Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cerpen 2 • Ketika Kau Tidur

ADA seorang peramal tersohor di Dinasti Joseon mendadak pensiun dan mengasingkan diri di bukit. Keluarga kerajaan begitu sedih mengetahui keputusan yang sangat tiba-tiba itu. Namun, sepertinya satu tahun cukup untuk melupakan sosok sepuhnya karena Peramal memiliki anak untuk menggantikan.

Bunyi derap yang beradu pada lantai kayu memecahkan keheningan malam itu. Shimui sewarna awan yang dikenakan Peramal berkibar ke belakang bersama irama langkah yang tercipta.

"Sungguh menyegarkan sekali setelah berendam di air panas," ujarnya kala memandang langit yang bertabur kelap-kelip bintang. Tangan penuh guratannya mengelus jenggot abu yang tumbuh panjang di dagu.

Sudah berapa lama dia tak merasakan ketenangan ini? Meski istrinya meninggal muda, Peramal selalu bisa mengisi waktu senggang dengan keindahan tak tersaingi walau sudah menginjak usia kepala tujuh.

Namun, ada sesuatu yang terus mengusutkan pikirannya beberapa bulan ini. Sangat mengganggunya setiap lelap menjemput hingga ia harus tinggal di sini. Bukit yang terkucil. Orang-orang hanya akan memanjat ke sini untuk memetik tanaman herbal. Tak ada kepentingan, maka hanya suara burung hantu menemani.

Mimpi. Ia selalu memimpikan seorang wanita bernama Nam Hong-joo. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Bajunya aneh, tak seperti hanbok yang biasa dikenakan para wanita dan membuat pemakainya tampak sangat anggun. Pakaian Hong-joo lebih sederhana dan menampilkan postur.

Lalu, kematian wanita itu tiba-tiba menerjang lelap sebelum Peramal memutuskan angkat kaki dari istana. Bersantai dan menikmati waktu dalam kesendirian, mencoba menafsirkan arti mimpi tersebut.

Embusan napas panjang terdengar. Apa ada hubungan dengan generasinya nanti?

Sudahlah.

Lebih baik istirahat.

***

Segumpal bulir duka menetes ke pipi. Ujung kaki Hong-joo menapak pinggir gedung tinggi, sedangkan tumitnya berada di udara. Bunuh diri. Ia tak lagi suka ketika rambut panjangnya melambai disapa angin. Sangat benci pada hidupnya yang hancur karena ketidakadilan!

Seorang pria jangkung berdiri condong ke depan. Hati-hati lengannya terulur mendekati Hong-joo. "Nam Hong-joo! Apa yang sedang kau lakukan?" Kekhawatiran terpancang jelas di wajah. Bibir tebalnya sedikit bergetar. Dia takut wanita itu akan mengendurkan genggam pada selusur pagar yang menahan keseimbangan tubuh.

Jika Hong-joo melepasnya, ia akan mati.

Empat orang di belakang bahkan tak sanggup berdiri tegap mengamati situasi bahaya itu.

"MENJAUHLAH DARIKU!" jeritnya putus asa.

"Pertama-tama turun dulu! Turun dan ayo kita bicarakan semuanya perlahan." Napas berat tersirat penuh gelisah terdengar di setiap kata.

"Tak peduli berapa kali pun aku bicara, tetap saja tidak ada yang percaya. Apa lagi yang harus aku katakan?" Ada kepedihan yang meremas jantung kelima orang itu kala mendengarnya.

Seringai menyedihkan terukir di wajah. Fakta pahit yang berseliweran di kepala tidak membantunya mengenyahkan api yang berkobar membakar jiwa. Gelenyar tak menyenangkan tiba-tiba hadir menguasai kala ia berjinjit, tetapi wanita itu tak peduli.

"Aku percaya! Aku akan memercayaimu!" Pria itu mencoba meyakinkan dan maju satu langkah ke depan.

Tatapan mereka bersirobok. "Terima kasih ... karena sudah percaya."

Pria itu merasa ada sesuatu yang tak beres. "Nam Hong-joo." Degup jantungnya berdebar dahsyat. Saat itulah genggaman Hong-joo terlepas dan terjatuh ke belakang. "TIDAK!"

Semua terjadi begitu lambat ketika jeritan keterkejutan menggaung di udara. Orang-orang berlari menyusul sang pria yang sekuat tenaga meraih pergelangan yang mengambang. Hatinya mencelus. Tenaganya tak cukup kuat merengkuh tangan Hong-joo.

Lalu, semuanya gelap seiring ketidaksadaran yang tercerai-berai.

***

Peramal terjaga tatkala petir menyambar di luar. Sekujur tubuhnya bersimbah keringat dingin. Dia segera bangun menuju rak yang sudah lama tak dibuka. Kakek tua itu merasa harus memeriksa silsilah. Dibukanya perkamen dari rak yang menguarkan debu. Ada batuk berat menjeda rasa penasaran. Kala reda, Peramal pun mulai memeriksa.

Tiga puluh menit berlalu, tapi masih tak ada jawaban. Debas terdengar. Saat ia ingin beranjak, tiba-tiba sepucuk kertas lusuh yang telah menguning jatuh dari perkamen.

Alisnya berkerut tajam. Dibacanya sejenak sebelum tiba-tiba membelalakkan mata. Bahkan leluhurnya pernah mengalami mimpi serupa. Seolah ada masa depan diproyeksikan di dalam sana.

Ini ... kekuatan yang turun-temurun.

Sejenak Peramal memijat pelipis yang berdenyut. Guntur kembali menggelegar. Apa berarti keturunannya akan berakhir sampai Hong-joo saja?

====================
Ketika Kau Tidur - Tamat
27 November 2020
====================

「Jika tertinjau kalimat typo, tidak efektif,
maupun pengoreksian lainnya,
mohon diberitahu melalui komentar.」

Terinspirasi dari drama Korea berjudul "While You Were Sleeping".

Tiba-tiba kecantol ide ini nggak tau kenapa wakakakaka.

Kutulis aja biar bisa halu sama-sama (eh)

Buat mimpi si Peramal, bisa dilihat dari mulmed, ya. Ditulis berdasarkan video dari situ, soalnya.

Apa kecemasan Peramal akan terjadi? Apakah keturunannya hanya akan berhenti sampai Hong-joo? Coba nonton drakor-nya 🤣

~ 감사합니다! ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro