🍃┆𝘄hirlwind 𝘁hrust ꫂ
Sebenarnya, sudah berapa lama waktu berlalu semenjak saat itu?
Ia tidak ingat tepatnya. Yang pastinya, waktu sudah berjalan begitu lama. Yang bahkan membuat dirinya hampir lupa tentang semua hal mengenai gadis itu. Tentang wajahnya, suaranya, pun senyumnya yang kerap membuat detak jantungnya menggila sesaat.
Matanya seketika melirik ke arah pergelangan tangan kanannya. Memikirkan gadis itu membuat Xiao teringat dengan sebuah benda yang melingkari tangannya itu. Setangkai bunga qingxin yang dipotong menjadi pendek terlilit di sana. Tangkai bunga itu dibekukan agar tidak layu meskipun waktu telat berlalu lama. Entah bagaimana caranya, Xiao tidak tahu. Sekaligus sebagai pemberian terakhir dari sang gadis.
Hanya karena keberadaannya, Xiao merasa hidup. Semuanya terasa lebih berarti bagi lelaki itu. Apapun yang ia lakukan, mendadak selalu diselingi oleh canda tawa dan juga senyum bahagia. Membuat hidupnya menjadi lebih berwarna serta membahagiakan. Sebuah kata yang tak ia sangka bisa ia rasakan.
Namun, hal itu hanya terjadi selama sesaat.
Xiao tahu, mungkin gadis itu memang akan menghilang dari sisinya suatu saat nanti. Tetapi, ia sama sekali tidak menyangka jika hilangnya gadis tersebut berarti ia akan benar-benar menghilang dari hidupnya. Lenyap, tak menyisakan jejak apapun kecuali gelang pemberiannya itu. Gelang yang tak pernah ia lepaskan dari pergelangan tangan kanannya.
Hilangnya gadis itu sama dengan hilangnya cahaya di dalam kehidupan Xiao. Seketika semuanya kembali berubah menjadi gelap. Sama seperti sebelum gadis itu datang ke dalam hidupnya. Gelap, menyedihkan, dan dipenuhi rasa sesak nan menyakitkan. Kumpulan perasaan yang sudah sangat akrab bagi Xiao.
Ia menghela napas panjang. Kini ditatap olehnya sebuah piring yang terpampang di depan wajahnya. Almond tofu tersajikan di atas piring tersebut. Namun, makanan itu bahkan belum disentuh oleh Xiao sejak tadi. Ia sibuk melamun. Memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin bisa terjadi juga bertanya-tanya dalam benaknya sendiri.
Melihat hidangan yang tersaji di depannya, alih-alih memakannya, Xiao malah kembali melamun. Tatapannya menerawang. Sementara pikirannya tertuju pada gadis yang sama dengan yang sebelumnya ia pikirkan. Ia teringat dengan saat di mana gadis itu memasak untuknya sesaat setelah Xiao berkata bahwa dirinya lapar.
Anehnya, seolah sudah tahu apa makanan yang bisa dimakan oleh Xiao, gadis itu pun memasak almond tofu. Melihat hidangan itu di depan matanya, tentu saja Xiao merasa bingung. Namun, ia tetap memakannya dalam diam. Membiarkan makanan itu melewati kerongkongannya dan menyisakan berbagai rasa di dalam rongga mulutnya.
Sekeras apapun Xiao berusaha untuk mengalihkan pikirannya dari gadis itu, semakin sering pula ia memikirkannya. Gadis yang sempat singgah di dalam hatinya yang dingin, memberikannya kehangatan untuk sesaat, lalu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Xiao merasa... rindu.
Rindu pada gadis bernama (Y/n) itu.
***
"Kau masih belum bisa melupakannya, Xiao?"
Jawaban akan pertanyaan itu sudah sangat jelas. Tentu saja, belum. Xiao masih belum bisa melupakan (Y/n). Lebih tepatnya, ia memilih untuk tidak pernah melupakannya. Ia telah menetapkan hatinya untuk terus mengingat kenangan-kenangan bersamanya dengan (Y/n). Tanpa terkecuali.
Xiao pun menggeleng, menjawab pertanyaan Venti. Sang Archon itu hanya menatapnya sedih. Ia tahu jika selama ini Xiao cukup merasa tersiksa dengan hilangnya (Y/n). Seorang gadis bersurai hitam sehitam bulu gagak itu.
"Apakah kau merindukannya?" tanya Venti lagi. Kali ini ia menatap ke arah jumantara. Di mana angkasa bernuansa biru terbentang di atas sana. Begitu indah. Yang membuat dirinya larut dalam estetikanya.
"Ya."
Mendengar jawaban Xiao yang singkat namun bermakna itu sontak membuat Venti menoleh padanya. Ia pikir Xiao akan menjawab 'tidak tahu', 'mungkin', atau 'apa itu "rindu"?'. Rupanya, pemikirannya tentang ketiga jawaban itu benar-benar meleset. Xiao sudah paham betul mengenai perasaannya sendiri. Yang membuat sebuah kurva melengkung pada wajah Venti.
"Mengapa kau tidak mencarinya saja, Xiao? Sejauh apapun (Y/n) pergi, ia pasti masih berada di dunia ini! Di Teyvat!" seru Venti dengan semangat yang menggebu-gebu. Ya, ia yakin akan pemikirannya sendiri. Sekalipun (Y/n) adalah seorang yang juga abadi, ia pastinya tidak akan meninggalkan dunia ini.
Xiao melirik Venti dengan tatapan dinginnya. Bukankah selama ini ia pernah berkata padanya bahwa dirinya sudah mencari (Y/n)? Apakah Venti lupa?
"Aku sudah pernah mencarinya. Beribu-ribu kali," jawab Xiao tanpa memandang Venti. Entah apa yang Venti pikirkan hingga membuat lelaki itu tersenyum lebar.
"Bukankah itu bagus? Itu berarti kau tidak mudah menyerah, Xiao! Teruskan usahamu, maka aku yakin kau pasti bisa menemukan (Y/n)!" Ia mengepalkan tangannya ke udara. Berusaha menyemangati Xiao meskipun ekspresi lelaki itu tetap sama saja. Datar dan bereaksi apapun.
Memang itulah harapan Xiao. Harapan yang selalu ia tanamkan di dalam benaknya. Dengan keyakinannya sendiri dan kepercayaannya pada sang Archon.
Selalu demikian.
***
Perkataan Venti di hari itu seketika terlintas di dalam kepala Xiao. Yang mengatakan bahwa ia pasti bisa menemukan (Y/n). Ia hanya perlu terus berusaha dan tidak menyerah. Semudah itu untuk diucapkan, dan sebaliknya jika dilakukan.
Namun, apa yang Xiao lihat sekarang benar-benar membuatnya terpaku. Gadis yang selama ini selalu menghinggapi pikirannya kini berada di depan matanya. Dengan wajahnya yang masih sama tanpa ada perubahan sedikit pun.
Ia mendekat. Lalu, tersentak sedetik setelahnya. Dirinya merasa tidak percaya. Juga menolak untuk percaya semudah itu.
Karena apa yang Xiao lihat saat ini hanyalah seonggok tubuh tanpa raga di dalamnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro