Part 23-This is What You Came For
Ada yang mengirimkanku pic Xavier Serrano untuk visualisasi Justin. Rasanya cocok sih...
***
Baby, this is what you came for....
Sayangku, Untuk inikah kau datang...
***
"Justin?!"
Angela terkejut bukan main melihat Justin tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Ia hampir tidak mengenali Justin pada awalnya karena Justin agak berbeda. Untung saja Justin tersenyum, karena senyum itulah yang selalu mengingatkan Angela pada Justin. Dalam suasana hatinya yang keruh entah kenapa Justin selalu ada untuknya.
"My Angel?" Justin tersenyum dan melangkah ke arah Angela. Ia menatap Angela naik turun selama beberapa detik. Angela juga balik memandangnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah berpisah selama empat tahun lamanya. "Tidak sia-sia aku menantikanmu." Justin tiba-tiba merengkuh Angela dan mendadak menciumnya sehingga Angela tidak sempat mengelak.
Budi melongo kembali melihat pemandangan di depannya.
Daniel tertawa kecil. Pemuda itu sungguh berani, agak mirip dengan dirinya. Ia menoleh pada Rayhan dan langsung menghentikan tawanya setelah melihat ekspresi sahabatnya itu. Diantara mereka berempat termasuk Sean, Rayhan adalah yang paling sabar dan tenang. Belum pernah sekalipun ia melihat Rayhan seperti saat ini. Ia terlihat marah...
"Angela, siapa dia? Mengapa kau tidak memperkenalkannya pada kami?" ujar Daniel dengan sedikit nada menggoda. Angela menoleh padanya.
"Oh, iya...Perkenalkan dia Justin, teman sekolahku dulu." ucap Angela dengan wajah merona sambil menyematkan rambutnya. Bisa-bisanya Justin dengan santai menciumnya di depan banyak orang!
"Tunggu, Njel. Orang bisa salah paham jika kau hanya mengatakan teman sekolah." ucapan Justin membuat Angela kebingungan. "Hubungan kita lebih daripada itu."
Angela mengerti. Jadi Justin menuntut mengumumkan statusnya dengan sejelas-jelasnya. "Baiklah, dia mantan pacarku." Ia menghela napas lalu menoleh pada Justin dengan kesal. "Sudah puas?"
Justin hanya tertawa. "Hampir benar, Njel." Angela mengerutkan keningnya. Justin menggamit pinggang Angela mendekat padanya. "Angela sebenarnya masih berstatus pacarku karena kami belum putus. Ia hanya malu mengakuinya. Sekarang aku malah ingin menetapkannya sebagai calon istri."
Semua tercengang dengan pengumuman Justin.
"Please, Tin Tin! Jangan ngebuat gue lebih malu lagi." Angela mengerang pelan sehingga hanya Justin yang mendengarnya.
"Jadi lo setuju buat pergi ama gue, kan?" bisik Justin.
"Oke!! Oke!! Tunggu di sini bentar, gue ganti pakaian." Angela berbalik hendak menaiki tangga. Ia tidak akan membiarkan Justin menebarkan gosip lebih banyak lagi tentang mereka dengan membiarkannya berlama-lama di tempat ini.
"Sangat menyentuh sekali! Aku suka itu!" Daniel tiba-tiba berdiri dan bertepuk tangan. Ia langsung mendapat perhatian semua orang termasuk Angela. "Justin, apa kau sudah tahu kalau Angelamu mencintai orang lain yang kebetulan ada bersama kita di ruangan ini?"
Budi sekarang melongo menatap Daniel.
"Niel..." Rayhan terdengar menggeram.
"Tentu saja. Aku tahu segalanya tentang Angela." sahut Justin sambil mengedikkan bahu.
Angela merasa tidak terima dirinya dikatakan mencintai kakaknya. Ia harus membuat semua orang terutama kakaknya mengerti bahwa ia bukan Angela yang dulu lagi.
"Biar kutegaskan." suara keras Angela menarik perhatian semua orang. "Aku memang mencintai orang lain yang kausebut itu, Kak Daniel.....tapi itu dulu." ujar Angela mantap.
Justin dan Daniel tersenyum. Budi melongo. Rayhan hanya terdiam.
"Dan itu adalah kebodohan terbesarku." Angela memalingkan wajah dan cepat-cepat menaiki tangga meninggalkan semua orang.
"See? Itu hanya masa lalu Angela. Tidak ada masalah." Justin mengambil tempat di sebelah Budi. Budi melongo menatapnya.
"Selamat untukmu, Nak." Daniel tersenyum. "Omong-omong kau mengatakan sudah mengetahui segalanya tentang Angela. Apa kau tahu ia anak angkat? Jika kau menikahinya kau tidak akan mendapat keuntungan apapun."
"Sejak awal bersekolah, Angela sudah menjelaskannya. Tidak masalah buatku. Keluargaku kebetulan moderat dan tidak kekurangan uang sedikitpun sehingga aku bebas memilih gadis mana yang kuinginkan."
"Ini berita gembira! Aku turut senang Angela akhirnya mendapatkan seseorang yang sempurna untuknya dan menerima Angela sepenuh hati. Kelihatannya ayahmu akan setuju dengan yang satu ini, kau sepakat denganku bukan, Re?" Daniel menoleh pada Rayhan yang sejak tadi menonton interogasi Daniel.
"Mungkin." Rayhan menjawab sambil menyusuri rambutnya dengan jari.
___________________
Angela menjadi semakin muram setelah tiba di klub milik Justin dan di saat yang sama merasa kedinginan karena bajunya yang terlalu tipis dan terbuka. Kebetulan juga ia lupa membawa mantelnya.
Tadi ia berdandan secepat kilat dan sengaja memilih gaun party nya yang paling 'mengundang' di antara semua gaunnya lalu ia melenggang tidak peduli saat menggaet Justin keluar rumah di depan semua orang termasuk kakaknya. Ia begitu frustrasi sehingga sanggup melakukan kegilaan semacam tadi dan kini ia tersadar akan tindakan kekanak-kanakannya.
"Elo tadi bilang nggak bakal minum, Njel." Justin mengamati Angela yang sedang memegang gelas berisi vodkanya dan termenung.
"Cuma sedikit, Tin. Tolong ingatin kalau gue terlalu banyak minum."
Angela awalnya berencana membuat dirinya mabuk karena ia terlalu syok dengan semua yang terjadi. Ia sedikit tergoda karena banyak orang berkata alkohol dapat membuat seseorang melupakan kesedihannya. Untungnya ia kembali menemukan akal sehatnya setelah tegukan kedua. Rasa minuman itu di lidah pun tidak terlalu menyenangkan. Pahit...sepahit yang dirasakannya saat ini...
Sebetulnya ia hanya merasa kecewa...
Sejak kemunculan kakaknya di depan pintu apartmentnya, Angela sudah bertanya-tanya apa penyebab kakaknya menyuruhnya pulang secara tiba-tiba. Kakaknya tahu bahwa yang disayangi oleh Angela adalah ayah mereka dan memanfaatkan hal tersebut sebagai alasan. Padahal alasan sebenarnya adalah ia tidak ingin kehilangan harta keluarganya.
Ya Tuhan! Segalanya sekarang terasa begitu jelas dan nyata bagi Angela. Selama ini ia mengira kakaknya sudah berubah menyukainya...baiklah mungkin menyukainya terdengar terlalu cepat. Setidaknya kakaknya pernah berkata tidak membencinya lagi dan ia begitu gembira mendengar hal tersebut. Tapi kenyataan yang didapatkannya sekarang masih sama dengan empat tahun yang lalu. Dirinya tidak lebih berharga daripada sekedar sampah di mata kakaknya. Kakaknya yang mau melakukan apapun demi kepentingan dirinya sendiri termasuk berpura-pura menerima Angela.
Dan yang lebih bodohnya lagi ia masih mencintai kakaknya yang brengsek itu dengan gemilang. Meski masih mencintai kakaknya, ia sudah lama tidak berharap apa-apa lagi, tapi kenyataan baru ini masih juga menyakitkan hatinya.
Kapan ia akan berubah?
Kenapa ia tidak bisa mencintai lelaki lain terutama yang sekarang sedang bersamanya ini?
Angela menoleh pada Justin yang sedang menatapnya dengan kagum. Ia bisa saja melemparkan diri pada Justin saat ini. Berpura-pura mencintainya. Dan Justin pasti akan menyambutnya dengan senang hati.
Tapi Angela tidak akan melakukannya.
Ia sendiri bisa merasakan sakit mengetahui kepura-puraan kakaknya dan ia tidak akan membuat Justin merasakan hal yang sama.
Justin terlalu baik untuk sekedar ia manfaatkan sebagai pelampiasan.
"Justin..."
"Iya, Njel." Justin agak terkejut karena Angela memanggilnya dengan normal. Bukan Tin Tin seperti biasanya.
"Elo baik banget ama gue." Angela tersenyum sedih.
"Ya iyalah, gue udah tau itu dari dulu. Nggak usah diperjelas jugaan." Justin menjawab dengan kepercayaan dirinya seperti biasa.
Justin sekarang semakin menarik semenjak memasuki usia dewasanya. Wajahnya tetap setampan dahulu hanya saja rambutnya terlihat lebih panjang. Dulu saat masih bersekolah rambut Justin selalu rapi di atas telinga karena peraturan sekolah. Sekarang rambutnya agak berantakan. Tapi di situlah letak keberuntungan menjadi seorang laki-laki apalagi jika ia berwajah tampan. Semakin berantakan rambutmu, semakin cool dirimu terlihat.
Angela sempat bercakap-cakap dengannya selama perjalanan tadi. Justin bercerita bahwa setelah studi awalnya berakhir, ia akan melanjutkan kembali kuliahnya di luar negeri untuk jenjang berikutnya. Hanya saja ia belum menentukan di mana.
"Gimana dengan elo, Njel? Elo udah berhasil ngelupain dia?"
Akhirnya Justin menanyakannya.
Angela terdiam selama beberapa saat sebelum menoleh pada Justin. Ia menatap mata Justin dalam-dalam sambil memikirkan apakah ia harus berbohong pada sahabatnya ini atau tidak. Pada awalnya dulu ia mengira Justin hanya main-main dengannya, namun entah mengapa semenjak empat tahun berlalu ia sadar bahwa Justin serius.
"Ternyata belum ya..." Justin memalingkan wajah dan mengangguk-angguk, campuran dari rasa mengerti dan kecewa. Angela sudah menyadari sejak lama bahwa orang lain bisa membaca dirinya hanya dengan menatap matanya. Ia telah menyakiti Justin secara tidak langsung.
"Maafin gue, Tin. Gue malah ngecewain elo dengan menyia-nyiakan semua bantuan elo selama ini buat gue." Angela bergumam pelan sambil menunduk. "Tapi gue terus berusaha, Tin."
Angela mengangkat kepalanya kembali memandang Justin. Mereka berdua saling berpandangan selama beberapa saat.
"Udah, jangan dipikirin." Tanpa disangka Angela, Justin malah mengacak-acak rambutnya.
"Tapi gue nggak bisa nggak mikirin, Tin! Apalagi elo baik banget ama gue!" Angela menangkap tangan Justin agar berhenti mengacak-acak rambutnya.
Justin tertawa. "Gini ya, Njel. Lo nggak perlu ngerasa bersalah ampe segitunya ama gue." Ia menarik lengan Angela ke lantai dansa dan Angela mengikutinya.
"Maksud lo?"
"Maksud gue..." Justin menarik Angela ke tubuhnya dan mengangkatnya sehingga Angela terpaksa memegang bahu Justin agar tidak terjatuh. Justin mendongak padanya. "Gue juga nggak setia-setia amat ama lo selama nungguin lo nerima gue, Njel."
Angela berusaha mencerna perkataan Justin sambil mengerutkan alis. Sesaat kemudian ia mulai mengerti. "Dasar Tin Tin mesum!!" Ia tertawa dan mulai memainkan jemarinya di rambut Justin. Membalas Justin yang mengacak-acak rambutnya tadi.
"Tapi mereka cuma kesenangan buat gue, sementara hati gue tetep mengharapkan elo, Njel." lanjut Justin. "Saat dimana elo bilang iya, saat itu juga gue berhenti main-main ama yang lain. Punya satu Angel sudah cukup untuk seluruh hidup gue."
Angela tersenyum mendengar kata-kata puitis Justin dan mengangguk-angguk.
"Jadi lo nggak usah sedih ya, Njel."
Angela menggeleng-geleng.
"Ya udah cium gue kalo gitu." canda Justin.
Justin hanya bergurau, tetapi Angela tiba-tiba mengulurkan tangan dan menempatkannya di pipi Justin. Ia mulai menurunkan bibirnya menyentuh bibir Justin perlahan-lahan.
"Njel..."
"Gue mau mencoba mencintai elo, Tin." ucapnya di bibir Justin. "Elo nggak keberatan jadi percobaan gue kan?" Angela tersenyum getir.
Justin terdiam sesaat sebelum menjawab.
"Dengan senang hati, My Angel."
Dan tidak ada keraguan lagi bagi Angela untuk melakukannya.
Ia mencium bibir Justin perlahan dan membuka bibirnya. Ini adalah french kiss pertama mereka. Justin yang selama ini sudah mengenal wanita tentu saja tidak kesulitan menyambut ciuman Angela. Angela menutup mata dan melakukannya dengan perlahan. Ia merasakan bibir hangat Justin menyentuh bibirnya. Di detik-detik awal ciuman tersebut begitu pelan dan tidak menuntut, namun lama kelamaan ia merasakan Justin mulai menariknya mendekat. Justin mendesaknya lebih dalam, lebih kuat. Lidah mereka saling bertautan dan menemukan satu sama lain. Angela mencoba menikmatinya, menunggu sesuatu yang akan terbit dalam dirinya sebagai respon dari ciuman tersebut.
Tapi ia tidak mendapatkan apa yang ia nantikan....
Dan malah semakin merasa bersalah karenanya.
Justin mulai melepaskannya perlahan-lahan dan Angela menatapnya. Ia melihat hasrat yang berkobar di mata Justin. "Lumayan." katanya.
"Sombong amat!!" Angela tertawa dan meninju pelan perut Justin.
"Sakit, Njel." Justin pura-pura meringis.
"Jangan terlalu menantikan gue, Tin. Saat elo menemukan cewek lain yang lebih elo cintai dibanding gue, raihlah dia." Angela kembali menatapnya dengan serius. "Gue sebenarnya nggak pantes lo tunggu."
"Pasti, Njel. Jangan khawatir." Justin mengedipkan sebelah mata.
Angela berbalik tapi Justin menangkap tangannya dan menariknya hingga mereka berdekapan kembali. "Tapi saat ini status kita tetap pacaran ya?" tambahnya sambil tersenyum.
Angela tertawa. "Terserah elo, Tin. Kalau betah aja." Ia merapikan rambut Justin dengan jari-jarinya.
"Siapa sih yang nggak betah punya pacar kayak elo."
Angela hampir menangis terharu mendengarnya.
"Seandainya gue bisa memberikan apa yang elo inginkan, Tin." Angela membalas kata puitis tadi dan membenamkan wajahnya di dada Justin.
"Ya udah, ayo ke hotel ama gue." ujar Justin sambil bergurau lagi.
"Tin Tin!!!!" Angela terkesiap lalu tertawa.
_________________
Angela sampai di rumahnya pada tengah malam hingga ia terpaksa melepas sepatu menaiki tangga agar tidak membangunkan ayahnya atau siapapun penghuni rumah.
Ia mendengar dirinya mendesah lega saat memasuki kamar dan langsung menaruh tas dan alas kakinya tadi secara sembarangan.
Angela merasa agak tenang sekarang setelah sempat bersenang-senang bersama Justin. Meskipun ia tidak menyukai party atau sejenisnya, ia merasa bersyukur malam ini ia setuju untuk ikut dengan Justin kesana sehingga dapat melupakan sedikit kesedihannya. Untung saja ia juga mengurungkan niatnya untuk mabuk.
Tapi...
Berada dalam kesendirian seperti ini lagi-lagi membuat hatinya kembali galau memikirkan ucapan teman kakaknya tadi sore. Angela segera berusaha menghentikan dirinya mengingat-ingat hal tersebut. Terbesit juga niat untuk melampiaskannya pada Moe, tapi akhirnya ia berpikir itu semua tidak ada gunanya. Akhirnya ia memilih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu segera tidur.
Baru saja ia akan menaiki tempat tidurnya, Angela terkesiap karena mendapati seseorang membuka pintu kamarnya dengan kasar dan menutupnya kembali. Sial, ia lupa mengunci pintunya tadi.
Ternyata kakaknya. Penampilannya sungguh kacau dan acak-acakan. Belum sempat Angela menyadari situasi yang terjadi kakaknya langsung menghampiri Angela dengan penuh kemarahan.
"Kau benar-benar wanita jalang, Angela!" kakaknya membungkam mulutnya dengan ciuman sebelum ia sempat berteriak.
***
Next part di private ya.
Tapi tunggu mungkin agak lama dari biasa updatenya. Nanti diumumkan di wall. Thanks all pasukan golok and valak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro