Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

kedua, ketika hujan turun

Kelabu menggantung di angkasa. Awan-awan mulai menutupi pandangan sang mentari. Membuatnya tak mampu untuk menatap ke arah dunia. Tampak suram, gelap, dan menjauhkan diri.

Seharusnya senjalah yang menemani langit hari ini, sore ini. Namun, posisinya itu digantikan oleh kelabunya awan dan suramnya murka sang cakrawala. Bukan karena marah saja, duka pun ikut menghadirkan presensinya di sana.

Kelas yang telah berakhir menjadi sumber bahagia para mahasiswa semester pertengahan menuju akhir. Wajar, jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Peluh telah mengucur di mana-mana. Jiwa memang berada di rumah, sedang terbaring tak berdaya. Namun, tubuh mereka tetap berdiri di sana. Berharap bisa berteleportasi langsung menuju tempat tidur kesayangan.

Pulang ke rumah mungkin menjadi satu-satunya metode yang harus dilakukan setelah selesai kuliah. Tetapi, setiap orang memiliki perspektif yang berbeda pula. Contohnya adalah si gadis bersurai (h/c) itu. Alih-alih cepat-cepat pulang ke rumahnya, ia justru sedang terlibat dalam perdebatan kecil.

"Oh, ayolah. Kau tidak ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu?" bujuknya.

Bukan tanpa sebab, melainkan pembujukan tersebut dilakukan agar kekasihnya yang keras kepala itu mau menuruti keinginannya. Mengingat sudah satu minggu lamanya semenjak Scaramouche menginap di rumah sakit. Membuat mereka tak bisa menghabiskan waktu di tempat lain selain bangunan bercat putih dengan bau khas obat-obatan itu.

Scaramouche melirik gadis di sebelahnya itu dengan tatapan jengah. Terkadang dirinya sendiri pun bertanya-tanya bagaimana asal-muasal dari kisah cinta mereka. Tentang bagaimana mereka bisa saling mengenal hingga menjadi sepasang kekasih. Juga tentang bagaimana keduanya tetap cocok meskipun terjadi banyak cekcok dan pertengkaran kecil.

"Untuk apa berjalan-jalan, (Y/n)? Sebentar lagi 'kan akan hujan," balas Scaramouche. "Pakaianmu juga tipis seperti itu," tambahnya pelan setelah melihat apa yang (Y/n) kenakan hari ini. Jujur saja, di satu sisi ia juga mau menghabiskan waktunya bersama sang pujaan hati. Namun, di sisi lain ia tidak ingin berterus terang mengenai keinginan hati kecilnya itu.

"Bukankah lebih asyik jika kau merasakan turunnya hujan dengan kekasihmu ini? Ayolah, Scara. Kapan lagi kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti saat ini?" cecar (Y/n). Sebenarnya (Y/n) bukanlah tipe pemaksa di mana Scaramouche harus menuruti semua keinginannya. Ia hanya mengutarakan kemauannya yang selama ini terpendam. Pun dengan harapan, lelaki itu akan setuju untuk mewujudkannya.

Decihan dibuat oleh Scaramouche. Ia hanya membuang pandangan ke arah lain sebelum berkata, "Baiklah, baiklah. Cepat kita pergi sebelum hujan."

Seusai berujar demikian, Scaramouche berjalan lebih dulu. Dengan kedua tangannya berada di dalam saku dan meninggalkan (Y/n) di belakang sana yang sedang menyusul langkah panjangnya. Tetapi, sebelum gadis itu tiba di sisinya, ia lebih dahulu berhenti. Menunggu kedatangan (Y/n).

Sontak sebuah senyum lebar terbentuk di paras ayu milik sang gadis. Sebab Scaramouche tidak hanya menunggunya saja, lelaki itu pun mengulurkan jari-jemarinya ke arah (Y/n) seraya membuang muka.

Ini adalah sore di mana seorang Scaramouche menyukai (Y/n), namun bibirnya hanya ingin mengatakan cibiran dan umpatan tanpa makna.

***

"Kubilang juga apa, hujan 'kan."

Dingin yang menyengat kulit membuat (Y/n) sempat menggigil. Ditambah dengan bahan pakaiannya yang tipis itu sudah cukup membuatnya berusaha untuk menghangatkan diri. Mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman. Taman itu tidak ramai, malah cukup sepi.

Tetapi, hujan lebih suka turun di tempat yang sunyi dan tenang. Seolah-olah menunjukkan bahwa kehadiran mereka ialah membuat seseorang yang sedang merasa kesepian itu pun akan terbuai untuk ikut menangis.

Dari dalam tasnya, Scaramouche mengeluarkan sebuah payung lipat. Diliriknya (Y/n) yang masih berada di sisinya. Ia enggan membagi payung dengan gadis itu dan membuat mereka berjalan berhimpitan. Bukan hanya itu, jantungnya pun ikut menari dan menciptakan pemikiran-pemikiran aneh di dalam kepalanya.

Scaramouche membenci hal itu.

"Mengapa kau tidak membawa payung?" tanyanya kesal. Ia kesal karena kecerobohan (Y/n). Tanpa ditanya demikian pun, Scaramouche sudah tahu apa jawabannya.

"Aku melupakannya," jawab gadis itu, kemudian terkekeh tanpa dosa.

Scaramouche hanya bisa berdecak kesal. Ia melangkah ke luar dari halte, lalu membuka payungnya. Melihat apa yang lelaki itu perbuat, (Y/n) pun hanya diam. Bertanya-tanya dalam benaknya tentang apa yang selanjutnya akan Scaramouche lakukan.

"Mengapa kau malah melamun? Cepatlah ke sini."

Dengan langkah pelan dan menghindari genangan air, (Y/n) berjalan mendekati Scaramouche. Setelahnya barulah mereka mulai melangkah hati-hati. Permukaan bebatuan yang licin mungkin saja bisa membuat salah satu atau keduanya terpeleset. Siapapun yang mengalami itu, pastinya akan merasa sangat malu.

Jalan-jalan yang seharusnya terasa indah, kini berubah menjadi lebih istimewa. Ditemani hujan yang lebat, kesunyian di setiap langkah kaki mereka, dan juga detak jantung yang menggila di kala tubuh mereka harus saling berhimpitan agar tidak terkena tetesan hujan. Semua itu menjadi paket komplit dalam satu kesatuan.

Setelah beberapa menit berjalan, keduanya menemukan sebuah paviliun. Tanpa berpikir panjang, Scaramouche dan (Y/n) memutuskan untuk berteduh sejenak di sana. Disebabkan pula oleh hujan yang kian menderas. Sepertinya cuaca hari ini benar-benar buruk.

"Pakai ini," titah Scaramouche singkat. (Y/n) pun meliriknya. Sebuah jaket yang sebelumnya melekat di tubuh lelaki itu kini berpindah ke tangannya, "pakaianmu itu terlalu tipis," tambahnya.

Masih sambil bertanya-tanya, (Y/n) pun mengambil jaket itu. Dengan perlahan ia mengenakannya. Jarang sekali Scaramouche meminjamkan sesuatu padanya. Sebab apapun yang ia pinjamkan untuk (Y/n), hari di mana benda itu dikembalikan, bentuknya pasti akan berubah. Entah rusak, atau bahkan hilang. Tidak heran jika Scaramouche hampir benar-benar nihil tak meminjamkan benda miliknya lagi pada gadis itu. Lebih baik ia langsung membelikan yang baru untuk (Y/n) ketimbang memberinya pinjaman.

Tetapi, kali ini berbeda. Apakah hujan yang mengubah watak Scaramouche hari ini? Jika benar demikian, maka (Y/n) akan sangat berterima kasih atas hal itu.

"Ketika hujan turun, itu tandanya langit tengah menangis."

Mendengar tutur kata yang tidak masuk akal itu, Scaramouche sontak melirik ke arah (Y/n). "Apa maksudmu?" tanyanya heran.

"Maksudku itu sama dengan apa yang baru saja kukatakan. Langit memang sedang menangis saat ini. Apa kau tidak percaya?" tanya (Y/n) seraya menatap Scaramouche di sisinya.

Tawa mencemooh keluar dari bibir lelaki itu. "Hanya orang bodoh yang mempercayainya. Hujan itu hanya terjadi sebab siklus air yang berulang terus-menerus. Tidak ada hal seperti langit yang menangis atau apalah itu," ejeknya.

(Y/n) hanya terkekeh. Ia paham apa yang dimaksud oleh Scaramouche. Memang benar apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Tetapi, (Y/n) lebih suka dengan buana fantasinya sendiri.

"Itulah akibatnya jika kau memilih seorang anak sastra menjadi kekasihmu. Di satu sisi kau akan merasa bahagia karena diksi pilihannya, dan di sisi lain rasa bingung juga akan menghampirimu karena untaian kata itu tidak mencapai logika yang mutlak."

Lagi-lagi, Scaramouche hanya bisa bungkam. Melihat lelaki itu yang mendadak diam, (Y/n) kembali tertawa. Tawanya itu tidak terlalu terdengar sebab suara hujan yang lebih mendominasi di telinga.

"Singkatnya, itu artinya, aku mencintaimu, Scara."

Justru Scaramouche menjadi lebih diam daripada sebelumnya. Dengan wajah yang memanas di kala hujan masih turun dengan deras, juga dingin yang menusuk kulit.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro