🍃┆𝗴uardian 𝘆aksha ꫂ
Netra emas yang semula terpejam itu kini sontak terbuka. Diedarkan tatapannya ke sekitar. Bangunan yang cukup modern dengan hiasan di dinding menjadi objek utama yang dilihatnya. Kemudian, ia pun bangkit dari posisi berbaring.
Dilangkahkan kakinya ke luar. Di mana dunia tengah berputar dan juga waktu yang ikut terus berjalan. Ah, rasanya Xiao baru saja mengalami mimpi yang panjang. Begitu panjang hingga masih melekat begitu jelas di otaknya.
Semua hal tentang gadis itu seketika melintasi kepalanya. Menciptakan memori singkat yang kembali muncul ke permukaan. Suaranya, senyumannya, tawanya. Bagaimana wujud gadis itu benar-benar digambarkan dengan jelas di dalam kepalanya. Sekaligus menyambut elegi untuk datang.
Dulu, Xiao sempat berpikir untuk menghabisi waktunya dengan (Y/n). Bukan hanya sebulan atau dua bulan, melainkan untuk selamanya. Ia pikir, bersama dengan (Y/n) sudah cukup bagi dirinya. Setidaknya jika keadaan terburuk di mana Zhongli akan mati dan meninggalkannya, Xiao masih memiliki gadis itu di sisinya. Itulah yang berada di dalam pikirannya, begitu sederhana.
Namun takdir memiliki ceritanya sendiri. Ia merenggut (Y/n) dari sisinya. Disertai dengan alasan dan penyebab yang tidak masuk akal. Tentu saja Xiao masih mempertanyakan hal itu bahkan ketika dirinya sudah tahu apa kebenarannya. Kenyataan tidak dapat diubah. Sekalipun Xiao sendiri yang memohon-mohon hingga bersujud di hadapan para Archon.
Pada akhirnya, (Y/n) tetap saja tidak akan kembali ke sisinya.
"Apakah melamun adalah hobi barumu, Xiao?"
Suara itu menginterupsi pikiran Xiao. Si lelaki bersurai teal itu pun menoleh ke sumber suara. Di mana Venti tengah berdiri tepat di sebelahnya. Sejak kapan ia berada di sana? pikirnya.
"Aku baru saja tiba." Venti menjawab seolah-olah ia bisa membaca pikiran Xiao. Membuat lelaki itu sontak menaikkan sebelah alisnya. Merasa heran sebab Venti menjawab isi pikirannya.
Tetapi, sang Anemo Archon itu tidak mengatakan apa-apa mengenai hal yang baru saja terjadi. Xiao pun memilih untuk diam saja. Untuk saat ini, kesunyian kembali menjadi sahabatnya.
"Semalam aku bermimpi tentang (Y/n)."
Ketika Venti membuka suara, perkataannya itu tidak dapat diabaikan oleh Xiao. Secara spontan, ia menoleh dan menatap Venti. Menunggu kelanjutan dari ucapannya tadi.
"Ia berkata mengenai suatu hal. Hal yang sangat sederhana dengan makna yang begitu dalam," lanjutnya. Tatapan Venti berubah menjadi sendu. Namun, dinaungi oleh kumpulan cahaya samar.
"Apa yang ia katakan?" tanya Xiao tak sabar.
"'Aku sudah bahagia, Venti.'"
Seketika jantung Xiao mencelos. Bukan karena ia merasa sedih ataupun senang. Melainkan sebab sebuah perasaan yang sulit untuk ia jabarkan. Xiao ikut merasa bahagia ketika mendengar ucapan itu dilontarkan oleh Venti.
Namun, di sisi lain, apakah (Y/n) juga merasa bahagia tanpa dirinya?
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro