Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5 - A Request From Him

Author's POV

"Oi, kau curang!"

Hinata hanya tertawa terus sejak tadi. Sementara itu, (Y/n) hanya menatap ke arahnya kesal.

Masalahnya adalah ketika di dalam perjalanan pulang tadi, Hinata mengajaknya berlomba lari. Namun, Hinata bertindak curang dan berlari lebih dulu sebelum (Y/n) menyadari apa yang terjadi. Alhasil, gadis itu pun kalah dan harus menuruti Hinata selama satu hari.

"Gomen, tapi aku sengaja," Ia tertawa lagi. Membuat (Y/n) merasa semakin kesal.

"Jadi, apa yang kau inginkan?" (Y/n) melipat tangannya di depan dada.

Hinata mendekat ke arah gadis itu. Ia duduk di hadapan (Y/n). Tatapannya berubah serius saat menatapnya. Membuat suasana mendadak berubah jadi serius dan menegangkan.

"Aku ingin kau menjawab pertanyaanku ini dengan jujur," pinta Hinata dengan tatapannya yang serius.

(Y/n) merasa heran dengan perubahan sikap Hinata yang tiba-tiba itu. Ia hanya bisa menatap Hinata sambil menunggu lelaki itu mengucapkan apa yang ingin ia tanyakan pada (Y/n).

"Apakah kau sama sekali tak mengingatku?"

Dahi (Y/n) mengernyit. Ia sama sekali tak mengenal Hinata. Namun, mengapa lelaki itu terus menanyakan hal yang sama? Hal itu membuatnya merasa semakin heran dan bingung. Untuk apa sebenarnya ia mengulang pertanyaan itu berkali-kali? Apakah (Y/n) benar-benar pernah mengenal Hinata sebelumnya?

Gadis itu pun akhirnya menjawab, "Entahlah. Namun, di saat aku bersamamu, aku merasa senang dan nyaman. Aku bisa mengatakan apa saja kepadamu sesukaku. Tetapi, aku tak ingat kapan aku pernah mengenalmu."

Hinata menatap (Y/n) dengan kecewa. Namun, kekecewaan itu ia tutupi dengan senyumnya. Tetapi, (Y/n) sudah sangat mengenal senyum itu. Ya, senyum yang dipaksakan.

"Jika kau tidak ingat, maka aku akan membuatmu mengingatnya. Tenang saja, (Y/n)-san!" Senyumnya semakin lebar hingga menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Seketika, (Y/n) jadi merasa bersalah. Namun, jika ia dipaksa untuk mengingatnya, ia sama sekali tak ingat.

"Maaf, Shouyo."

***

(Y/n) bangun pagi lebih dulu. Setelah libur akhir pekan kemarin, hari ini ia harus kembali bersekolah. Hinata masih tertidur di futon di samping tempat tidur (Y/n). Wajahnya yang tertidur tampak seperti seorang anak kecil yang tak tahu mengenai kerasnya dunia.

Karena tak ingin lama-lama memandangi wajah Hinata, ia segera bergegas menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan air dari keras wastafel lalu menggosok giginya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Kantung matanya terlihat menghitam padahal (Y/n) tidur dengan cukup semalam. Entahlah, ia pun tak paham.

(Y/n) memasak telur gulung dan menggoreng sosis. Lalu, makanan itu ia letakkan di atas meja dengan sebuah memo di sampingnya untuk Hinata nanti. Setelah itu, gadis itu pergi ke sekolahnya.

***

(Y/n) menelusuri koridor yang mengantarkannya menuju kelasnya. Di sepanjang perjalanan, (Y/n) hanya terus berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya. Setelah sampai di depan pintu kelasnya, ia segera menggesernya.

Suasana kelas yang masih sepi menyambutnya ketika ia tiba di sana. Hanya ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

(Y/n) segera duduk di kursinya yang berada di paling belakang. Ia mengeluarkan buku sketsanya dari dalam tas dan mulai menggambar pemandangan yang ia lihat dari jendela. Hanya sebuah goresan pensil biasa, namun hasilnya sudah cukup lumayan bagi (Y/n).

Menggambar sudah menjadi hobi (Y/n) semenjak ia kecil. Bakat dalam seni yang menurun dari ibunya membuat (Y/n) menjadi penyuka seni dan sejenisnya. Tak ada yang lebih menyenangkan baginya selain menggambar sambil mendengarkan musik.

"(Y/n)!"

Karena namanya dipanggil oleh seseorang, (Y/n) pun menoleh ke sumber suara. Ia langsung mengernyit begitu melihat siapa yang memanggilnya.

"Kau siapa ya?" tanya gadis itu ketika lelaki bersurai hitam yang melawan gravitasi itu mendekatinya.

Ia terbatuk-batuk ketika mendengar pertanyaan (Y/n) yang datar dan to the point itu. Toh (Y/n) memang tak mengenalnya, untuk apa ia berbohong? Yang ada hanya akan menimbulkan suatu masalah baru.

"Aku Nishinoya Yuu! Kau tak ingat padaku?" Wajahnya berubah cemberut.

(Y/n) menggeleng. Mengapa belakangan ini banyak orang yang mengenal dirinya namun ia tak mengenal mereka? Contohnya adalah Hinata dan Nishinoya yang berdiri di depannya sekarang sambil mengomel karena (Y/n) tak ingat padanya.

Sebenarnya, apa yang gadis itu lupakan selama ini?

"Aku tidak ingat sama sekali tentangmu. Memangnya kau siapa?" tanya (Y/n) setelah berusaha untuk mengingat selama enam puluh tiga detik.

"Ah, sudahlah. Aku akan memberitahumu nanti. Yang terpenting sekarang, bagaimana kabarmu?" Nishinoya berjalan ke hadapan (Y/n) lalu ia duduk di depan gadis itu sambil memeluk sandaran kursi.

"Ba... ik," sahut (Y/n) yang masih dilanda kebingungan.

Nishinoya tertawa. "Jangan canggung seperti itu, (Y/n)!"

"Tapi, aku sama sekali tak mengingatmu atau mengenalmu. Bagaimana kau bisa mengenalku?" (Y/n) bingung.

"Padahal dulu kita sering bermain di taman sepulang sekolah. Kau terlihat sangat ceria saat itu. Namun, saat ini kau sama sekali tidak terlihat ceria," tutur Nishinoya.

"Benarkah?" (Y/n) sedikit terkejut.

"Ya! Sayangnya, kau melupakannya." Ia terlihat sedih.

"Jika begitu, apakah saat itu hanya ada kita berdua?" tanyanya lagi.

"Hanya kita berdua. Memangnya ada siapa lagi?" Nishinoya memasang raut wajah heran.

(Y/n) kini semakin bingung. Ia sama sekali tak paham dengan apa yang sedang terjadi. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Ia bingung. Benar-benar bingung.

"Tunggu, tunggu. Aku masih tak paham. Aku tak mengenalmu, tetapi mengapa kau bisa mengenalku?"

Nishinoya diam sejenak. "Ternyata kau benar-benar lupa tentang masa kecilmu ya."

***

Yo minna!

Yang sudah baca dan juga vomment sampai chapter ini, terima kasih ya!🥺❤

Bye-bye👋🏻

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro