Part 24.3 - Lost
"Tidak kusangka kita bisa kumpul lagi malam ini. Memangnya pacarmu kemana, Bud?" Daniel tersenyum menatap Budi sambil mengangkat gelas berisi setengah cairan martini.
"Dia mengatakan sedang sibuk dengan acara penelitian kehidupan reptil di Labuan Bajo, jadinya dia harus menginap disana." Budi bersungut-sungut. Kekasihnya adalah seorang wanita pencinta hewan liar, terutama sejenis reptil seperti ular, buaya dan komodo.
"Nasibmu sungguh mengenaskan, sudah jomblo selama tiga tahun, sekarang malah mendapatkan wanita yang begitu unik. Sepertinya ia lebih suka mencium king kobra peliharaannya dibanding dirimu." Rayhan tertawa di sofa seberangnya.
Budi menggertakkan gigi. "Nasibku lebih baik dibandingkan dirimu, Rayhan. Aku tidak memiliki stalker yang ternyata adalah adikku sendiri."
Rayhan berdiri dengan marah.
Budi meringis dan berdiri juga dengan waspada. Sedetik kemudian ia tertawa karena berhasil membalas Rayhan. Daniel pun tertawa menonton mereka.
Rayhan hanya cemberut menatapnya.
"Hei...Hei...Sungguh kejutan." tiba-tiba arah pandang Budi berubah menuju kaca yang memisahkan ruang kedap suara mereka dengan kebisingan klub. Kaca itu termasuk jenis one way, dimana orang-orang didalam ruangan bisa melihat keluar, sedangkan sebaliknya tidak bisa. "Aku tidak percaya dengan penglihatanku."
Rayhan yang sedang berdiri membelakangi kaca menoleh dan melihat Sean sedang berjalan menuju ruangan mereka. "Tampaknya kita benar-benar komplet berkumpul malam ini, Daniel."
"Kenapa dia bisa ada di sini? Bukankah ia sudah lama pensiun?" Daniel mengerutkan dahi.
Mereka terdiam mengawasi Sean membuka pintu ruangan private mereka dengan kasar dan langsung berjalan ke arah Daniel dan..
Bukkkh!!
Sean memukul Daniel...
Rayhan dan Budi ternganga menyaksikan kejadian yang begitu mendadak tersebut.
Sean terus memukuli Daniel dan tidak berhenti seperti orang kerasukan.
"Shit!!!" Daniel mengumpat sambil balas memukuli Sean. Sejak Sean menyerangnya tadi gelas berisi martini di tangannya sudah terhempas entah kemana.
Suasana ruangan menjadi gaduh dengan teriakan histeris gadis-gadis panggilan yang sejak tadi berada di sana. Mereka berlomba-lomba keluar dari ruangan setelah menyaksikan keributan yang sedang terjadi.
"Berhenti, Sean!!" Rayhan menarik Sean yang sedang berguling di lantai bersama Daniel.
Sean berbalik dan mendadak melayangkan tinju pada Rayhan yang memeganginya hingga Rayhan tersungkur menabrak meja kaca dan menumpahkan semua botol-botol dan gelas berisi minuman. Rayhan ikut mengumpat sambil memegangi pipinya. "Brengsek!! Ada apa denganmu sebenarnya?!!!"
Sean terengah-engah dan mengelap darah yang mengalir dari bibir dan hidungnya. Darah itu mengotori lengan kemejanya. Daniel ternyata balas memukulnya cukup keras. Sialan..
Ia menoleh pada Budi yang sedang memegang leher botol brandy. "Jangan coba-coba, Sean!! Atau aku tidak akan segan mendaratkan ini di kepalamu." ancamnya. Budi mendekati Daniel dan mengulurkan tangan membantunya bangun, tapi matanya terus mengawasi Sean dengan takut-takut.
"Di mana Valeria?!" Sean membentak sambil menatap Daniel.
Rayhan dan Budi mengernyit mendengarnya. Daniel duduk di lantai dengan terengah-engah dan ikut memandangnya dengan heran.
"Kenapa kau bertanya kepadaku?! Damn you!! She's your wife!!" Daniel balas membentaknya.
"Apa maksudmu, Sean? Kenapa kau malah bertanya tentang Valeria kemari?" Budi bertanya padanya.
"Dia menghilang." Sean mengucapkannya tanpa bergerak dari tempatnya.
Rayhan dan Budi terkejut mendengarnya. Daniel pun terkejut, tapi hatinya sedang berada dalam level yang begitu kesal terhadap perlakuan Sean.
"Valeria menghilang, heh? Dan kau sekarang menyangkaku menculiknya, bukan? Great!!" Daniel berdiri sambil menyentak rambut yang diremasnya.
Sean terdiam.
"Sejak kapan ia menghilang, Sean? Bagaimana kejadiannya?" Rayhan bertanya sambil menatap kausnya yang basah terkena tumpahan minuman. Ia mengumpat dalam hati melihatnya.
Sean menceritakan secara singkat pada mereka tentang kejadian tersebut.
"Akhirnya ia meninggalkanmu juga." Daniel berkomentar sinis dan membuat Sean kembali ingin menyerangnya. Rayhan dan Budi langsung menahan Sean.
"Sean!!! Sean!!! hentikan menyerang Daniel! Daniel tidak mungkin menculik istrimu. Ia selalu bersamaku sejak tiga hari yang lalu!!" Rayhan memaksa Sean menatapnya.
Sean menepis tangan mereka dengan kasar dan berbalik menuju pintu keluar.
"Mau kemana, Sean?"
Sean tidak menjawab. Rayhan mengikutinya keluar.
Sean terus berjalan menembus kerumunan orang yang sedang bersenang-senang di lantai dansa. Rayhan mengejarnya di antara kerumunan.
"Kemana kau akan mencarinya, Sean?" Rayhan meraih bahu Sean. Sean berhenti dan menatapnya dengan pandangan sedingin es.
"Kemana saja!! Aku akan menyuruh orang-orang untuk menyusuri setiap hotel, penginapan dan semua tempat yang bisa dipakai untuk menginap! Bahkan aku akan meratakan semuanya jika perlu!" semburnya.
"Ia bisa saja sudah pergi dari kota ini, Sean!!" Rayhan berteriak agar suaranya bisa terdengar Sean di tengah-tengah hiruk pikuk musik klub.
Budi dan Daniel menyusul di belakang mereka dengan terengah-engah.
Rayhan menarik Sean menuju lorong dimana mereka tidak perlu berteriak untuk berbicara. Daniel dan Budi mengekori mereka.
"Dengar Sean, yang harus kaulakukan sekarang adalah mencari informasi apakah Valeria sudah keluar dari kota ini. Jika belum maka kau harus menutup aksesnya. Kau pasti memiliki orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan ini untukmu, bukan?" Rayhan menasehatinya sambil mencengkeram bahu Sean.
"Benar, Sean. Akan lebih mudah mencari Valeria jika kita tahu bahwa dia masih ada di kota ini." Budi mengangguk menyetujui.
Daniel terdiam tanpa berkomentar apapun dan hanya bersandar di dinding lorong sambil bersidekap mendengarkan mereka.
Sean merasa pesimis.
Mencari Valeria di sebuah kota metropolitan sebesar ini sama dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Ia hanya berharap Valeria masih hidup saat ia menemukannya. Dan ia benar-benar akan mencari gadis itu hingga menemukannya hidup atau mati meski harus menguras seluruh harta keluarganya.
Sean mundur selangkah sehingga membuat cengkeraman tangan Rayhan terlepas dari bahunya. Ia tidak menjawab ataupun mengiyakan saran Rayhan dan Budi. Dalam diam ia berbalik dan berjalan meninggalkan mereka kembali menuju mulut lorong.
Rayhan, Budi dan Daniel saling menatap.
"Apa tidak apa-apa membiarkannya pulang sendiri?" Budi berbisik.
Rayhan mengedikkan bahunya tanda kebingungan. Mereka menoleh kembali pada Sean yang berjalan tidak jauh dari mereka.
Sean berjalan dengan angkuh dan tidak mempedulikan orang-orang yang disenggolnya. Beberapa menatap punggung Sean sambil memegang bahu karena kesal setelah ditabrak tapi tidak menggubris setelahnya.
Sampai ia menabrak beberapa orang yang kelihatannya anak-anak muda yang berkelompok. "Hei, bangsat!! Jalan pakai mata nggak?!!" terdengar salah seorang dari mereka menghardik dan mendorong Sean.
Bukkkh!!!
Suara pukulan terdengar lagi. Dan itu adalah Sean yang langsung memukul pemuda tersebut tanpa basa-basi. Beberapa detik kemudian terlihat Sean sudah memukuli dua diantara mereka. Kira-kira mereka berjumlah sekitar tujuh orang dan semuanya serempak langsung mengeroyok Sean setelah Sean membuat dua teman mereka terkapar.
Rayhan, Budi dan Daniel mengumpat bersamaan.
Tanpa menunggu, Rayhan langsung berlari dan membantu Sean.
"Shit!! Aku benar-benar sial bertemu Sean malam ini!" Daniel mengumpat kembali. Budi menatapnya dengan ragu-ragu. "Apa kita ikut membantu mereka?"
Daniel menatap Rayhan dan Sean yang sedang memukul dan dipukuli oleh gerombolan tersebut.
"Tatap wajahku, Budi!! Apa Sean tadi melukai wajahku dengan berat?" Daniel mencengkeram bahu Budi dan membuat mereka berhadap-hadapan.
Budi menatap wajah Daniel dengan keheranan. "Hanya lebam di tulang pipi kanan dan bibirmu kelihatannya sobek."
Daniel memutar bola matanya.
"Ya sudah, ayo kita bantu mereka." erangnya pasrah.
***
PART 24 END
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro