🍃┆𝗯lossom 𝗼f 𝗸aleidos ꫂ
Sudah berkali-kali pertanyaan itu dibuat. Dilontarkan di dalam kepalanya, beputar-putar di sana. Namun, pada akhirnya hasilnya akan tetap sama. Tak ada perubahan sedikit pun.
Ia masih belum menemukan jawabannya.
Yang kini Xiao ketahui ialah fakta bahwa dirinya kembali ke masa lalu. Ke masa di mana semuanya masih indah. Kala ia masih bersama dengan (Y/n). Sosok gadis yang membuatnya mencicipi rasa jatuh cinta.
Xiao hanya tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Ia merupakan seseorang yang sulit untuk menggambarkan perasaannya sendiri. Dan kini, dirinya malah dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang sangat membingungkan. Yang justru lebih menantang dan sulit didefinisikan. Terjebak antara delusi dan rasa bahagia.
Perlahan, Xiao mengangkat tangan kanannya. Biasanya setiap kali ia menatap ke sana, setangkai bunga qingxin yang dibekukan melingkari pergelangan tangannya. Namun, kini benda itu pun lenyap dari sana. Membuat Xiao merasa kesepian karenanya.
"Xiao."
Suara itu kembali membuyarkan lamunan sang pemuda. Xiao pun mengalihkan tatapannya dari tangan kanannya, lalu bersitatap langsung dengan manik (e/c) yang tampak selalu berbinar itu.
"Jika peperangan ini telah berakhir, apa yang akan kau lakukan?"
Pertanyaan tersebut sempat membuat Xiao termenung. Benar juga, apa yang akan dirinya lakukan nanti? Di saat ia sudah bukan seorang Alatus lagi? Di saat di mana semuanya sudah menjadi tenang, apa yang harus ia perbuat?
"Sudah kuduga kau tidak tahu apa jawabannya, Xiao." (Y/n) terkekeh, namun sama sekali tidak bermaksud untuk mencemooh. Ia hanya tahu, terlalu tahu tentang lelaki di sisinya itu.
"Apabila aku menjawab pertanyaanmu itu, apakah kau bisa mengabulkannya?" Xiao menoleh. Menatap lurus ke arah netra (e/c) itu. Menyelam ke dalam sana, menelisik di setiap celahnya.
Sejenak, (Y/n) mengerjap untuk sesaat. Kemudian, disusul oleh sebuah senyuman pada paras ayunya itu. "Aku tidak bisa berjanji padamu, Xiao. Namun, jika apapun yang kau pinta itu dapat kukabulkan, maka aku akan mengabulkannya untukmu. Tanpa berpikir dua kali."
Untaian kata itu terdengar begitu indah. Bak melodi yang membawa suara penuh kebahagiaan. Diselingi dengan hembusan angin yang berbisik merdu. Seketika menciptakan harmoni serta-merta dengan keestetikaannya.
Bukanlah ucapan ataupun ungkapan yang dibutuhkan saat ini. Dengan dekapan hangat yang mengalir dari epidermis, relung hati keduanya terasa kian mendekat. Menyadari eksistensi satu sama lain.
"Aku hanya ingin kau selalu bersama denganku. Selamanya."
Kini, angin kembali berbisik di telinga. Mengucapkan beberapa patah kata yang dipertanyakan kebenarannya. Apakah nanti kenyataannya akan benar seperti itu?
***
Darah dan peluh sudah bercampur menjadi satu. Detik kian terasa lambat. Bak melodi kesedihan dalam lautan biru. Setiap jalan dilaluinya dengan langkah kaki yang terseok-seok. Untuk berjalan saja terasa sulit, bahkan bernapas pun demikian. Seolah-olah takdir sedang mempermainkannya saat ini. Seperti di antara ingin membuatnya tetap hidup atau mati dan dilupakan begitu saja.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Xiao melangkah perlahan ke arah sebuah pohon. Ia duduk di bawah sana. Bersandar pada batang pohon dengan wajah lelah yang terlihat begitu kentara. Seolah-olah dirinya hanya ingin beristirahat barang sejenak saja.
Takdir memang bersikap kejap padanya. Xiao harus kembali menyaksikan para rekan Yaksha yang lain merasakan sakit. Rasa sakit yang ia ingin lupakan. Xiao sendiri memang bisa terluka, namun luka fisiknya itu bisa disembuhkan. Tetapi, berbanding terbalik dengan luka pada batin dan mentalnya. Yang ia tahu, selama ini dirinya hanya larut dalam kesengsaraan dan karma yang didapatnya.
Hingga tiba saatnya, Xiao pun bertemu dengan (Y/n).
Seorang gadis yang berhasil menjadi tempatnya bersandar. Sekaligus memperkenalkan dirinya kepada hal-hal yang Xiao tak pernah pikirkan. Sekalipun tidak pernah terlintas di dalam kepalanya. Seperti itulah lelaki itu menggambarkan (Y/n). Layaknya setangkai bunga di tengah padang rumput. Keindahannya tak perlu diumbar ke manapun, ia sudah memancarkan hal itu dengan sendirinya.
Rasa sesak di dada membuat Xiao terbatuk. Sekali, dua kali. Bahkan hingga mengeluarkan darah. Jika Xiao merupakan seorang manusia sepenuhnya, maka dapat dijamin bahwa dirinya sudah tak ada lagi di dunia ini. Rasa sakit yang Xiao rasakan lebih dari apa yang ia bayangkan.
Namun, tak pernah melebihi luka dan jeritan batinnya.
***
"Xiao, kau terluka parah. Kau tidak boleh ikut serta dalam medan peperangan hari ini."
Kalimat itu bak lonceng yang menggema di dalam kepala Xiao. Begitu keras, begitu kencang, hingga membuat kepalanya terasa pening. Dirinya jelas sekali ingin menolak keputusan yang dilontarkan oleh sang Geo Archon itu. Rasanya, Zhongli terlalu melebih-lebihkan kondisi tubuhnya saat ini.
"Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu bertarung seorang diri di sana."
Zhongli tak menggubris perkataan Xiao. Ia justru melemparkan senyuman menenangkan ke arah Yaksha yang keras kepala itu. "Jangan khawatir, Xiao. Apakah kau melupakan rekan-rekanmu yang lain? Mereka akan selalu berada di bersamaku. Beristirahatlah untuk satu hari ini saja. Mengerti?"
Apa boleh buat, Xiao pun pada akhirnya menuruti perkataan Zhongli dengan berat hati. Keengganannya terlihat dengan jelas di kala sang Archon yang paling ia puja itu berangkat ke medan perang. Bersama dengan para rekan Yaksha-nya yang lain.
Ditinggalkan tanpa kepastian seperti ini membuat Xiao menghela napas panjang. Lelaki itu tak ingat bahwa dirinya pernah diliburkan oleh Zhongli di saat ia paling membutuhkan keberadaan Xiao sekarang. Seperti di kala kau tahu bahwa langit telah menurunkan hujan, tetapi kau tetap memilih untuk terkena hujan daripada berteduh.
"Mereka akan baik-baik saja, Xiao."
Ketika Xiao hendak menoleh, (Y/n) sudah lebih dahulu duduk di sisi lelaki itu. Menatap ke arah cakrawala bernuansa kelabu yang terbentang di atas sana. Seolah-olah memang sudah siap untuk menumpahkan air matanya ke atas permukaan bumi.
"Aku tidak yakin seperti itu."
(Y/n) pun menghela napas. Xiao memang selalu saja demikian. Jarang sekali lelaki itu berpikir positif. Sekali pun sepertinya tidak pernah. Bahkan, pemikiran positif (Y/n) selalu saja dibantah oleh Xiao.
"Jangan pikirkan hal itu. Aku tahu, memang sulit untuk melakukannya. Namun, lihatlah, aku membawa sesuatu untukmu," ujar gadis bersurai hitam itu.
Dari balik punggungnya, (Y/n) mengeluarkan setangkai bunga qingxin yang telah dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil. Ia menarik pergelangan tangan kanan Xiao secara perlahan. Kemudian, bunga itu pun dilingkarkan di sana. Hawa dingin keluar dari telapak tangan (Y/n). Yang dengan pasti, telah membekukan bunga qingxin itu.
Tampak indah, seperti gadis itu sendiri.
"Setiap kali aku melihat bunga qingxin, bunga itu selalu mengingatkanku denganmu, Xiao. Ia berada di atas bukit dan pegunungan. Seorang diri saja. Hanya ditemani oleh hembusan angin yang menenangkan. Namun, ia selalu merasa kesepian," (Y/n) menatap lurus ke arah Xiao, "seperti dirimu, Xiao."
Xiao termangu. Rasa sakit akibat luka di tubuhnya saat ini seolah-olah mati rasa. Ia tidak merasakan apapun. Baginya, apa yang (Y/n) perbuat selalu indah di matanya. Selalu berhasil memberinya rasa nyaman.
Entah siapa yang memulai, kini bibir keduanya saling berpautan. Tangan kiri Xiao yang bebas menekan tengkuk (Y/n) dengan lembut. Memperdalam ikatan mereka, juga tak ingin membuatnya merasa tak nyaman. Sementara, tangannya yang lain memeluk pinggang gadis itu. Menyalurkan rasa hangat yang fana.
Pagutan itu sama sekali tidak diselimuti oleh nafsu dan terasa sensual. Melainkan meluapkan rasa rindu dan kecupan manis yang membuat keduanya tak bisa melupakan hari itu.
***
Yo minna!
Aku mau kasih tau kalian sesuatu. Bukan hal istimewa sih, tapi semoga kalian merasa tertarik ( ◡‿◡ )
Iyes, aku open writing commission.
Sebenarnya udah lama juga aku berniat untuk buka commis, namun baru direalisasikan sekarang •́ ‿ ,•̀
Jika kalian merasa tertarik ataupun penasaran, cek saja book-ku yang bertitel "Writing Commissions". Di sana, aku sudah menjelaskan semuanya secara rinci dan jelas.
Juga, terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak di ceritaku! Kuharap kalian menyukainya ( ◜‿◝ )♡
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro