Part 13-The Truth
"Kenapa lukamu tidak berubah seperti lukaku?"
Daniel mengamati wajah Rayhan lekat-lekat saat Rayhan sedang menyetir. Mereka sedang menuju kantor Sean untuk menanyakan perkembangan hilangnya Valeria. Tadinya Daniel menolak untuk ikut, tapi Rayhan dan Budi memaksanya.
Daniel memang terlihat lebih mengerikan daripada dirinya dan Budi.
"Kau tidak usah iri, Niel. Wajar saja jika wajahmu lebih parah dari kami semua. Ingat tidak? Sebelum berkelahi dengan kawanan anak alay itu, Sean sudah menghadiahkan pukulan cuma-cuma padamu lebih dulu." Rayhan tertawa. Budi juga ikut tertawa.
"Tidak ada yang lucu dengan itu!" Daniel menyahut dengan geram. Padahal biasanya ia yang menertawakan orang lain, tapi yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Semua ini gara-gara Sean Martadinata sialan yang tidak memakai otaknya dahulu sebelum menghajar orang. Mungkin Sean juga sengaja melakukannya. Sudah lama ia menaruh dendam pada Daniel.
Untung ia juga sempat memukul Sean dengan keras. Jika tidak, sekarang ia pasti sudah merasa rugi dan menyesal.
"Kenapa kau merasa begitu sayang dengan wajahmu, Niel? Kau tetap yang paling tampan diantara kita berempat." Budi menghiburnya sambil menepuk pipi Daniel yang lebam. Daniel mengumpat karenanya.
"Aku hanya tidak ingin jika suatu saat gadis yang kukencani lebih tertarik pada wajah ular dibanding wajahku." Daniel membalas dengan sindiran. Giliran Budi yang mengumpat. Daniel dan Rayhan menertawakannya.
"Jangan tertawa! Keadaanku lebih baik dibandingkan dirimu, Re." Budi membalas dengan menyindir Rayhan.
"Please...Aku sedang menyetir, Bud. Jangan sampai diriku tergoda untuk membawa mobil ini memasuki jurang di depan sana." Rayhan mengedik ke arah jembatan.
"Aku heran mengapa kawan kita ini begitu alergi terhadap adiknya. Kau belum pernah melihat adiknya, Bud. Jadi kau tidak tahu." Daniel melirik nakal pada Budi.
"Kau sudah melihatnya?" Budi tiba-tiba mencondongkan tubuhnya karena tertarik.
"Tentu! Baru-baru ini malah. Karena Re tidak tahan berada sendirian di rumah bersama adiknya yang merupakan godaan besar baginya."
"Diam, Niel!"
"Lanjutkan, Niel!" Budi tidak mempedulikan Rayhan yang mulai kesal. "Seburuk apa sebenarnya rupa adiknya, sehingga Re jual mahal seperti ini?."
"Namanya Angela. Dan ia tidak seperti yang kaubayangkan, Bud. Siapkan imanmu jika bertemu dengannya. Bahkan berani taruhan kau akan memutuskan gadis ularmu jika sudah melihat Angela."
"Brengsek!!" Rayhan memaki. "Daniel, bisakah kau tidak berpikiran mesum di saat seperti ini?!"
"Oh, sial!! Berarti ia sungguh sangat...." Budi mendesah kecewa. "Kenapa kau begitu tidak bersyukur, Re?"
"Ia selalu mengatakan ibu Angela adalah wanita jalang. Itu alasan klisenya." Daniel menjawab dengan malas sambil menatap keluar jendela.
"Yang benar saja!" Budi tertawa sambil memukul keras bahu Rayhan. "Kau sendiri tidak lebih suci dari itu, Re. Bukankah wanita jalang adalah favoritmu?!"
Rayhan berdecak kesal.
"Tidak hanya itu! Gadis itu sungguh liar dan tidak tahu malu, mengerti?! Angela tidak manis sama sekali. Ia bahkan begitu yakin aku akan menikahinya suatu saat nanti. Bayangkan!"
"Apa kau akan menikahinya?" tanya Budi.
"Pikir saja sendiri!" Rayhan membentak kesal.
Tidak ada gunanya ia menceritakan seluruh keluh kesah pada kedua sahabatnya yang gemar membully orang ini. Mereka hanya akan memanfaatkannya sebagai bahan untuk mengejeknya kembali.
Tapi kebenciannya terhadap Angela entah kapan agak memudar dari dirinya. Meski Rayhan tahu Angela gadis yang tidak tahu malu dan agresif, tapi Angela berhasil menarik perhatiannya dengan caranya yang unik tersebut. Angela juga ternyata anak yang baik. Akhir-akhir ini ia sering mengajak Tania kemana-mana. Apa ia tidak tahu kalau Tania adalah mantannya?
Soal Tania juga masih dipikirkan oleh Rayhan. Ayahnya semakin mendesaknya untuk segera memutuskan pilihan tentang nasib Tania.
Rayhan sempat bertanya pada Tania tentang kesiapannya untuk kembali kepada keluarganya dan Tania mengatakan ingin meminta waktu sebentar lagi padanya. Ia mengerti Tania ketakutan, tapi Rayhan dulu pernah bertemu dengan ayah Tania. Ia agak tidak percaya jika orang seperti Arnata akan tega melakukan hal semacam itu pada putrinya. Lelaki itu lebih terlihat seperti orang yang baik dari segi penampilannya. Tapi siapa yang tahu.
Jika ayahnya mendesaknya sekali lagi, terpaksa ia yang akan menemui ayah Tania sendiri untuk membicarakan masalah ini. Begitu jalan yang terbaik.
__________________
Angela....merasa kesal....
Hari ini Justin mengajaknya berkencan.
Padahal ia ingin tidur siang.
Justin muncul di depan pintu rumahnya lagi tepat pada pukul tiga sore dimana beberapa jam yang lalu ia baru saja pulang sekolah dan memutuskan memanfaatkan hari Kamis yang tenang ini untuk tidur setelah tiga hari berturut-turut menjalani les sore.
Alasan Justin adalah agar Angela tidak mengatakan bahwa hubungan mereka gaje.
Terpaksa ia cepat-cepat berganti pakaian dan menuruti keinginan Justin. Ia hanya mengenakan kaos longgar polkadot dan celana hot pantsnya seperti biasa, namun yang tidak terlalu pendek. Jangan sampai ia membangunkan sifat mesum Justin.
Saat berangkat dengan Justin, Tania melambaikan tangannya pada Angela sambil tersenyum. Justin mengerutkan alis melihatnya tapi ia tetap memasuki mobil.
"Njel! Kok cewek itu masih ada di rumah elo? Itu cewek yang terakhir diajak kakak pujaan lo itu pulang ke rumah, kan?" Justin bertanya.
"Iya, dia nginap di rumah sejak dibawa pulang waktu itu." Angela menyahut santai sambil memakai sabuk pengamannya.
"Dia pacar kakak lo, kan?"
"Mantan."
"Nah, hampir sebelas dua belas, Njel. Lo kagak cemburu napa?"
"Dikit. Tapi kakak gue nggak satu kamar ama dia, Tin. Jadinya gue ga terlalu khawatir lah." Angela tersenyum. Ia lalu menceritakan secara singkat bagaimana Tania bisa tinggal di rumahnya.
"Tapi ini rahasia ya, Tin. Jangan cerita siapa-siapa. Kak Tania kan lagi sembunyi masalahnya di rumah gue. Gue cerita soalnya lo temen gue yang bisa gue percaya." Angela memperingatkan Justin.
"Ya, gue nggak bakal cerita sana-sini, Njel. Cuma gue ngerasa heran aja sama dia. Gue khawatir ama elo, Njel." Justin mulai memikirkan sesuatu dan akan menyelidiki tentang orang yang dikatakan Angela bernama Tania Wijaya tersebut.
Ekspresi Angela menunjukkan keheranan terhadap perkataan Justin. "Ngapain elo khawatir, Tin? Ya ampun. Tania itu lemah lembut banget. Dia nggak bakal bisa nyakitin seekor semut pun deh kayaknya."
"Jangan ngeremehin orang lemah, Njel." Justin menasehati. "Ya udah lupain aja! Ntar kita gak jadi-jadi kencan. Kita rencana kemana nih?"
"Ya lo mau ngajak kemana, Tin?" Angela balik bertanya.
"Elo aja yang mutusin, Njel. Pokoknya hari ini gue ngikut apa kata lo deh."
"Bener, nih?"
"Bener!!"
"Kalo gitu ke rumah Vaya dulu." sahut Angela santai.
"What?! Kita lagi kencan ni, Njel! Kencan!" Justin memprotes.
"Pokoknya kita jemput Vaya, Tin. Lo katanya terserah gue! Lo mau ngebohongin gue nih di kencan pertama kita? Nah ini pertama memulai hubungan aja elo udah nggak jujur apalagi nanti..."
"Ya udah!!" Justin memotong ocehan Angela dengan kesal. "Kita ke rumah Vaya." akhirnya ia menyerah.
Angela ingin tertawa melihat Justin yang kesal. Ia berhasil mengerjai Justin hari ini. Salah Justin sendiri sudah mengganggu rencana tidur siangnya.
Hari itu mereka akhirnya benar-benar kencan....lebih tepatnya mengerjai Vaya.
Saat datang ke rumah Vaya yang ternyata bagaikan istana Ratu Victoria, Vaya menolak untuk ikut dengan mereka sehingga Justin dan Angela terpaksa menculiknya.
Vaya meronta-ronta masuk mobil sementara ibunda Vaya hanya melambaikan tangan melihat ulah teman-teman sekolah anaknya tersebut. Ibu Vaya mendukung Angela dan Justin untuk membawa Vaya karena khawatir tentang kehidupan anaknya yang jarang bergaul dan introvert.
_____________________
Rayhan pulang ke rumah sore itu dengan agak keheranan. Biasanya ia akan mendapat sambutan selamat datang dari Angela yang kegirangan melihatnya jika ia pulang lebih awal. Tanpa sadar dirinya jadi mematung di ruang tamu sejenak karena menunggu Angela.
Ia pasti sudah gila. Sejak kapan ia jadi menantikan Angela yang dulunya ia anggap sebagai gangguan?
"Ia tidak ada di rumah."
Terdengar suara pelan dari sebelah kirinya. Rayhan menoleh dan melihat Tania sedang menyandarkan bahu di dinding dan menatapnya.
"Siapa maksudmu?" Rayhan pura-pura bertanya padahal ia mengerti siapa yang dimaksud Tania. Tapi kenapa Tania bisa mengucapkan hal tadi padanya? Apa gerak-geriknya terlihat begitu jelas?
"Siapa lagi? Di rumah hanya ada kami berdua. Aku dan adikmu." Tania mengedikkan bahu dan menghela napas.
"Kemana ia pergi?"
"Angela tidak mengatakannya. Tadi siang anak laki-laki itu menjemputnya. Kau tahu kan, yang mengaku sebagai pacar Angela. Namanya Justin."
Rayhan sebenarnya kesal mendengar penjelasan Tania, tapi ia menyembunyikan ekspresinya. Apa maksud dan tujuan Angela sebenarnya? Di satu sisi ia menggebu-gebu mengatakan mencintai dirinya, tapi di sisi lain gadis itu memiliki pacar di sekolahnya.
Apa Angela ingin bereksperimen?
"Kau memikirkannya?"
Pertanyaan Tania membuatnya tersadar dan berhenti menebak-nebak tentang Angela.
"Aku hanya khawatir dengan tingkahnya." Rayhan memalingkan wajahnya agar tidak terbaca oleh Tania. "Kalau begitu aku akan ke kamarku dulu."
Rayhan bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian Tania yang masih berdiri di ruang tamu melihat Angela datang sambil tertawa bersama Justin. Mereka ribut memperbincangkan tentang acara mereka hari itu.
"Udah, Tin. Lo pulang aja sekarang."
"Lo ngusir gue nih? Teganya dirimu, Njel setelah semua kenikmatan yang kita rasakan..."
"Jijik banget omongan lo, Tin!! Pulang sana!" Angela mendorong-dorong Justin menuju pintu depan.
"Ya udah, gue pulang. Tapi..." Justin merengkuh pundak Angela dengan kedua tangan dan tiba-tiba mencium bibir Angela, membuatnya terkesiap. Ia segera berlari menuju mobil setelah melakukannya.
"Justin!!! Udah gue bilang cuma tangan!! Tangan!!" Angela mengelap bibirnya dengan punggung tangan sambil berteriak pada Justin.
Justin yang sudah berani mencuri ciuman darinya itu hanya tertawa melihat Angela mencak-mencak. "Masa kakak lo dapet, pacar lo nggak dapet."
"Awas lo besok, Tin!!" ancam Angela.
Angela berbalik menuju rumah~masih dengan raut wajah dongkol~dan menemukan Tania. Ternyata Tania sudah menonton peristiwa itu sejak tadi dan Angela baru menyadarinya.
Tania tiba-tiba tertawa. "Menyenangkan sekali menjadi anak remaja ya, Angela."
Angela tidak ikut tertawa. Ia masih kesal pada kelakuan Justin. "Justin memang seperti itu, Kak Tania. Dia itu playboy di sekolah dan tidak pernah serius pada wanita."
"Angela, bisa minta tolong sebentar. Aku mencari sesuatu di dapur dan tidak menemukannya." pinta Tania saat Angela baru saja menaiki tangga menuju kamarnya.
Angela agak kebingungan tapi ia mengikuti Tania ke dapur. Tania membuka lemari es lalu mengambil sebuah apel merah tapi tidak memakannya, hanya menaruhnya di meja.
Angela mengambil gelas dan menuangkan air dingin dari dispenser. "Tadi katanya kakak mencari sesuatu?"
Tania terdiam tidak menjawab.
Angela mengira Tania tidak mendengar pertanyaannya. "Kak?"
"Kau begitu beruntung, Angela..." Angela mendengar Tania berkata lirih. "Tidak seperti diriku yang selalu tidak mendapatkan apa yang kuinginkan..."
Angela yang sedang meminum air menoleh sambil menaikkan alis mendengarnya. Tania masih menunduk menatap apelnya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja.
Tania menoleh padanya dan Angela tiba-tiba merasakan tatapan mata Tania terlihat berbeda.
"Kau hanya anak angkat tapi hidupmu sungguh bahagia." Tania melepas jepitnya sehingga rambutnya terurai. Ia membuang jepit itu di dekat kakinya dan menginjaknya hingga jepit itu pecah berkeping-keping.
Angela berhenti meneguk airnya dan menatap jepit itu, tapi ia terdiam karena kebingungan.
"Kau memiliki ayah yang menyayangimu dan selalu memberikan apa yang kau inginkan padahal kau tidak memintanya." Tania menggenggam secarik kain di bahunya dan menariknya hingga robek. Ia melanjutkan dengan merobek kain di bagian roknya.
Angela terperanjat melihatnya. "Kak..."
"Kau memiliki teman yang menyayangimu, seorang kekasih yang mengejarmu." Tania mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustrasi.
Angela mulai meletakkan gelasnya dengan hati-hati dan menelan ludahnya karena ketakutan. Sebenarnya apa yang terjadi pada Tania? Ia tidak mengerti. Tania bertingkah seperti orang kerasukan.
Yang jelas ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dalam situasi semacam ini. Keringat dingin mulai terasa di dahinya. Ia ingin berlari, tapi jalan keluar ada di belakang Tania.
Apa Tania menderita sakit jiwa atau sejenisnya? Kenapa ia baru memperlihatkannya sekarang?
Angela tidak tahu bagaimana cara menangani seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan. Di sekolah ia tidak pernah diajarkan untuk menangani hal-hal semacam ini. Ia bahkan tidak pernah bermimpi untuk bertemu salah satu dari mereka seperti sekarang.
"Kenapa Angela? Kenapa?!!" Tania berteriak padanya dan mendekatinya. Ekspresi wajah Tania terdengar putus asa dan menyedihkan. Angela iba melihatnya tapi ia juga ketakutan. "Kenapa tidak seorang pun menyukaiku?" suara Tania terdengar pelan dan memilukan.
"Kak...kau salah. Banyak yang menyukaimu. Kakak menyukaimu...bahkan aku juga..."
"Kau bohong, Angela!! Kau bohong!!"
"Aku tidak bohong, Kak...Aku.."
"Kau berbohong padaku, Angela. Kau bilang kakakmu tidak menciummu. Tapi ia benar-benar menciummu bukan? Aku melihat dan mendengar percakapanmu semalam dengannya. Kukira kita sudah menjadi teman, Angela..."
"Kak...Aku tidak mengatakannya karena memikirkan dirimu." Angela membela diri.
"Anak sepertimu tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya diabaikan!" bentak Tania.
Apa Tania selama ini buta? Angela malah merasa dalam hidupnya ia selalu diabaikan. Ibunya mengabaikannya saat masih hidup karena sibuk bekerja. Kakaknya mengabaikannya padahal Angela memberinya cinta. Dan hampir sebagian besar teman-teman dan gurunya di sekolah juga mengabaikannya karena status dirinya yang hanya anak angkat.
Tapi Angela tidak pernah mempedulikannya. Ia tidak pernah merasa hal itu sebagai sesuatu yang harus ia pikirkan sebagai kemalangan. Bahkan ia tetap mencintai ibu dan kakaknya dengan sepenuh hati.
Tania mengambil pisau dapur.
Angela tidak bisa lebih cemas lagi. Justin mengatakan jangan meremehkan orang lemah dan ia selama ini ternyata meremehkan Tania. Apa sebenarnya yang akan dilakukan Tania?
***
Follow IG
dian_oline_maulina
matchamallow_gallery
angelapramoedyaa
rayhan.pramoedya
danielfernandezw
nicolettealexandrov
budi_mobs
sean_martadinata
valeria.winata
vanila_mrtdnata
hayden.martadinata
justin.allardo
wirawan.wiraatmaja
nick.wiraatmaja
Lanjutan nanti sore yah.
Biar cepet...nyebelin banget soalnya part ini. Kuharap kalian sabar seperti author yg juga sabar ngetiknya....#sight.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro