Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 43 - Suffocating

(Y/n) menapakkan kakinya ke atas tanah. Di sampingnya, Kazuo pun ikut berdiri di sana. Sementara itu Kyoujurou berdiri di belakang (Y/n). Pandangannya tertuju pada dua sejoli di hadapannya itu.

Kedatangan Kazuo ke kediaman Kagaya membuat keadaan di sana menjadi ramai. Mitsuri langsung bertanya banyak hal pada lelaki itu. Ia juga bahkan menanyakan ada hubungan apa antara (Y/n) dengan Kazuo yang membuat para Hashira yang lain, kecuali Obanai dan Himejima, memasang telinga mereka baik-baik.

"Ah, kami tidak memiliki hubungan yang seperti itu, Mitsuri-san. Kami hanya teman baik, itu saja," jawab (Y/n) ketika Mitsuri bertanya tentang hubungan mereka yang sebenarnya.

"Ya, kami hanya teman baik," timpal Kazuo. Yang membuatnya dihujani tatapan curiga.

"Oyakata-sama telah tiba."

Ucapan dari salah satu putri Kagaya menarik perhatian para Hashira. Mereka segera berlutut hormat tepat ketika Kagaya keluar dari dalam rumahnya. Beliau menatap satu per satu Hashira yang ada di sana. Juga salah satu pemburu iblis yang ia ingin temui, Matsumoto Kazuo.

"Selamat sore, anak-anakku. Pertama-tama, terima kasih atas kerja keras kalian karena telah mengantar Kazuo kemari."

Kagaya menatap ke arah Kazuo. Kazuo tidak melihat wajah Kagaya yang menatapnya karena ia sedang menunduk, menatap ke atas tanah.

"Tanpa perlu berlama-lama, aku ingin menanyakan sesuatu pada Kazuo."

Ucapan Kagaya membuat para Hashira yang lain merasa penasaran dengan apa pertanyaan yang akan ditanyakan pada Kazuo itu. Mereka memasang telinga baik-baik.

Kagaya menatap pada Kazuo. Tatapannya yang lembut seperti tatapan seorang ayah pada anaknya membuat siapapun merasa tenang. Bahkan, Kazuo pun merasa demikian. Ia hanya merasa penasaran seperti para Hashira yang lain.

"Apakah kau bersedia menjadi salah satu Hashira?"

Pertanyaan yang tak diduga itu akhirnya dilontarkan keluar. Keheningan yang menegangkan seketika tercipta di sana. Di keheningan itu, Kazuo berpikir. Apakah ia harus menerima permintaan Kagaya atau tidak? Itulah yang sedang ia pikirkan.

Setelah keheningan yang terasa sangat lama itu, Kazuo pun menjawab, "Maaf, Oyakata-sama. Saya menolaknya."

Lagi-lagi, ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu membuat para Hashira tercengang. Pasalnya, siapa yang akan menolak jika ditawari oleh Kagaya langsung untuk menjadi salah satu Hashira? Selain syaratnya yang ketat, para Hashira pun dihormati oleh para anggota pemburu iblis. Dengan kata lain, para Hashira adalah orang-orang yang berkuasa langsung di bawah Ubuyashiki Kagaya.

Tetapi, saat ini, Kazuo justru menolak penawaran itu.

"Apakah kau mempunyai alasan tertentu?" tanya Kagaya lagi. Tidak ada nada mengintimidasi ataupun nada kecewa di ucapannya. Ia hanya ingin mengetahui apa alasan Kazuo menolak untuk menjadi Hashira.

"Saya rasa, saya tidak pantas menyandang gelar Hashira untuk saat ini. Terlebih, selama ini saya selalu bersembunyi dari para Hashira dan anggota pemburu iblis lain. Saya juga masih harus berlatih lebih keras lagi," jelas Kazuo.

Ia diam sejenak, lalu menatap (Y/n) yang sedang merapikan haori yang dikenakannya, "Saya sudah merasa cukup hanya dengan bertemu (Y/n)," lanjutnya membuat gadis yang disebut namanya itu menoleh pada Kazuo yang sedang tersenyum. (Y/n) pun membalas senyumannya. Senyuman yang membuat siapapun iri dan ingin senyuman itu ditujukan pada mereka.

Kagaya mendengarkan alasan Kazuo dengan saksama. Ia tidak akan memaksa siapapun untuk menuruti permintaannya. Itu kehendak mereka ingin menuruti atau tidak. Dan kini, Kazuo diberi hak untuk itu.

Sebuah senyuman terbentuk di wajah pria itu. Lalu, ia berkata, "Aku menerima alasanmu, Kazuo. Tetapi, jika suatu saat kau berubah pikiran, aku akan tetap menerimamu. Anggap saja aku menunggu saat itu."

Kata-kata dari Kagaya membuat Kazuo sedikit merasa bersalah. Tetapi, itu tidak berlangsung lama karena ia langsung menjawab, "Terima kasih, Oyakata-sama."

Masih dengan senyuman di wajahnya, Kagaya mengakhiri pertemuan singkat kali itu.

***

Angin yang bertiup tidak terlalu kencang. Tetapi, membuat anak rambut yang membingkai wajah (Y/n) tertiup karenanya. Pandangan gadis itu lurus ke depan. Menatap sebaris pohon bunga sakura.

Pertanyaan demi pertanyaan berada di dalam benaknya. Semua pertanyaan itu ingin ia lontarkan pada lelaki yang duduk di sebelahnya, Kazuo.

"Kazu-kun."

Begitu panggilan akrab itu disebut oleh (Y/n), Kazuo pun menoleh ke arah gadis itu, "Ya?"

"Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Sampai aku bingung ingin bertanya yang mana terlebih dahulu," ujar (Y/n) sambil menunduk menatap geta-nya yang menginjak tanah.

"Tanyakan saja semuanya. Aku akan menjawabnya," jawab Kazuo sambil tersenyum kecil.

Masih menunduk, (Y/n) melontarkan pertanyaan yang selama ini dipendamnya, "Bagaimana kau bisa berada di sini? Di dunia ini?"

Kazuo tersenyum. Ia sudah menduga (Y/n) akan bertanya tentang hal itu.

"Mungkin Kami-sama mengabulkan permintaan terakhirku. Permintaan di saat aku berulang tahun setahun yang lalu." Pandangan Kazuo menerawang jauh ke depan.

"Apa permintaanmu saat itu?"

"Jika hari ini aku akan pergi dari dunia ini, aku ingin bertemu dengan (Y/n) untuk mengucapkan salam perpisahan. Itu permintaanku."

"Apakah setelah kau mengucapkan 'selamat tinggal' padaku, kau akan menghilang?" tanya (Y/n) sambil menatap Kazuo. Tatapannya berubah sendu.

"Ya, itu benar. Tapi, tenang saja. Aku tidak akan pergi secepat itu," Kazuo menepuk-nepuk kepala (Y/n) lembut.

"Setahun ini, apa saja yang kau lakukan?" (Y/n) bertanya lagi. Ia penasaran dengan apa yang akan seseorang lakukan setelah mereka meninggal?

"Tidur. Selama ini aku tertidur panjang. Lalu, tiba-tiba aku bisa membuka mataku dan berada di dunia ini. Kemudian, aku bertemu dengan Fuyumi."

"Fuyumi? Maksudmu, Asano-san?" tanya (Y/n) kaget. Ia tidak tahu jika Kazuo akan mengenal lelaki murah senyum itu.

"Ya, itu dia. Kau juga mengenalnya?" Reaksi Kazuo pun tidak jauh berbeda dengan (Y/n).

Ah, rupanya mereka berdua telah ditipu oleh Asano walaupun Asano sendiri tidak ada niat sama sekali untuk menipu mereka.

"Pantas saja ia selalu pergi dan mengatakan ada suatu urusan yang harus diselesaikannya. Ternyata urusan itu adalah dirimu, ya." (Y/n) mendengus.

"Aku pun tidak menyangkanya. Ia juga selalu pergi dan jarang kembali. Ia hanya menemuiku setiap beberapa minggu sekali untuk menanyakan perkembanganku."

"Ternyata ada banyak kejutan, ya," (Y/n) tersenyum.

"Sekarang giliranku bertanya padamu," ujar Kazuo.

(Y/n) menoleh dan menatap pada lelaki itu. Ia menunggu Kazuo mengatakan pertanyaannya.

"Bagaimana dengan kehidupanmu selama ini? Tanpa diriku?"

Ditariknya napas dalam-dalam sebelum (Y/n) menjawab, "Aku tidak tahu. Bagiku semuanya berlalu seperti biasa, tetapi tanpa dirimu di sana."

"Apa kau tak merindukanku?" goda Kazuo.

"Tentu saja aku merindukanmu!" seru (Y/n) tidak terima karena dianggap demikian.

Kazuo tertawa melihat tingkah gadis di hadapannya, "Aku juga merindukanmu, sangat bahkan."

"Apa masih ada yang ingin kau tanyakan?" (Y/n) mengubah topik pembicaraan mereka.

"Sama sepertimu. Pertanyaanku juga berjumlah banyak. Mungkin akan menghabiskan waktu sampai besok agar semuanya terjawab," candanya.

"Tidak apa. Kalaupun harus sampai lusa, aku tetap akan melakukannya."

"Baiklah, baiklah."

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" (Y/n) bertanya.

"Bagaimana dengan keadaan kelurgamu? Apakah orang tuamu baik-baik saja?"

(Y/n) tersenyum tipis, "Mereka baik-baik saja. Bahkan ayahku masih tetap berlatih anggar denganku. Aku sendiri tidak yakin aoakah ia masih kuat atau tidak untuk berlatih," jawabnya sambil mengenang kenangan saat itu.

"Aku yakin Paman masih kuat. Ayahku selalu kalah jika bertanding anggar dengan beliau. Kau pun tahu hal itu 'kan?"

Kazuo mengingat memori saat ia masih bersama dengan kedua orang tuanya. Saat ia masih bisa bertemu dengan (Y/n).

Mengingat hal yang Kazuo katakan, (Y/n) pun tertawa kecil, "Aku ingat. Sangat. Entah ayahku yang memang hebat atau ayahmu yang terlalu lemah. Aku tidak tahu penyebabnya."

"Kau ini meragukan kehebatan ayahmu sendiri ya?" tebak Kazuo.

"Tidak juga. Hanya tidak yakin saja," tukas (Y/n).

"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Kazuo tiba-tiba.

"Aku mendapat beasiswa di universitas yang sudah lama ingin kuincar. Universitas yang sama dengan pilihanmu waktu itu," jawab (Y/n) sambil tersenyum miring.

Ia mengingat-ingat momen di mana dirinya dan Kazuo sedang sibuk browsing di internet mengenai universitas yang akan mereka pilih. Namun, sayangnya hanya (Y/n) saja yang diterima di sana. Sebab Kazuo sudah tak ada di sisinya. Mengingat hal itu, seketika menyelipkan rasa sedih dalam benaknya.

"Ah, di sana ya. Apakah kau tidak kesepian? Karena aku tidak ada di sana bersamamu?"

Pertanyaan Kazuo membuyarkan lamunan (Y/n). Sekaligus menghapus rasa sedih yang datang sekilas. "Jika aku jujur, jelas sekali aku merasa kesepian. Teman baikku satu-satunya hanya dirimu. Jadi, siapa lagi yang akan menemaniku jika kau tak ada?" ujarnya pelan.

Kesedihan terselip dengan kentara di ucapan (Y/n) itu. Ia ingin menangis mengingat Kazuo hanya akan berada di sini untuk saat ini, hanya saat ini saja. Setelah ia kembali ke rumahnya, Kazuo pun akan menghilang. Setelah itu, rasa sedih dan kesepian pun pasti akan menghampirinya. Membuatnya kembali menangis seperti setahun yang lalu, saat lelaki itu pergi dari sisinya untuk selamanya.

"Apakah... kau bisa jangan meninggalkanku sendirian lagi?"

Tidak dapat dicegah, cairan bening berbentuk itu perlahan mengalir keluar dari manik (e/c) milik (Y/n). Membasahi kedua pipinya. Juga menyerukan lara untuk datang.

Melihat (Y/n) yang menangis, Kazuo pun ikut merasa tak tega dan sedih. Ia memeluk erat tubuh gadis itu. Melepas rasa rindu yang selama ini ia pendam. Tetapi, ia tetap tidak bisa menjawab pertanyaan (Y/n). Jawaban dari pertanyaan itu hanya akan menyakiti perasaannya lebih jauh.

Meskipun Kazuo tidak menjawabnya, (Y/n) sudah tahu apa jawabannya. Ia sangat tahu. Karena hal itulah ia menangis saat ini. Karena hal itu juga ia memeluk erat Kazuo dengan perasaannya yang campur aduk.

Karena ia tahu, Kazuo pasti akan meninggalkannya sendirian lagi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro