Kazuo. "Karena itulah, aku ada di sini," lanjutnya.
"Himejima! Aku akan menyusulnya! Kau teruskan saja perjalananmu pada Muzan!" seru Kazuo sebelum ia ikut menghilang ke arah yang sama dengan Muichirou.
***
"Kita akan melawan Iblis Bulan Atas Kedua, Douma."
Perkataan (Y/n) barusan membuat darah di dalam tubuh Shinobu mendidih. Mendengarnya saja, jantungnya sudah berdetak dua kali lebih cepat. Bukan, tentu saja bukan karena ia menaruh perasaan pada Iblis Bulan Atas Kedua itu. Sudah jelas itu adalah hal yang mustahil.
"Kita sudah dekat. Bersiaplah, Shinobu-san," ujar (Y/n) yang dibalas anggukan kepala Shinobu yang berjalan di sampingnya.
Pintu berkarat itu dibuka oleh (Y/n) dengan perlahan. Bau amis dari darah langsung menyergap indra penciuman dua gadis berpangkat Hashira itu.
Iblis itu masih membelakangi mereka. Namun, (Y/n) tahu ialah Douma, si Iblis Bulan Atas Kedua. Ia mengeratkan genggamannya pada nichirin yang disangkutkan pada ikat pinggangnya.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya," ucap (Y/n). "Kau yang memakai racun dan aku yang akan memenggalnya."
Douma pun menyadari keberadaan mereka berdua. Ia sedang asik memakan sebuah tangan milik anak perempuan yang tergeletak di sekelilingnya. (Y/n) menatap jijik pada pemandangan di hadapannya itu meskipun ia sudah sering melihatnya. Entahlah, kali ini merasa jijik.
"Iblis di hadapan kita itu adalah Douma. Iblis yang telah membunuh kakakmu, Kanae," jelas (Y/n) singkat.
Penjelasan (Y/n) itu langsung dicerna oleh Shinobu. Ia mulai mengingat bagaimana ciri-ciri yang disebutkan oleh kakaknya dahulu. Yang kini sudah menjadi bukti yang kuat.
"Halo, senang bertemu dengan kalian. Namaku Douma. Malam ini sangat indah, bukan?" Ia membuka percakapan yang sebenarnya tak dibutuhkan di saat ini.
"T-Tolong...Tolong aku...!"
Seorang gadis yang berada di hadapan Douma itu tiba-tiba bersuara. Menginterupsi percakapan mereka.
"Ssstt! Kami sedang berbicara," ujar Douma pada gadis itu.
Dalam satu kedipan mata, Shinobu sudah berada di sisi lain jembatan kayu itu.
"Whoa! Kau cepat sekali! Apa kau seorang Hashira?" Douma justru senang menyaksikan hal yang baru saja terjadi hadapannya barusan.
"Apa kau baik-baik saja?" Shinobu mengabaikan perkataan Douma dan menanyakan keadaan gadis itu.
"A-Aku..."
Belum sempat gadis itu menjawab, Douma sudah membunuhnya dengan kipas di tangannya. Darah pun tak segan mengotori haori yang dikenakan Shinobu.
Melihat apa yang baru saja terjadi, (Y/n) langsung mendekati Shinobu. Berjaga-jaga jika tiba-tiba saja Douma akan menyerang.
"Aku adalah "Pendiri Kelompok Pemuja Surga Abadi". Tugasku adalah memastikan semua pemujaku—termasuk diriku—bahagia. Jadi, aku bisa memakannya sampai tak menyisakan apapun," ujar Douma sambil mengayunkan kipas di tangan kirinya.
"Membuat semua orang bahagia? Apa kau gila? Gadis ini meminta tolong tadi," balas Shinobu. Amarah mulai memuncak di ubun-ubun kepalanya.
"Itulah mengapa aku menyelamatkannya. Ia tidak akan merasakan sakit lagi dan juga menderita. Semua orang takut dengan kematian. Karena itu, aku memakan mereka semua. Kini mereka akan hidup denganku selamanya. Aku pastikan menerima, menyelamatkan, dan membimbing mereka menuju pencerahan," ujar Douma menghayati.
"Aku tidak percaya seorang Iblis akan mengatakan hal itu," celetuk (Y/n).
"Are? (Y/n)-chan? Sejak kapan kau ada di sana? Senang rasanya kita bisa berjumpa lagi," ucap Douma bahagia.
"Ah, sayangnya kali ini aku tidak datang untuk berbincang hangat, Douma," balas (Y/n). "Kami akan membunuhmu."
"Mushi no Kokyu: Hōga no mai: Manabiki!" (Napas Serangga: Tarian Sengatan Lebah: Melayang di Udara)
"Hoshi no Kokyu: Go no Kata: Yozora no Hoshi no Utsukushi-sa!" (Y/n) ikut melancarkan serangannya.
Shinobu berhasil menusuk mata kiri Douma dengan serangannya barusan. Ditambah, tebasan yang besar dan bercahaya milik (Y/n) mengarah pada leher Douma. Namun, sayang, serangan (Y/n) hanya menggores kulitnya dan luka itu pun langsung hilang dalam sekejap.
Mereka belum bisa menghela napas lega. Kini adalah giliran Douma menggunakan Kekkijutsu-nya.
"Kekkijutsu: Hasuhagōri!"
Dalam satu kali tebasan kipas di tangannya, Douma menciptakan banyak teratai dari es untuk menyerang mereka dalam jangkauan yang lebih luas. Udara dingin yang tercipta dapat melukai paru-paru mereka.
"Kalian cepat sekali. Tetapi, sayang, kau tidak bisa membunuh seorang Iblis dengan tusukan saja. Kau harus memenggal lehernya," komentar Douma. Ia beralih menatap pada (Y/n). "(Y/n)-chan, seranganmu sudah bagus. Tetapi, kau menusuknya kurang dalam."
Mengapa seorang Iblis justru mengoreksi kesalahan seranganku? pikir (Y/n) heran.
"Aku memang tidak bisa membunuh Iblis dengan memenggal kepala mereka. Tetapi, bagaimana dengan racun?" Tatapan Shinobu berubah menantang.
Setelah Shinobu berkata demikian, sontak Douma pun batuk beberapa kali. Darah keluar dari mulutnya kemudian.
"Apakah racunnya berefek padanya, (Y/n)-chan?" tanya Shinobu sambil berbisik pada (Y/n) yang sedang memperhatikan Douma.
(Y/n) menggeleng. "Tidak. Ia bisa menetralkannya seperti apa yang kukatakan padamu hari itu," jawabnya.
Shinobu menghela napas. Ia tahu dirinya dan (Y/n) memang harus melakukan hal itu. Di saat ia melihat Douma dapat menetralkan racun yang biasa ia gunakan, keyakinannya pun semakin kuat untuk menggunakan hal itu bersama dengan (Y/n).
"Sepertinya semua yang kau katakan itu benar, (Y/n)-chan," ujar Shinobu mengingat-ingat perkataan (Y/n) di hari itu.
(Y/n) tersenyum kecil. "Memangnya untuk apa aku berbohong padamu?"
Seringaian terbentuk di wajah Shinobu. Seketika ia melupakan bagaimana ia harus bersikap di depan orang lain. Senyuman yang selama ini selalu tercetak di bibirnya, kini telah hilang digantikan oleh sebuah seringai menyeramkan yang tak pernah ia tunjukan pada siapapun.
"Kau terlihat menyeramkan, Shinobu-san," komentar (Y/n). Namun, entah mengapa ia justru merasa senang melihat bagaimana perubahan raut wajah Shinobu.
"Seperti yang kukatakan di awal tadi. Kau pasti mengingatnya dengan jelas, bukan?" (Y/n) mengayunkan nichirin-nya.
"Ya. Aku yang memakai racun dan kau yang akan memenggalnya." Shinobu mengucapkan ulang perkataan (Y/n).
Inilah momen yang telah mereka tunggu sejak tadi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro