Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26 - Ego

Sudah dua minggu berlalu setelah kedatangan Uzui yang tak terduga ke rumah (Y/n). Saat ini (Y/n) sedang berjalan pulang setelah menyelesaikan misi. Fajar sudah muncul di langit saat ini. Dilukis dengan indahnya oleh Sang Pencipta.

Langkah kaki (Y/n) terhenti di kediaman Kagaya. Ia mendengar keributan dari dalam sana. Padahal hari masih pagi untuk meributkan sesuatu. Samar-samar, (Y/n) mendengar perdebatan antara Mitsuri dan Uzui. Ia tidak mendengarnya dengan jelas sehingga tidak tahu apa yang mereka perdebatkan.

Dilanda rasa penasaran yang kuat, (Y/n) berniat masuk ke dalam rumah bersuasana tradisional itu. Keingintahuannya yang sangat besar membuat dirinya ingin mencari tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Keributan itu berasal dari halaman belakang kediaman Kagaya. Rupanya para Hashira berkumpul di sana. Kecuali (Y/n) yang baru saja kembali dari misinya.

"Ada apa?"

Itulah kalimat pertama yang (Y/n) ucapkan ketika ia melihat para Hashira berada di sana. Mereka semua sedang menatap ke arah Mitsuri dan Uzui yang tengah sibuk berdebat. Air muka mereka bervariasi. Ada yang tampak peduli, pun sebaliknya.

"Lebih baik ke onsen saja, Uzui-san! Di gunung itu kau tidak bisa melakukan apa-apa selain meditasi!" Mitsuri menyuarakan pendapatnya.

Uzui langsung menyangkalnya dengan argumennya. "Ke onsen itu sudah terlalu biasa, Kanroji. Lebih baik kita pergi ke gunung. Masih ada banyak hal yang bisa kau lakukan selain meditasi di sana!"

Mendengar argumentasi yang mereka berikan, (Y/n) pun langsung mengetahui apa mosi dari debat di hadapannya itu. (Y/n) tidak habis pikir. Ia mengira jika masalah yang diperdebatkan cukup serius. Rupanya ia berharap terlalu tinggi. Lantas, mengapa para Hashira yang lain hanya melihat saja?

Dengan inisiatif, (Y/n) maju ke depan dan berdiri di antara Mitsuri dan Uzui. Ia berusaha melerai kedua makhluk hidup yang sedang memperdebatkan hal sepele itu.

"Ah, (Y/n)-chan! Kebetulan kau kemari! Kau baru pulang misi 'kan? Bagaimana jika kita pergi ke onsen?" Mitsuri menyambut (Y/n) dengan antusias dan seketika lupa dengan debat antara dirinya dan Uzui. Sepertinya gadis itu sedang berusaha merekrut (Y/n) menjadi kubunya.

"Jangan dengarkan Kanroji, (F/n). Pergi ke gunung lebih baik! Kau bisa menjadi lebih kuat di sana!" Uzui menimpali perkataan Mitsuri. Tampak tidak ingin (Y/n) setuju begitu saja dengan perkataan Hashira Cinta itu.

Keributan pun tak dapat dihindari. Mitsuri dan Uzui saling menatap dengan tatapan tajam mereka. Oh, jangan lupakan juga mulut mereka yang terus berdebat dan membuat kepala (Y/n) pening. Sekarang ia menyesal datang ke sini.

Sebuah nichirin menancap tepat di antara Mitsuri dan Uzui. Keduanya seketika terdiam karena terkejut melihat nichirin yang menancap di atas tanah itu. Hanya selisih beberapa centimeter saja sebelum nichirin tersebut mengenai salah satu dari mereka. Selain itu, darah masih tampak dengan jelas pada sebilah katana tersebut. Yang justru menambah tingkat ketakutan di sana.

Pandangan mereka kini tertuju pada (Y/n) yang berdiri di sana dengan tatapannya yang mengarah pada Mitsuri dan Uzui. Aura yang gadis itu keluarkan terasa menyeramkan. Tatapannya seketika berubah menjadi datar nan menusuk.

"Jangan ribut. Aku tidak suka keributan."

(Y/n) berjalan ke arah mereka dan mengambil nichirin-nya yang ia lempar tadi. Uzui dan Mitsuri menatap ngeri ke arah (Y/n) yang sifatnya berubah drastis itu. Seolah-olah ia bukan (F/n) (Y/n) yang selalu bersama mereka.

"Sudahlah. Aku hanya bercanda. Jangan menatapku seolah-olah aku ini hantu." (Y/n) berujar. Merasa tak nyaman kala ia ditatap demikian. "Ah, tentang darah ini memang belum sempat kubersihkan," tambahnya.

Raut wajah (Y/n) yang berubah menjadi normal seketika membuat mereka yang ada di sana menghembuskan napas lega. Mungkin sedari tadi mereka tidak sadar jika mereka menahan napas ketika (Y/n) melempar nichirin-nya dan menatap tajam pada Mitsuri dan Uzui.

Ada satu hal yang mereka tahu tentang (Y/n) kali ini. Hal yang tidak akan mereka lakukan lagi.

Jangan pernah sekalipun membuat (Y/n) marah.

***

Di sinilah mereka sekarang. Di sebuah pemandian air panas yang bisa dikatakan sedang sepi. Hanya mereka saja yang berkunjung ke sini.

Setelah berdebat begitu lama dan panjang, onsen-lah yang menjadi tujuan mereka saat ini. Tindakan yang (Y/n) lakukan berhasil menciptakan jalan tengah.

(Y/n) dan para Hashira perempuan yang lain berada di pemandian wanita. Sementara itu para lelaki berada tepat di sebelahnya. Hanya dibatasi oleh sebuah papan kayu yang besar.

"Hei, (Y/n)-chan."

Yang dipanggil menatap pada Mitsuri. "Ada apa, Mitsuri-san?"

"Menurutmu, siapa Hashira yang paling tampan?" tanya Mitsuri antusias. Mungkin suaranya pun dapat terdengar oleh para Hashira lelaki di sebelah sana.

"Ah, aku juga penasaran tentang hal itu. Beritahu kami, (Y/n)-chan!" timpal Shinobu yang tertular semangat Mitsuri. Sepertinya Shinobu lupa akan sifat aslinya sendiri.

Saat ini, (Y/n) bingung harus menjawab apa. Pasalnya, masalah yang mereka bahas saat ini bisa saja mengundang rasa tersinggung bagi mereka yang mendengarnya. Mengingat pemandian air panas itu hanya dibatasi dengan papan kayu.

Karena tidak tahu harus menjawab siapa, jadi (Y/n) pun berkata, "Hmm... tentang itu ya. Aku tidak hanya menilai seorang lelaki dari fisiknya saja. Sifat dan hatinya pun merupakan hal yang penting."

Jawaban yang klasik, bukan?

"Ah, begitu. Kau tidak seru (Y/n)-chan." Mitsuri menenggelamkan setengah wajahnya ke dalam air.

"Sekarang anggap saja kau hanya menilai orang dari fisiknya. Jika begitu, siapa yang paling tampan?" Kini Shinobu bertanya lagi. Ia tidak menyerah.

Tanpa berpikir panjang, (Y/n) segera menjawab, "Semuanya tampan, Kochou-san."

"(Y/n)-chan! Aku gemas padamu!" Shinobu berkata sambil memasang wajah yang tampak seolah-olah ingin menggigit apapun yang ada di hadapannya.

"Memang semua lelaki itu tampan, 'kan?" jawab (Y/n) santai. Terlalu santai hingga rasanya Shinobu ingin menceburkan kepala gadis itu ke dalam air.

Kini Mitsuri dan Shinobu menatap iba pada Hashira Bintang itu. Yang ditatap hanya diam dan acuh. Toh (Y/n) hanya mengutarakan isi pikirannya. Mengapa mereka malah tampak depresi?

***

"Menurut kalian, siapa Hashira yang paling cantik?"

Rupanya, di lain sisi para Hashira berjenis kelamin laki-laki pun memulai percakapan tentang para Hashira perempuan yang selalu mengerjakan misi bersama mereka. Dalam hati, mereka mulai memikirkannya.

"Tentu saja itu (Y/n)."

Suara bernada datar itu membuat para Hashira yang belum selesai berpikir langsung terkena serangan jantung mendadak. Pasalnya, kalimat singkat namun bermakna itu berasal dari seorang anak berumur empat belas tahun. Yang bahkan mungkin belum pernah sama sekali mencicipi rasanya jatuh cinta.

"Oi, Tokito."

Muichirou menoleh dan menatap dengan tatapan datarnya ke arah Sanemi.

"Mengapa (Y/n)?"

"Memangnya mengapa kalau aku memilih (Y/n)?" tanyanya balik.

Sanemi yang biasanya senang berargumentasi itu seketika kehabisan jawaban. Ia hanya berdecih kesal. Pasalnya, dirinya pun memiliki jawaban yang sama. Hanya saja tingkat keberanian dan harga diri yang ia miliki berbeda dengan Muichirou.

"Menurutku juga (Y/n)."

Rengoku Kyoujurou, si Hashira Api, mengeluarkan pendapatnya. Pastinya jawaban lelaki itu mengundang keterkejutan. Ia yang jarang berbicara dengan (Y/n) pun menjawab demikian.

"Ah, ternyata banyak sekali saingan yang harus kuhadapi jika ingin menjadikan (Y/n) sebagai istri keempatku," ujar Uzui santai, namun tampak kecewa. Entah apakah ia benar-benar akan melakukan hal itu atau sekedar menyiram minyak saja.

Perkataan Uzui itu menciptakan reaksi yang berbeda-beda. Namun, sebagian besar menatapnya tak suka. Sekaligus tatapan tajam dilemparkan ke arahnya.

"Tenang saja. Aku hanya bercanda." Uzui mengangkat kedua tangannya ke atas sebagai tanda menyerah. Ia tak ingin mati hanya karena mengatakan suatu hal sepele seperti ini.

"Tetapi, jika ada kesempatan aku tidak akan melewatkannya." Uzui berkata lagi dan kali ini dihujani tatapan membunuh. Oh, sadarlah Uzui. Nyawamu sedang dipertaruhkan saat ini.

"Sebegitu sukanyakah kalian pada (F/n)?" Uzui bertanya memastikan.

"Ya."

"Tidak!"

Ada dua jawaban yang berbeda. Salah satu mengakuinya dan yang lainnya menyangkal. Benar-benar berbanding terbalik.

"Aku suka dengan kejujuranmu. Itu sangat elok, Tokito." Pandangannya beralih pada Sanemi. "Shinazugawa, jika kau terus menyangkalnya, kau akan kehilangan kesempatan suatu saat nanti."

Sanemi berdecih dan mengalihkan pandangannya dari Hashira Suara itu. Mungkin ada benarnya tentang apa yang dikatakan oleh Uzui. Hei, Sanemi hanya dikalahkan oleh egonya sendiri. Ego yang mungkin saja suatu hari nanti akan menjatuhkan dirinya.

***

First published :: December 3rd, 2020
Revised :: May 22nd, 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro