Part 14-Double Jeopardy
"Hanya dia yang masih mau menerimaku, Angela. Hanya dia!" Tania menggenggam pisau itu dan mendekatinya. Mata Angela membesar menatap pisau tajam itu dan mulai mundur selangkah. Ia bahkan bisa merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat karena ketakutan yang teramat sangat. Kenapa tidak ada seorang pun pengurus rumah tangga yang lewat dan melihat situasi ini?
"Dan bahkan dia pun sekarang memikirkanmu! Aku tidak bisa hidup lagi jika seperti ini, Angela." Tania mulai mengarahkan pisau ke dirinya sendiri.
"Jangan, Tania!!" Angela menerjang Tania sambil menjauhkan pisau itu hingga mereka jatuh tersungkur ke lantai.
Angela tidak tahu darimana ia mendapat keberanian semacam itu. Yang ada dalam pikirannya hanya ia tidak ingin Tania sampai melakukan hal bodoh seperti bunuh diri. Apalagi di rumah ini....
Untunglah pisau itu terlempar beberapa meter dari mereka sehingga Angela bisa bernapas lega.
Ia ingin bangun dari posisinya yang berada di atas tubuh Tania, tapi ia baru sadar bahwa Tania menahan kedua pergelangan tangannya.
"Kak Tania..." Angela meronta menarik tangannya.
"Aku sudah tahu kau pasti akan melakukannya, Angela..." Tania tersenyum.
Angela mengerutkan alis mendengar ucapan Tania. Firasat terburuknya benar terjadi...Dan Tania memilih dapur dimana tidak ada CCTV yang terpasang...
"RAYHAN!!! RAYHAN!!!"
Tania berteriak-teriak memanggil nama kakaknya. Ia sudah melihat mobil kakaknya terparkir di depan dan tahu bahwa kakaknya itu sudah pulang. Angela tetap berusaha melepaskan diri, tapi Tania tetap menahan tangannya sambil berteriak meminta pertolongan.
Ia mendengar langkah tergesa-gesa menuruni tangga.
Angela mendongak dan mendapati kakaknya sudah ada di ujung tangga terbawah, menatap mereka dengan terkejut.
"Hentikan, Angela. Kumohon jangan menyakitiku!! Hentikan!" teriak Tania sambil meronta-ronta.
"Sial!!" Angela mengumpat mendengar perkataan Tania.
"Angela!! Hentikan!!" kakaknya membentaknya.
Ia tidak sadar Tania sudah melepaskan tangannya sejak tadi. Posisi Angela benar-benar tidak menguntungkan. Ia sedang menindih Tania yang berambut acak-acakan dan baju tercabik-cabik.
Angela langsung spontan berdiri menjauh dari Tania. Ia menatap Tania dan kakaknya bergantian.
Rayhan menghampiri Tania dan membantunya bangun. "Kau tidak apa-apa?"
"Jangan menyentuhnya, Kak!! Ia sakit!" Angela memperingatkan.
"Ia menyerangku, Ray. Tadinya aku sedang memotong apel dan kami bercakap-cakap." Tania menunjuk apel yang ia letakkan di meja. "Aku sempat mengatakan bahwa aku adalah mantan kekasihmu. Tidak kusangka Angela tidak terima dengan ucapanku dan malah menyerangku. Ia mengancamku untuk tidak mendekatimu karena katanya kau miliknya." Tania menangis tersedu-sedu.
"Sial, Kak Tania!! kenapa kau melakukan ini?! Aku tidak pernah melarangmu untuk menyukai kakakku!" bentak Angela.
Air mata Tania tidak membuatnya iba kembali. Malah ia sekarang jijik melihatnya.
Angela sudah menyangka Tania akan menjebaknya sesaat setelah melihat Tania membuat dirinya seolah teraniaya. Ingin rasanya tadi ia diam saja saat Tania mengancam membunuh dirinya dengan pisau itu.
Tapi ia tidak berani mengambil resiko...
Tidak di saat Tania melakukan aksi ini di rumah papanya....Papa yang mencintai dan dicintainya. Orang yang paling menyayanginya di dunia ini. Papanya bisa mendapat masalah dan Angela rela mempertaruhkan segalanya asal hal itu tidak terjadi.
Angela menatap kakaknya, Rayhan yang hanya terdiam menyaksikan semua ini.
"Kak!! Aku tidak tahu apa kau akan mempercayaiku atau tidak. Aku tidak melakukan semua yang dituduhkan Tania. Dia melakukan semua hal tersebut pada dirinya sendiri dan membuat seolah-olah diriku yang melakukannya." Angela mencoba menjelaskan apa adanya dibanding tidak sama sekali.
Ia menunggu kakaknya menjawab.
"Pergilah ke kamarmu, Angela." kakaknya akhirnya bersuara.
"Tapi, Kak!! Apa yang akan kaulakukan? Apa kakak mempercayai ucapannya? Aku hanya khawatir jika kakak sampai..."
"Pergilah-ke-kamarmu-Angela." kakaknya menekankan kembali kata-kata itu di depannya. Tatapan matanya terlihat dingin.
"Tidak!! Aku ingin Kakak mengatakan padaku sekarang juga! Aku tidak rela jika wanita jahat ini tinggal di rumahku!!"
"Angela!!"
"Apa!! Aku mengatakan yang sejujurnya!!" Angela menantang kakaknya lalu menoleh pada Tania. "Dia wanita psycho, kejam, jahat, tidak tahu diri. Hentikan air mata buayamu, dasar serigala berbulu domba!!" Angela tidak mempedulikan isak tangis Tania yang semakin menjadi-jadi. "Menyesal aku pernah baik pada..."
PLAKKK!!
Angela menghentikan caci makinya.
Kakaknya menamparnya.
Tidak begitu keras memang, tapi tetap terasa sakit di hati Angela dibandingkan pipinya.
Angela hampir menangis tapi ia menahannya. Ia tidak akan memperlihatkan kelemahan hatinya di sini. Di depan orang-orang yang senang menyakitinya.
"Minta maaf padanya, Angela." gumam kakaknya pelan.
Angela tersentak mendengarnya. Sekarang kakaknya menyuruhnya meminta maaf pada Tania? Ia merasa ingin muntah mendengarnya.
"Untuk apa aku meminta maaf padanya?! Aku tidak bersalah!"
"ANGELA!!" kakaknya terdengar sangat marah.
Tania benar-benar sudah berhasil menjalankan rencananya. Ia berhasil membuat kakaknya membencinya lagi padahal baru saja Angela berhasil menapaki selangkah dalam upaya membuat kakaknya menerima dirinya. Sebenarnya Angela tidak tahu apa penyebab utama kakaknya membenci dirinya.
Kakaknya pasti lebih mempercayai Tania dibanding dirinya. Angela sudah bisa menebak juga tentang hal tersebut. Apalah arti dirinya yang baru dikenal oleh kakaknya selama beberapa minggu, dibanding Tania yang Angela tahu sudah bertahun-tahun pernah dekat dengan kakaknya.
Saat ia berkelahi dengan Mikaila di sekolahnya pun kakaknya tidak mempercayainya, apalagi sekarang.
Angela merasa putus asa...
"Baiklah, Kak." putusnya. Perkataannya membuat Rayhan dan Tania menatap Angela.
Angela tersenyum pada mereka berdua.
"Aku akan meminta maaf pada Tania." Ia berjalan selangkah demi selangkah mendekati Tania sambil tetap tersenyum.
Tania terlihat tenang, tapi Angela memperhatikan jemarinya gemetar. Jika tidak salah membaca, ada sedikit ketakutan di sana.
Sekarang Angela bertaruh untuk itu.
"Tania...aku minta maaf karena telah menyerangmu." Angela berhenti di depan Tania dan mengucapkannya.
Tania tersenyum ragu padanya. "Aku mema.."
"Yang mana belum kulakukan!" Angela berhenti tersenyum dan menatap tajam Tania. "Kau tahu hukum Double Jeopardy?"
Tania berhenti tersenyum dan kebingungan.
Rayhan yang memperhatikan mereka juga menampilkan ekspresi yang sama. Ia mencoba mengartikan apa yang diucapkan oleh Angela.
Dan tepat pada saat ia mengingatnya, Angela sudah mendorong Tania hingga jatuh terjerembab ke lantai. Angela menduduki Tania, menamparnya dan merobek pakaiannya tanpa mempedulikan teriakan Tania.
"Kau mengatakan aku menyerangmu, heh?! Sekarang aku memang sedang melakukannya, Tania!! Bagaimana rasanya?! Bagaimana?!"
"Angela!! Hentikan!!"
Rayhan menarik tubuh Angela hingga Angela merasa melayang dari lantai. Angela sempat menarik rambut Tania hingga dalam genggamannya terdapat berhelai-helai rambut Tania yang tercabut.
Ia menyaksikan Tania meraung kesakitan dan merasa puas karenanya. Mengalah tidak ada dalam kamus hidupnya dan karena kakaknya serta Tania sudah menuduhnya jahat sekalian saja ia menunjukkan siapa dirinya.
"Turunkan aku, Kak!! Turunkan!!" Angela tersadar bahwa kakaknya masih mengangkatnya.
"Tidak!"
Angela menggigit tangan kakaknya sekuat tenaga hingga kakaknya mengumpat kesakitan dan melepaskannya. Ia berbalik dan mendapati darah mengalir dari bekas gigitan di tangan kakaknya.
Angela meringis. Ia telah menggigit kakaknya terlalu keras, tapi kakaknya memang patut mendapatkannya.
"Brengsek!!" kakaknya terlihat marah.
Angela berbalik dan berlari secepat kilat ke arah tangga.
Ia melihat dua atau tiga pengurus rumah tangga mulai berdatangan di dekat ruang depan karena mendengar keributan. Kenapa mereka baru datang di saat yang tidak tepat?!
Tiba-tiba ia merasa pergelangan tangannya ditarik dan setelahnya ia merasa punggungnya sudah terhempas ke dinding. Kakaknya berhasil menangkapnya dan menahannya di sana.
"Hukum Double Jeopardy tidak berlaku di Indonesia, Angela!!" rutuknya sambil menggertakkan gigi menahan amarah.
"Apa-apaan ini?!" belum sempat Angela membalas, suara ayahnya yang menggelegar terdengar di ruang depan.
Angela menoleh bersamaan dengan Rayhan.
"Lepaskan adikmu, Re!!" Ryan berjalan cepat-cepat menghampiri mereka dan menggamit Angela. Ia menahan Angela di belakang tubuhnya.
Tidak ada satu pun yang bersuara setelahnya selama beberapa saat.
Ryan menatap pemandangan yang ada di depannya satu persatu. Putranya yang berdiri di depannya dengan tangan penuh darah. Tania yang masih menangis di lantai ruang dapur dengan kondisi acak-acakan dan Angela yang terdengar terengah-engah di belakangnya.
Angela tidak bisa merasa lebih lega dari saat ini. Untung saja ayahnya datang, tapi melihat kondisi yang terjadi saat ini, ia agak ragu ayahnya akan mempercayainya.
"Apa yang terjadi, Re?" pertanyaan ayahnya memecah keheningan mereka.
Rayhan memandang ayahnya dan Angela bergantian lalu menghela napas. "Angela menyerang Tania."
"Bukan tanpa alasan!!" Angela membela diri.
"Cukup!" Ryan menengahi mereka. "Re, kau keluarkan gadis itu dari rumahku sekarang juga! Aku tidak peduli kau akan membawanya kemana. Yang jelas aku tidak ingin melihatnya setelah ini." Ryan menunjuk Tania dengan dagunya.
Rayhan menatap tak percaya pada ayahnya setelah mendengar perintah tersebut.
"Angela, ikut Papa ke ruang kerja. Papa ingin berbicara denganmu." Ryan tidak menoleh pada mereka lagi dan berjalan menuju ruang kerjanya dengan penuh ketenangan.
Angela mengikuti ayahnya dan memandang sekilas penuh simpati pada Rayhan.
__________________
"Tutup pintunya, Angela." Ryan memberikan perintah saat mereka sudah berada di ruang kerja. Angela menutup pintu pelan-pelan sesuai yang diperintahkan.
Ini pertama kalinya Angela dipanggil oleh ayahnya ke ruang kerja. Biasanya siapapun yang masuk ke ruang kerja ayahnya akan mendapat omelan dan Angela sudah mempersiapkan dirinya untuk itu.
"Duduklah, Angela." Ryan menunjuk sebuah kursi sofa berlengan yang ada di sampingnya. Angela segera duduk di sana dengan ragu-ragu.
"Kau menyerang Tania?" ayahnya mulai bertanya.
Angela mengangguk-angguk. "Aku tidak berharap Papa akan memaafkan tingkahku. Tapi aku sungguh tidak bisa menahannya."
Angela mulai menceritakan segalanya. Mulai dari Tania mengajaknya ke dapur hingga insiden tersebut. Tapi ia tidak menyebutkan tentang ciuman kakaknya.
Ayahnya hanya mengangguk-angguk mendengarnya.
"Papa memang tidak bisa membenarkan tindakanmu, tapi Tania memang sepertinya sakit atau bisa saja ia pura-pura sakit untuk menjebakmu, Angela. Untung saja kau tidak apa-apa. Kau anak yang kuat."
Angela terpana mendengar ucapan ayahnya. "Pa...Papa percaya padaku?" tanyanya ragu-ragu.
"Tentu saja Papa mempercayaimu, Angela. Selama ini kau tidak pernah berbohong. Dan semoga saja kau tidak menyia-nyiakan kepercayaan Papa." Ryan tersenyum. "Tania mungkin saja menuntutmu pada polisi, tapi jangan khawatir jika itu terjadi. Papa akan menanganinya."
Angela tersenyum pelan. Ia merasa lega ayahnya masih mempercayainya.
"Lalu kenapa Tania sampai dendam padamu? Apa alasannya?"
Angela terdiam sesaat dan menyiapkan diri untuk mengatakannya.
"Karena ia cemburu padaku, Pa." Angela menatap ayahnya yang menatap balik padanya penuh tanda tanya. "Aku...aku menyukai kakak. Aku jatuh cinta pada Kak Rayhan sejak pertama kali melihatnya, Pa." Angela menunduk. Akhirnya ayahnya mengetahui rahasia terbesarnya.
Ryan begitu terpukul mendengar pengakuan Angela.
Terakhir saat bersama Rayhan, putranya mengaku membenci Angela.
Dan sekarang Angela mengaku mencintai Rayhan.
Sungguh suatu kenyataan yang ironis.
Ryan menghela napas dan akhirnya menemukan sebuah solusi terbaik bagi Angela. "Lupakan dia, Angela."
Angela tersentak mendengar ucapan ayahnya. Ia menatap ayahnya seakan tidak mendengar dengan jelas apa yang baru saja dikatakannya.
"Pa..."
Ayahnya tiba-tiba berlutut di depannya hingga wajah mereka sejajar. Ia memegang kedua pundak Angela dan menatapnya lekat-lekat.
"Dengarkan ini sekali lagi, Angela. Lupakan Rayhan. Berhentilah mencintainya."
"Ke...kenapa, Pa?"
"Karena..."
Karena ia tidak mencintaimu. Karena ia membencimu. Kau hanya akan terluka karenanya.
Ryan ingin mengucapkannya tapi ia tidak tega melihat wajah putrinya yang begitu berharap. Tapi ia juga tidak tega jika Angela nantinya harus merasakan apa yang pernah ia rasakan.
"Aku mengerti, Pa...Papa sungkan mengatakannya karena tidak ingin menyakitiku, bukan? Maksudnya aku hanya anak angkat. Aku seharusnya tidak pantas menyukai anak kandungmu, Pa. Begitu? Aku tidak akan marah jika Papa yang mengucapkannya." Angela menelan ludah dengan gugup.
"Tentu saja tidak, Angela! Sedikitpun Papa tidak pernah memikirkan itu. Malah Rayhan yang sesungguhnya tidak pantas untukmu. Kau berhak mendapat yang lebih baik, Nak."
Angela kebingungan mendengarnya. Ia mendongak melihat ayahnya yang sudah berdiri. Wajahnya masih terlihat cemas.
Ryan berbalik dan menatap keluar jendela. Ia memikirkan nasib Angela. Cinta Angela dipastikan tidak akan berbalas. Malah Angela akan mendapati kenyataan yang pahit karenanya.
Ibu Angela juga hanya mencintai satu orang dalam hidupnya, dan ia berharap Angela tidak akan mewarisi sifat yang terasa bagai kutukan tersebut.
Ryan tidak akan membiarkannya.
Ia akan mengupayakan apapun agar Angela bisa melupakan Rayhan.
_______________
Rayhan datang kembali ke rumah saat makan malam. Sendirian.
Ia duduk dengan tenang di depan Ryan dan Angela seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Angela memperhatikan tangan kakaknya berbalut perban dan merasa lega sekaligus merasa bersalah.
"Kemana kau membawanya?" Ryan bertanya.
"Perlukah aku menceritakannya, Pa? Bukankah yang kaupedulikan hanya satu, yaitu putrimu." Rayhan menjawab dengan ketus.
"Re!!" Ryan membentak. Angela mulai khawatir akan situasi panas yang terjadi di antara ayah dan kakaknya.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu sebelumnya. Kau masih menyandang nama belakangku dan apapun perbuatanmu pada akhirnya juga akan ada sangkut pautnya denganku. Kau mengerti?!"
"Aku mengerti, Pa. Kau juga pernah memberiku dua pilihan bukan? Aku sudah menentukannya sekarang dan kau tidak perlu mencemaskan nama baikmu lagi." Rayhan menjawab dengan ketenangan.
"Aku akan menikahinya."
***
Follow IG
dian_oline_maulina
matchamallow_gallery
angelapramoedyaa
rayhan.pramoedya
danielfernandezw
nicolettealexandrov
budi_mobs
sean_martadinata
valeria.winata
vanila_mrtdnata
hayden.martadinata
justin.allardo
wirawan.wiraatmaja
nick.wiraatmaja
Satu part lagi ya. Yang menutup bab awal dari cerita ini dan part dimana Angela pergi. Thanks.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro