Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20 - Siblings

Langit sudah didominasi oleh warna kelabu sejak tadi pagi. Matahari disembunyikan di balik awan berwarna abu-abu kehitaman. Menutupi sinar hangatnya untuk menerangi sang buana. Sekaligus sebagai pertanda hujan yang akan turun sebentar lagi.

Pertemuan Hashira yang tertunda tetap dilaksanakan tanpa (Y/n) di sana. Mereka membahas hal-hal tentang para iblis dan tentunya Kibutsuji Muzan, pemimpin dari para iblis. Meskipun kekhawatiran sudah menyelimuti suasana serta benak mereka masing-masing.

"Shinobu, bagaimana kondisi (Y/n) sekarang?" Kagaya memandang ke arah Hashira Serangga itu.

"Ia masih belum sadar, Oyakata-sama."

Kagaya menghela napas. Kondisi (Y/n) saat ini membuatnya khawatir dan bingung. Pasalnya, sebelumnya (Y/n) memang selalu tampak baik-baik saja. Hanya saja misi belakangan ini sempat membuatnya terluka cukup parah. Akibatnya Kagaya tak mengizinkan (Y/n) untuk mengerjakan misi untuk sementara waktu.

Pada awalnya, (Y/n) sempat memohon agar ia diizinkan kembali untuk mengerjakan misi apapun itu. Dengan berat hati, Kagaya pun mengizinkannya. Namun, untuk yang kedua kalinya, Kagaya menolak. Bagaimanapun juga, keselamatannya lebih penting daripada sekedar menyelesaikan misi belaka.

"Ano... Oyakata-sama." Mitsuri tiba-tiba bersuara.

"Ada apa, Mitsuri? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?"

Mitsuri tampak gugup. Ia memiliki pernyataan untuk disampaikan. Karena ia pikir, ini merupakan saru-satunya cara untuk menyelamatkan (Y/n).

"Saya kenal seseorang yang dekat dengan (Y/n)-chan. Tetapi, apakah Anda keberatan jika saya memanggilnya datang ke sini?" ujar Mitsuri ragu.

Kagaya memasang gestur berpikir. Pasalnya, markas pemburu iblis merupakan tempat rahasia yang tidak dapat diberitahukan kepada siapapun. Bahkan para pemburu iblis sekalipun. Hanya para Hashira dan kakushi saja yang tahu letak keberadaan markas iblis ini. Hal itu dilakukan untuk mencegah Muzan menyelidiki dan datang ke tempat ini.

Pada akhirnya, Kagaya pun mengangguk. Ia tidak keberatan jika Mitsuri membawa seseorang yang bisa menyelamatkan (Y/n). Nyawa (Y/n) lebih penting untuk saat ini ketimbang informasi yang akan bocor. Ditambah dengan sebuah hal yang hanya diketahui oleh dirinya.

"Tetapi, bukankah keberadaan tempat ini akan diketahui olehnya, Oyakata-sama?" Sanemi menyuarakan pendapatnya. Ia pikir keputusan Kagaya itu menentang peraturan tak tertulis yang selama ini sudah mereka taati. Hanya karena nyawa seorang gadis.

Namun, Kagaya menjawab dengan lembut, "Manakah yang lebih penting: keselamatan (Y/n) atau keberadaan tempat ini, Sanemi?"

Terpaksa, Sanemi menelan kembali semua argumentasi yang hendak ia lontarkan. Pada akhirnya ia membuang mukanya ke samping. Tidak menatap ke arah Kagaya yang sedang memandangnya.

"Tidak ada yang lebih penting dari keselamatan orang lain, Sanemi. Itu adalah tujuanmu menjadi pemburu iblis, bukan? Untuk melindungi orang lain?"

Sanemi mengangguk patuh. "Hai, Oyakata-sama."

Setelah meredakan amarah Sanemi, Kagaya kembali memandang Mitsuri. "Mitsuri, tolong antar teman (Y/n) itu ke tempat ini. Aku akan menemuinya."

"Baik, Oyakata-sama."

***

(Y/n) masih belum sadarkan diri. Tidak ada tanda-tanda ia akan bangun dalam waktu dekat. Manik (e/c)nya itu tertutup di balik kelopak matanya. Menyembunyikan estetikanya di dalam sana.

Meskipun ia tampak seperti tengah tertidur, namun di alam bawah sadarnya (Y/n) sedang berusaha sekuat tenaga. Berusaha mengalahkan seorang gadis bernama Sakuya. Yang bahkan keberadaannya pun baru saja diketahui oleh (Y/n).

"Aku tidak tahu siapa dirimu. Tetapi..."

(Y/n) menerjang ke depan dan mengayunkan nichirin-nya ke arah Sakuya. Mungkin memang inilah takdir yang harus ia terima.

"...aku akan mengalahkanmu, Sakuya."

Sakuya tertawa mendengar apa yang (Y/n) katakan. "Mengalahkanku? Apa karena jabatanmu sebagai seorang Hashira kau jadi sombong seperti ini? Memangnya kau pikir dirimu itu siapa?"

Kuku-kuku Sakuya yang berwarna merah berhasil merobek kulit (Y/n). Darah pun mengalir di tangannya. Namun, (Y/n) kembali menyerang. Sayangnya Sakuya mengetahui titik buta (Y/n). Dengan hal itu, ia pun menyerang titik tersebut. Memberikan luka yang cukup parah pada pinggangnya. Sontak (Y/n) pun mundur dan memberi jarak.

"Jujur saja, saat ini kau tidak lebih dari seorang gadis kecil yang memasuki dimensi lain. Mungkin kau pikir kau hanya bersenang-senang di sini. Tetapi, fakta yang sebenarnya tidaklah sesederhana yang kau bayangkan, (Y/n)."

(Y/n) mengeraskan rahangnya. Ia mulai kesal dengan tingkah Sakuya yang angkuh dan seolah-olah tahu segalanya. Hei, selama ia juga tengah berjuang. Berjuang mengalahkan para iblis di setiap misi yang ia kerjakan, juga berjuang agar kekuatan milik Asano ini tidak terserap oleh para Hashira dan hilang begitu saja.

"Aku tidak mengenalmu, begitu juga sebaliknya. Kau tidak mengenalku. Maka dari itu, jangan mengatakan sesuatu yang kau sendiri tidak tahu!"

Sekali lagi, (Y/n) maju ke arah Sakuya. Meskipun lukanya itu cukup mengganggu, setidaknya ia masih bisa mengabaikannya untuk beberapa detik. "Hoshi no Kokyu: Ichi no Kata: Hoshi no Mugen no Ame!" (Hujan Bintang Tak Terhingga)

Ribuan tebasan mengarah pada Sakuya. Ia tidak berniat menghindarinya. Hanya diam di tempat dengan seringai di wajahnya.

"Kau ingin tahu siapa diriku? Aku merasa sangat kesal dengan kakakku. Mengapa ia memilih dirimu dengan menjadikan aku sebagai kekuatan untuk dirimu yang payah?! Aku sangat kesal! Kini aku hanya bisa berdiam di dalam dirimu dan menunggu kau sendiri yang datang kepadaku!"

Kuku Sakuya itu menebas secara diagonal ke arah serangan (Y/n) di depannya. Tepat sesaat sebelum serangan itu mengenai dirinya. Ia memang tidak memiliki senjata. Hanya kukunya yang panjang.

"Kakakmu? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Jangan berbicara hal aneh saat kau sedang menghadapi musuhmu, Bodoh!"

Sekali lagi, (Y/n) menyerang. Meskipun luka sudah tersebar di seluruh bagian tubuhnya, tetap saja ia tidak akan menyerah. Menyerah bukanlah jalan keluar yang terbaik saat ini. Justru ia harus mengalahkan gadis di hadapannya itu. Walaupun (Y/n) akan terluka parah, tekadnya sudah bulat. Ia tidak akan menyerah.

"Fuyumi Asano. Ia adalah kakakku. Kau pasti mengenalnya 'kan? Seorang lelaki bersurai hitam yang baik pada semua orang sekaligus sebagai seseorang yang sangat gila akan kedamaian."

"Asano-san? Ia kakakmu?" (Y/n) terkejut mendengar fakta yang dikatakan oleh Sakuya. Alhasil, keterkejutkan itu dimanfaatkan oleh Sakuya. Kuku-kukunya kali ini kembali menyayat tubuh (Y/n). Tidak hanya itu, api yang keluar dari tebasannya mulai menjalar pada (Y/n). Membuatnya panik dan sontak melepaskan haori yang dikenakannya.

"Aku benci padanya. Ia bahkan rela memberikan kekuatannya sendiri padamu. Dikarenakan kekuatan di dalam dirinya itu masih belum cukup, pada akhirnya ia meminta bantuanku. Aku tidak ingin memberikan kekuatan milikku padamu dengan gratis. Maka dari itu, aku membuat perjanjian dengan kakakku."

"Perjanjian apa?" tanya (Y/n) mulai serius.

"Aku ingin bertarung denganmu. Jika aku kalah, maka kekuatanku akan menjadi milikmu. Jika aku menang..."

Sakuya menggantung perkataannya. Seringai menyeramkan muncul di wajahnya yang tampak pucat. Seketika (Y/n) merasa ngeri.

"...maka kekuatan kakakku akan menjadi milikku juga!"

Helaan napas panjang dihembuskan oleh (Y/n). Ia tidak habis pikir dengan pola pikiran Sakuya yang di luar akal sehat. Seharusnya gadis itu bahagia dengan keberadaan Asano sebagai kakaknya. Setelah (Y/n) hidup didampingi oleh Asano, bisa dikatakan bahwa lelaki itu merupakan seseorang yang baik. Namun, cara ia memaksa Sakuya agar mau menjadi kekuatan tambahan bagi (Y/n)-lah yang salah. Salah besar, bahkan. Saat ini, (Y/n) mengerti mengapa Sakuya sangat marah.

"Kurasa, aku mengerti bagaimana perasaanmu itu."

Sakuya tertawa lepas. "Jangan mengatakan hal bodoh, (Y/n). Kau sendiri yang berkata seperti itu sebelumnya. Namun, apa? Kini kau juga mengatakan hal yang sama!"

Seusai berkata demikian, Sakuya kembali maju. Ia mengayunkan tangannya dengan sangat kuat. Membiarkan kobaran api menyala-nyala di sekitar sana. Siap melahap (Y/n) yang akan diserang.

Gadis itu hendak menghindar. Hampir saja pakaiannya terbakar. Jika benar-benar terbakar, apa yang akan ia kenakan nanti?

(Y/n) pun terdiam di tempatnya. Ia menatap ke arah Sakuya dengan tatapan yang sulit diartikan. ""Jadi, selama ini kaulah yang menyakitiku? Menyakiti orang yang tak bersalah hingga membuatku repot itu merupakan tindakan yang sangat aku benci."

Tawa kembali terdengar. "Tentu saja aku yang melakukannya! Semua itu kulakukan agar kau bisa bertarung denganku. Aku hanya perlu membuatmu pingsan selama berhari-hari, maka rencanaku akan berjalan lancar."

"Kalau begitu, aku hanya perlu mengalahkanmu saja, 'kan?" (Y/n) memasang kuda-kudanya. "Pada dasarnya, semua ini bermula dari ketamakanmu, Sakuya."

Dengan tubuh yang penuh luka itu, nichirin di tangannya pun terayun. Sakuya juga telah bersiap untuk menyerang (Y/n). Keduanya sama-sama akan memberikan serangan terbaik mereka.

"Daripada kau memikirkan hal yang tidak jelas itu, lebih baik kau berikan kekuatanmu padaku. Maka akulah yang akan menyelamatkan dunia ini!"

Tertegun akan perkataan (Y/n), serangan yang Sakuya berikan seketika terhenti. (Y/n) hampir saja membiarkan serangannya melukai Sakuya jika ia tidak menarik nichirin-nya.

Seketika raut wajah Sakuya berubah. Dari yang semula menyeramkan dan diselimuti amarah, kini berubah menjadi tenang akan kedamaian. Sebuah senyuman terpatri di parasnya yang ayu. Surainya yang berwarna merah telah berubah menjadi seputih salju.

Keadaan di sekitar mereka pun mengalami perubahan. Tidak ada lagi kegelapan panjang yang menyelimuti. Yang ada ialah padang rumput yang luas. Dihiasi berbagai macam bunga. Tampak indah di mata (Y/n).

"Kurasa aku memang tak bisa mengalahkanmu," ujarnya sambil tertawa miris. "Mungkin hal ini akan terlihat aneh karena perubahanku yang tiba-tiba terjadi. Namun, perkataanmu itu sudah mengingatkanku tentang diriku yang sebenarnya. Aku serahkan kekuatanku ini padamu, (Y/n). Gunakanlah sebaik mungkin dan," tuturnya, "selamatkanlah dunia ini."

(Y/n) tak mampu berkata-kata. Ia hanya terdiam di tempatnya berdiri. Menatap ke arah Sakuya yang tampak sangat cantik bak seorang dewi.

"Sepertinya aku kalah lagi, Asano nii-chan. Maaf karena aku sering merepotkanmu dan... sampai jumpa."

Netranya tertutu rapat. Tubuhnya perlahan berubah menjadi butiran-butiran cahaya berwarna putih yang terbang terbawa oleh angin ke angkasa. Menyisakan (Y/n) yang tengah tersenyum di sana.

"Tenang saja. Aku pasti akan menyelamatkan dunia ini, Sakuya."

***

Yo minna!

Entah mengapa, setelah cerita ini direvisi, setiap chapter-nya jadi semakin panjang-

Aneh, tapi nyata🚶‍♀️

Btw, terima kasih atas jejak yang telah kalian tinggalkan di cerita ini!! ヾ('︶'♡)ノ

Psst, kalau memungkinkan, cek juga book-ku yang lainnya ya! (*'˘'*)♡

I luv ya!
Wina🌻

First published :: November 10th, 2020
Revised :: April 5th, 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro