Part 4 - Love Confession
"Hakkkkk" Angela menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya. Ia masih tidak percaya akan apa yang dilihatnya. "Kak Daniel?!" Angela mencoba menebak seseorang yang ada di hadapannya.
"Angela?!" Daniel tersenyum sambil menutup mulutnya juga pura-pura meniru ekspresi Angela.
Angela bersorak gembira mengetahui tebakannya benar. Ia melompat-lompat sambil menggenggam tangan Daniel. Daniel tertawa melihat tingkahnya. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kak!! Tapi aku masih ingat wajahmu yang tampan dan mata birumu jadi aku tidak mungkin salah menebak!! Kau semakin tampan sekarang!! Hayati tidak kuat menatapmu." Angela terdengar mengerang menekankan kata-katanya.
"Oya? Kau juga sudah tumbuh besar, Angela." Daniel tertawa sambil memandangnya naik turun lalu terpaku pada dada Angela sambil mengernyitkan alis. "Benar-benar tumbuh besar..." Daniel berdecak.
"Pantas saja kau menyuruhku ikut ke rumahmu, Re." Daniel berbalik memandang Rayhan yang sejak tadi menonton reuni aneh itu dengan acuh tak acuh sambil duduk di sofa.
"Ada apa, Kak Daniel?" Angela memiringkan kepalanya karena kebingungan.
"Bukan apa-apa, Angela."Daniel menoleh kembali pada Angela. "Kau pulang sekolah sore sekali?"
"Iya, Kak. Biasa di sekolah jadwal Senin hingga Rabu pelajaran tambahan hingga sore." Angela tertawa. "Tapi aku tidak juga bertambah pintar, Kak." curhatnya
"Tidak apa-apa, Angel sayang. Semua manusia dianugrahi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Benar bukan, Re?" Daniel berbalik memandang sahabatnya kembali. Rayhan tetap tidak menggubrisnya.
Angela menghela napas melihat kakaknya yang tidak menyapanya sedikitpun.
"Aku tinggal sebentar ya, Kak Daniel. Mau mandi dulu." Angela melesat menaiki tangga meninggalkan Daniel berdua bersama Rayhan.
Daniel menghampiri Rayhan lalu duduk di sebelahnya. Ia memandang Rayhan yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
Rayhan tidak menoleh padanya.
Daniel menghela napas lalu menepuk-nepuk bahu Rayhan. "Aku mengerti penderitaanmu, Re. Aku pasti juga akan menderita bila ada di posisimu." celetuk Daniel prihatin.
"Apa-apaan?" Rayhan melotot padanya. "Aku tidak tertarik padanya, Daniel."
"Kalau kau tertarik juga tidak apa-apa. Bukankah kalian tidak ada hubungan darah? Kalau aku jadi dirimu aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, Re." Daniel tertawa menggodanya.
"Astaga, hentikan pikiran mesummu, Daniel! Dia masih anak sekolahan. Lagipula Papa akan membunuhku jika sesuatu terjadi padanya."
"Dan hal itu semakin menambah penderitaanmu. Aku suka itu, Rayhan!!" Daniel tertawa kembali.
Rayhan menggertakkan gigi dengan kesal. Ia mengajak Daniel ke rumahnya untuk membantunya mengalihkan diri dari Angela agar tidak berduaan saja dengan gadis itu, bukannya membullynya habis-habisan. Ia sering membully orang lain bersama Daniel tapi ia tidak berharap Daniel malah mempraktekkannya sekarang pada dirinya.
Sungguh sahabat yang setia!
________________
Pagi itu Angela merasa galau.
Sekarang adalah hari keempat kakaknya ada di rumahnya, tapi ia tidak mendapat perkembangan apapun menyangkut usaha pendekatan terhadap kakaknya itu. Setiap sore kakaknya pergi bersama Kak Daniel dan pulang larut malam, pagi hari kakaknya itu sudah berangkat entah kemana.
Hanya ada dua kemungkinan yang dapat dipikirkannya menyangkut ketidakpedulian Kak Rayhan padanya.
Pertama, Kak Rayhan memang tidak tertarik padanya.
Kedua, Kak Rayhan punya orientasi seksual yang lebih menyukai sesama jenis. Buktinya ia lebih sering pergi bersama Kak Daniel. Jangan-jangan mereka...
Ia sampai ternganga di mejanya sendiri memikirkannya.
Angela menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus pikirannya yang terlalu berlebihan. Kalau kemungkinan yang kedua benar, berarti ia tidak ada harapan. Tapi kalau yang pertama....
"Tin Tin, gue mau nanya nih, lo ngelihat gue gimana sih? Gue nggak parah-parah amet kan? Nggak ancur kan?" Angela menoleh pada Justin di sebelahnya yang sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya.
Justin terlihat menghela napas dan menjawab tanpa menoleh pada Angela. "Gue udah bisa meramalkan elo bakal nanya sesuatu ke gue setelah ngeliat elo bengong sejak pagi, Njel. Emangnya ada apa? Kakak elo gak tertarik ama elo ya?"
Justin sialan....
Dia selalu bisa membaca pikiran Angela dengan tepat. Atau mungkin dirinya terlalu mudah dibaca? Tapi Justin memang seorang anak yang terlalu cepat dewasa mengingat pergaulannya yang akrab dengan dunia malam.
"Udah, jawab aja pertanyaan gue, Tin. Nggak usah pake sok-sok an prihatin!" sungut Angela.
"Jadi emang bener ya?" Justin menoleh sambil tersenyum menampakkan giginya pada Angela. "Udah gue bilang lupain Kakak lo. Carilah cowok yang bisa melihat kelebihan lo, Njel. Contohnya gue." Justin menatap tubuh Angela naik turun.
Angela menggeram dengan kesal. "Lo ngelihat kelebihan gue di tempat yang aneh-aneh, Tin!"
Angela memang menyadari bagian-bagian tubuhnya yang tumbuh lebih cepat dibanding anak lain seusianya. Justin pernah mengatakan ia seharusnya bangga, tapi Angela melihat tidak ada yang bisa dibanggakannya dari hal tersebut. Ia tidak bisa berlari di pelajaran olahraga dengan tenang tanpa was-was memikirkan dadanya. Apalagi guru olahraga di sekolahnya terkenal jelalatan...sama seperti Justin.
"Eh, tapi kalau dipikir-pikir lo bisa dapetin banyak duit lo kalau lo mau ngejual tubuh lo." lanjut Justin.
Angela melongo mendengar perkataan Justin. Ia tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.
"Maksud gue jadi model, Njel. Lumayan kalau elo mau. Gue ada kenalan direktur majalah remaja dan agency model. Tapi kayaknya lo pasti nggak mau deh. Lo kan anak orang kaya, nggak perlu duit lagi. Meski lo bilang kalo lo cuma anak angkat, kayaknya hidup lo makmur-makmur aja deh." lanjut Justin.
Angela lega mendengarnya. Tadi ia sempat berpikir dengan seram bahwa Justin adalah germo yang mengeksploitasi wanita dan anak-anak. Mengingat keluarga Justin adalah pengusaha hiburan malam.
"Bukan masalah perlu duit atau enggak, Tin. Banyak kok anak orang kaya jadi model. Jadi model juga perlu modal gede, tau. Gue cuman nggak ada keinginan kesana." sahut Angela "Eh, ngomong-ngomong lo tumben rajin amat nulis apaan tuh?" Angela memiringkan tubuhnya ke meja Justin untuk mengintip. Justin tergolong murid yang tidak rajin-rajin amat. Sama seperti Angela.
"Tugas kimia 10 soal yang dikasi Bu Endah minggu lalu. Lo udah ngerjain kan?" Justin menjawab dengan santai.
Angela langsung syok mendengarnya...
Ia belum mengerjakan PR yang diberikan oleh salah satu guru paling killer dan jablay di sekolahnya tersebut akibat terlalu sering memikirkan kakaknya setiap malam.
"Gue belum ngerjain, Tin!! Pinjam!!" Angela panik dan cepat-cepat mengambil bukunya sendiri sambil berteriak pada Justin.
"Boleh, tapi jadi pacar gue." Justin menggoyang-goyangkan bukunya di depan Angela.
Angela melotot pada Justin. Ia berbalik ke sebelah kirinya dan menemukan Vaya sedang mengetik di laptopnya. "Vay...please pinjemin gue PR Kimia lo. Lo nggak kasian apa ama gue dipalak Justin kayak gitu."
"Jangan mau Vay. Lagian Bu Endah ntar pasti syok ngelihatin kok tiba-tiba Angela jadi pinter." Justin tertawa di belakang Angela.
"Gue janji bakal bikin cuma bener 6 soal aja, Vay. Gapapalah gue dapet nilai standar. Ntar gue traktir Aqua segalon dah." Angela membujuk Vaya kembali.
Vaya menghela napas dan membuka tasnya dengan pasrah untuk memberikan bukunya pada Angela.
Angela bersorak girang menerimanya dan berbalik pada Justin sambil menjulurkan lidahnya.
Justin tertawa melihatnya.
__________________
"Sudah lama kita tidak bertemu, Rayhan."
Suara lembut nan merdu milik seseorang yang terdengar familiar membuat Rayhan berbalik melihatnya. Ia sedang menghadiri sebuah pesta ulang tahun seorang rekan bisnis di sebuah hotel bintang lima bersama Daniel. Saat Daniel pergi meninggalkannya entah kemana tadi, Rayhan tidak menyangka akan bertemu dengan wanita ini.
Tania Wijaya....seorang wanita dengan paras cantik dan tubuh mungil yang ramping sehingga setiap berjalan ia selalu terlihat rapuh dan lembut. Mantan kekasihnya...
"Tania?" Rayhan tersenyum padanya. "Bagaimana kabarmu sekarang?"
Ia ingat bahwa ia sudah berpisah baik-baik dengan Tania beberapa tahun...tepatnya dua tahun lalu. Mereka sempat berpacaran selama setahun dan akhirnya berpisah setelah Tania bertunangan dengan lelaki yang dipilihkan keluarganya.
Keluarga Tania adalah keluarga terpandang yang berkecimpung di bidang politik. Sebelum berpisah, keluarganya menjodohkan Tania dengan seseorang dari keluarga yang juga berpengaruh dalam bidang politik demi keperluan hubungan kerjasama. Mau tak mau, Rayhan mengalah.
"Tentu saja baik, Rayhan. Bagaimana dengan dirimu, apa kau sudah menikah sekarang?"
Rayhan agak terkejut dengan pertanyaan Tania yang agak blak-blakan. Mereka dulu memang akrab saat berpacaran, tapi tetap saja pertanyaan Tania saat ini terasa agak janggal di telinganya. "Belum menemukan orang yang tepat." Rayhan mengangkat bahu. Ia memang belum menjalin hubungan serius dengan seseorang semenjak putus dari Tania.
Tania tertawa mendengarnya. "Kurasa kita senasib, Rayhan."
"Senasib? Bukankah kau sudah fix bertunangan dua tahun lalu. Seharusnya kau sudah menikah sekarang." Rayhan ikut tertawa. Ia menyukai Tania dan tidak ada dendam di antara mereka bahkan saat mereka memutuskan untuk berpisah.
Tania menyesap gelasnya yang berisi wine. "Tidak jadi. Aku tidak cocok dengannya. Well, semuanya terjadi begitu saja dan kami berpisah."
Rayhan hanya menatapnya dengan kebingungan. Ia tidak tahu harus bereaksi apa terhadap informasi Tania.
"Sorry to hear that." akhirnya Rayhan mengucapkan rasa simpatinya dengan canggung. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Daniel jauh di belakang Tania. "Maaf, Tania aku harus pergi, aku bersama Daniel dan tadi ia menghilang."
"Tunggu, Rayhan!" ucapan Tania membuat Rayhan berhenti sebentar dan menoleh lagi.
"Nomormu masih yang dulu? Sesekali aku boleh menghubungimu, bukan?" Tania bertanya sambil merona malu. Mata Rayhan menangkap rona merah di pipinya.
Rayhan terdiam sebentar sebelum menjawab. "Tentu. Kapan pun boleh."
__________________________
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih.
Angela menunggu dengan agak dongkol di kamarnya. Ia sengaja mematikan AC dan membuka jendela supaya dapat mendengar jika sewaktu-waktu kakaknya pulang.
Hari ini ia harus bertemu dan berbicara dengan kakaknya itu. Setidaknya "selamat malam" atau "selamat tidur".
Mungkin dirinya terkesan agak konyol, tapi ia benar-benar tidak tahan untuk tidak melihat Kak Rayhan hari ini. Itu hal yang wajar bukan? Sama halnya dengan teman-teman sekelasnya yang sedang jatuh cinta. Mereka bahkan lebih parah darinya dalam berburu informasi tentang orang yang mereka sukai.
Angela akhirnya keluar kamar karena bosan dan menguap lebar-lebar di depan pintu kamarnya. Seharusnya ia sudah mulai tidur.
Ia melirik pintu kamar kakaknya yang hanya berjarak beberapa meter dari pintu kamarnya. Ia mendekati pintu itu dan memutar kenop pintu. Tidak terkunci!!
Rasa penasarannya mulai muncul. Ia akan mengintipnya sedikit. Kalau hanya sedikit tidak apa-apa bukan? Angela membukanya dan kamar tersebut terlihat agak remang-remang. Kakaknya meninggalkan kamarnya dengan lampu tidur yang masih menyala. Mungkin pembantu yang membersihkannya juga lupa mematikannya.
Tanpa sadar, Angela sudah masuk ke dalam.
Ia langsung menuju lemari pakaian yang tertanam di dinding dan mencoba membukanya.
Ternyata terkunci.
Angela mendesah kecewa. Baru saja ia ingin mengintip sedikit pakaian-pakaian milik Kak Rayhan dan niatnya tidak terpenuhi. Padahal ia kan bisa mencurinya satu dan menjadikannya sebagai kenang-kenangan! Hu-uh!!
Tunggu dulu!! Mengapa dirinya malah jadi seperti pencuri pakaian dalam yang pernah ditontonnya di anime, sih? Tapi berbeda!! Ia bukannya mau mencuri pakaian dalam. Ia hendak mencuri pakaian. Bukankah itu lebih bermartabat?
Sebenarnya apa yang dipikirkannya?
Angela harus segera keluar sebelum pikirannya mulai kacau. Sudah cukup ia menjadi penguntit barang-barang kakaknya sendiri!!
Baru saja ia hendak melangkah menuju pintu, tiba-tiba kenop pintu berputar dan terdengar suara orang berbicara.
Sial!! Kakaknya datang!!
Angela langsung kalang kabut mencari tempat persembunyian dan akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah tempat di sudut ruangan di belakang patung...entahlah itu patung apa. Mungkin seperti patung totem suku Maya Aztec yang sudah punah. Omong-omong siapa yang menaruh patung semacam itu di sana?
Ia tidak terlalu memusingkannya, yang penting patung itu lebih tinggi dan lebih lebar dari tubuhnya. Cepat-cepat ia menyelipkan dirinya di belakang patung agar tidak terlihat. Untunglah cahaya dalam kamar agak remang-remang. Ia hanya berdoa semoga kakaknya tidak menyalakan lampu dan memergokinya di sana.
Rencananya Angela akan menunggu kakaknya melakukan aktivitas di kamar mandinya sehingga ia bisa kabur keluar kamar. Kakaknya tidak akan pernah tahu bahwa ia pernah menyelinap kesana.
"Kita langsung melakukannya sekarang?"
Suara yang didengarnya membuat Angela mengernyit. Itu suara wanita...
Oh, Tuhan!!! Kakaknya sedang membawa wanita ke kamarnya dan Angela sedang berada di kamar itu! Angela mengerang dalam hati mengetahui keapesannya. Sekarang bagaimana caranya ia keluar dari sana? Dan kakaknya serta wanita itu pasti akan melakukan...
Ya ampun!! Ia akan mendapat tontonan live!!
Angela menelan ludah dengan gugup. Tidak! Tidak!! Ini benar-benar tidak nyata!! Ia pasti bermimpi.
Suasana kamar itu hening untuk sesaat, lalu terdengar bunyi gemerisik kain yang dijatuhkan ke lantai. Angela mencernanya dan mengetahui bunyi apa itu.
Mereka sedang membuka pakaian.
Tiba-tiba Angela jadi penasaran ingin melihat sedikit. Sedikit! Hanya sedikit!! Dan tidak akan lama-lama.
Perlahan-lahan ia memutar tubuhnya lalu mengintip melalui celah patung di depannya.
Pemandangan yang dilihatnya hampir membuatnya terkesiap. Untunglah Angela masih sadar di mana ia berada sehingga cepat-cepat ia membungkam mulutnya.
Kakaknya dan wanita itu sedang berciuman. Berciuman dengan cara paling vulgar yang pernah dilihatnya.
Wanita itu juga membalas ciuman kakaknya...
Dihapus!!
Kedua sejoli itu kini merebahkan diri di kasur, yang membuat akses penglihatan Angela terhadap mereka berdua terhalang. Angela berjinjit untuk melihatnya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas lagi melalui celah patung tadi. Entah apa yang mereka lakukan di kasur. Angela ingin mengetahuinya dengan level penasaran yang membuatnya tidak sabar.
Tanpa sadar ia menggeser patung itu dan karena tekanan tubuhnya, patung itu oleng ke depan. Angela panik mencoba menariknya ke posisi semula, tapi patung itu terlalu berat dan Angela kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga...
"ANJAYYYY!!!! COPOT!!!!"
Serentetan kata-kata umpatan terdengar dari mulut Angela saat patung itu berdebam membentur lantai bersama dirinya.
Sepasang manusia yang tengah asyik di atas kasur tidak kalah terkejut dan spontan menghentikan aktivitas mereka.
Angela mengerang kesakitan.
Dadanya yang sedang memasuki masa pubertas membentur patung kayu.
Rasa sakitnya tak tertahankan dan berdenyut-denyut.
Mungkin ini adalah karma baginya yang sudah berani mengintip kegiatan terlarang umat manusia padahal ia belum cukup umur.
Tunggu dulu!?
Ia tadi sedang mengintip kegiatan terlarang!!
Angela mendongak pada Kak Rayhan dan wanitanya. Wanita itu tersadar dari keterkejutannya dan menampar kakaknya.
"Shit!!" kakaknya mengumpat karena terkejut. Wanita itu cepat-cepat mengumpulkan pakaian dan tasnya lalu berlari keluar kamar. Kak Rayhan ikut mengejarnya.
Angela masih berada di posisinya semula bersama si patung kayu dan mendengar percakapan mereka dengan tidak jelas. Ia hanya mendengar bahwa wanita itu akan pulang naik taksi.
Gawat...ia sudah merusak acara kakaknya.
Kakaknya pasti akan marah besar!!!
Angela cepat-cepat berdiri dan berencana segera melesat menuju kamarnya untuk mengunci diri. Tapi sebelum kakinya menginjak ambang pintu, kakaknya sudah muncul....bertelanjang dada...dan dengan wajah yang tidak bisa dikatakan gembira.
Angela menghentikan langkahnya seketika.
Kakaknya maju selangkah dengan tatapan horornya. Angela mundur sambil menelan ludah.
Ya ampun!! Apa yang akan dilakukan kakaknya sekarang pada dirinya?!!! Ia tidak mungkin akan meminta Angela menggantikan posisi wanita itu bukan?
Tunggu dulu! Kenapa dirinya bisa berpikir seliar itu sih?
"Please jangan marah dulu, Kak!!" Angela mundur dengan panik sambil sesekali melihat belakangnya.
"Aku tidak bermaksud mengganggumu!! Lagipula aku sudah akan menyingkir, tapi wanitamu sudah pergi lebih dulu." Angela meringis membela diri.
"Dia mengira dirimu adalah istriku yang memergokiku berselingkuh!" bentak kakaknya.
Angela tercengang.
Ia hampir tertawa mendengar informasi itu, tapi ia tidak berani melakukannya sekarang.
"Kenapa kau ada di kamarku?!" Kakaknya memicingkan mata menatapnya.
Angela kembali panik sambil mencari sebuah alasan yang sekiranya bisa terdengar logis dan meyakinkan di telinga kakaknya. "Aku...aku..." Ia tergagap.
"Apa kau ingin bersembunyi disana hingga petang dan diam-diam memperkosaku?Begitu?"
Angela membeku seketika.
Heh? Apa ia tidak salah dengar?
Sejak kapan seorang wanita bisa memperkosa seorang laki-laki? Kakaknya memang agak konyol. Angela berubah rileks setelah kakaknya mengucapkan pertanyaan aneh itu.
"Ya, ampun, Kak. Meski suatu saat aku ingin melakukannya denganmu, tapi aku sekarang belum cukup umur, Kak." Angela tertawa.
Giliran Rayhan yang membeku mendengarnya.
"Kau...ingin melakukannya denganku?" Rayhan mengulangi pernyataan Angela kembali dalam bentuk pertanyaan.
Angela tersadar dirinya tadi keceplosan mengucapkan keinginannya, tapi karena tidak mungkin mengelak lagi, ia akan memperjelas maksudnya sekalian.
"Iya! Aku akan melakukannya denganmu, Kak. Mungkin sekitar dua atau tiga tahun lagi. Tapi kakak harus menikahiku dulu, ya." sahut Angela dengan manis.
Angela merasa lega sudah berhasil mengucapkannya. Ia sempat ragu tidak akan punya kesempatan untuk menyampaikannya seumur hidup.
"Menikah?" Rayhan mengerutkan alisnya.
Angela melirik kiri dan kanannya kebingungan.
Sepertinya kata menikah terdengar aneh di bibir kakaknya tadi. Atau itu hanya perasaannya saja?
"Iya...me-nikah..." Angela mulai mengucapkannya dengan ragu-ragu.
Kakaknya tidak terlihat senang dengan pengakuannya.
"Apa kau sedang bergurau, Angela?" Rayhan tertawa. "Kau bermimpi aku akan menikahimu?"
Angela semakin kebingungan. Ia tidak mengerti ekspresi yang ditunjukkan kakaknya saat ini.
"Kak...aku...aku serius, Kak!!" Angela mulai meninggikan suaranya agar mendapat perhatian kakaknya.
"Aku...." Angela merasa gugup tapi ia terpaksa mengakuinya. "Aku mencintaimu sejak dulu."
Rayhan menghentikan tawanya. Ia menatap Angela dengan dingin.
"Kak..."
"Keluar, Angela!!"
Angela mengurungkan kata-katanya setelah mendengar ucapan kakaknya. Kakaknya menyuruhnya keluar?
"Keluar dari kamarku, Angela!!" kakaknya menunjuk pintu keluar kamarnya.
Angela segera melangkah melewati kakaknya menuju pintu yang ditunjuk. Ia merasa pedih mendengar nada bicara terakhir kakaknya tadi. Kakaknya seakan-akan mengusir dirinya dengan jijik.
Ia berbalik setelah selangkah berada di luar kamar kakaknya karena teringat sesuatu.
"Selamat tidur..."
Blam!!
Kakaknya membanting pintu tepat di depan wajahnya lagi. Sama seperti saat kakaknya pertama kali tiba di rumah ini.
"...Kak." Angela menyelesaikan kata-kata yang hendak diucapkannya tadi.
***
Find me :
IG @dian_oline_maulina
Matchamallow_gallery
Fb olin_linlinlin
Fb fanspage Matchamallow
2900++ words Keep vote and komen yach..
Sudah mulai banyak, kan jumlah wordsnya? Semoga tetap sabar mengikuti cerita ini ya, karena ini masih awal, chingu.
Oiya sebagai penjelasan..wanita yang dibawa Rayhan tadi bukan Tania ya. Tania masih belum menampakkan perannya disini dan akan mulai aktif setelah chapter ini. Yang dibawa Rayhan tadi itu wanita one night stand. Biasanya ada aja yang kepo. Haha.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro