Part 1-Rayhan
6 tahun sebelumnya.
"Angela, ini rumahmu sekarang."
Angela menatap sekelilingnya sambil menyeret boneka panda pemberian mamanya. Ia tidak suka boneka. Kalau disuruh memilih, ia lebih suka mengoleksi mainan lego. Tapi karena boneka ini pemberian ibunda tercintanya, mau tak mau ia harus membawanya. Di belakangnya beberapa orang membawakan kardus yang berisi pakaian dan buku sekolahnya yang tidak seberapa.
Ia berada di sebuah rumah yang sangat besar. Jauh lebih besar dibanding tempat tinggalnya dulu bersama mamanya.
Mamanya tinggal di sebuah tempat yang disebut apartemen oleh orang-orang. Di sana hanya ada dua kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Tapi Angela bahagia tinggal di sana. Karena ia bersama Mama. Mama yang disayanginya, meski Mamanya jarang memiliki waktu untuk Angela.
Angela tidak mengeluh karena tahu Mamanya sibuk bekerja untuk menghidupinya. Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah ia bertugas memasak dan membersihkan apartemen karena Mamanya belum bangun tidur akibat selalu pulang malam.
Dan Mamanya sudah tidak terlihat selama beberapa hari.
Lalu seorang lelaki paruh baya menjemputnya. Lelaki itu kini ada di depannya, mengatakan bahwa rumah besar ini adalah rumah barunya.
"Di sini bukan rumahku. Aku harus pulang pada Mama agar ia tidak khawatir." Angela menggeleng-geleng dan menjawab dengan tegas tanpa terdengar takut.
Lelaki paruh baya itu menatapnya sejenak.
Ia terlihat menghela nafas lalu berlutut di depan Angela seolah ingin mensejajarkan diri dengannya. "Mamamu sedang pergi ke tempat yang sangat indah, Angela."
"Kenapa Mama tidak mengajakku?" Angela bertanya.
"Mamamu akan menjemputmu suatu saat nanti. Tapi ia menitipkan pesan Angela harus menjadi anak yang baik dan penurut." lelaki itu berkata lagi.
Angela tidak tahu harus melakukan apa, jadi ia hanya mengangguk.
"Bagus. Dan mulai sekarang Angela boleh memanggilku Papa."
Angela terpana mendengarnya. Ia tidak pernah mempunyai ayah. Semua teman-temannya di sekolah selalu menceritakan tentang ayah mereka, dan Angela hanya bisa mendengarkan. Sekarang jika benar orang di depannya ini mau menjadi ayahnya, ia merasa sangat gembira.
"Papa!!" Ia tersenyum mengucapkannya. Lelaki itu ikut tersenyum.
"Anak baik." 'papa' barunya itu mengacak-acak rambut pendeknya yang bergelombang. "Oh iya, kau juga punya seorang kakak, Angela."
"Kakak?" Angela kembali antusias. Ia juga akan mendapatkan seorang kakak?
"Iya, namanya Rayhan. Ah, itu dia!!" papanya menunjuk ke arah tangga di mana seorang anak laki-laki, bukan...remaja laki-laki sedang menuruni tangga. Dia memakai baju kaus hitam dan ditutupi jaket varsity berwarna senada. Ia memakai topi juga sehingga Angela tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Perawakannya mengingatkan Angela pada Ashton Kutcher.
Angela merasa sedikit kecewa karena berpikir akan mendapatkan seorang kakak seperti Ellen, teman sekelasnya. Ellen memiliki kakak yang hanya berselisih setahun. Ellen kelas lima dan kakaknya kelas enam. Dan kakak Ellen bukan laki-laki, tapi perempuan.
"Rayhan, kebetulan kau turun. Aku ingin mengenalkanmu pada Angela."
Kakak barunya yang tadinya menuruni tangga dengan cepat mulai melambatkan langkah dan menatap Angela.
Angela juga mendongak untuk mengamati wajah kakaknya.
Kakaknya itu memiliki tipe wajah yang ramah, meski sekarang ia mengerutkan alis. Ia mungkin perlu ke tukang cukur rambut sedikit karena beberapa rambut belakangnya agak menjuntai melewati telinga. Matanya sendu dengan alis yang indah. Dan bagian terbaik dari wajahnya adalah hidungnya yang lurus dan tajam. Ia lumayan tampan.
Dan Angela langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Angela memang berusia sepuluh tahun, tapi entah kenapa ia merasa yang ada dalam dirinya bukan anak-anak. Dulu saat tinggal di apartemen, Mamanya selalu membicarakan masalah-masalahnya pada Angela, sehingga Angela lama-kelamaan mengerti kehidupan orang dewasa.
Angela baru akan tersenyum kepada Kakaknya, tapi kata-kata yang diucapkan Kakaknya sungguh membuatnya terguncang.
"Bagus, Pa. Jadi sekarang Papa membawa anak dari wanita jalang itu ke rumah ini?"
"Rayhan, jaga ucapanmu!!" papanya terdengar sangat marah.
"Aku sudah bisa menerima bahwa Papa menceraikan Mama demi wanita itu. Terserah Papa mau menyuruh anak ini tinggal di sini, tapi aku tidak akan menganggapnya ada." Kakaknya melewatinya tanpa menyapanya dan berjalan ke pintu depan.
"Mau kemana, Rayhan?"
"Ada janji bersama Daniel." sahutnya sambil menghilang di balik pintu.
Angela menatap papa barunya lagi. Papanya terlihat menghela napas.
Angela tidak mengerti.
Sekaligus marah...
Mengapa Kakak barunya yang bernama Rayhan itu mengatakan Mamanya wanita jalang, padahal Mamanya wanita terbaik di dunia. Ia mengerti apa arti 'wanita jalang'.
"Jangan dimasukkan ke hati, Angela." Papanya menepuk-nepuk bahunya seakan dapat membaca pikiran Angela. "Kakakmu masih emosi karena perceraianku dengan ibunya. Kumohon jangan membencinya." jelasnya lagi.
Papanya ini begitu baik hati.
Angela tidak tega menyakitinya, sehingga ia mengangguk.
_________________
Masa kini
Enam tahun setelah Angela diadopsi.
"Apa?! Aku harus pulang ke rumah?" Rayhan bertanya dengan nada tak percaya.
Hari ini ayahnya memanggilnya ke kantor. Ayahnya sewaktu-waktu memang memanggilnya untuk suatu kepentingan yang menyangkut pekerjaan, seperti mewakilinya bertemu rekanan bisnis atau meninjau lokasi proyek. Tapi hari ini ia begitu terkejut akan tugas yang diberikannya.
Ayahnya menyuruhnya pulang ke rumah untuk sementara.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, ia tidak pernah menginjakkan kaki lagi di rumahnya. Ia hanya bertemu ayahnya di kantor dan selebihnya pulang ke apartemen yang dibelinya saat lulus kuliah.
Semua hanya karena alasan ia kecewa pada kehidupan keluarganya.
Rayhan tidak mengerti mengapa ayahnya bercerai dari ibunya saat ia lulus SMU, padahal kehidupan mereka baik-baik saja tanpa pertengkaran. Setelah bercerai pun ayah ibunya tetap berkomunikasi dengan baik. Hanya saja, Rayhan terlanjur mengetahui tentang kekasih gelap ayahnya : seorang janda beranak satu yang berprofesi sebagai marketing developer.
Wanita simpanan ayahnya itu akhirnya meninggal karena kecelakaan setahun setelah perceraian itu. Rayhan sempat gembira meskipun itu terdengar begitu jahat. Ia sudah berharap ayahnya akan kembali pada ibunya. Tapi kenyataan yang didapatinya berbeda. Ayahnya tidak kembali rujuk pada ibunya dan malah mengadopsi anak wanita simpanannya itu.
Ia membenci anak itu...entah siapa namanya. Rayhan lupa.
"Papa minta tolong padamu karena Papa tidak sampai hati meninggalkan Angela sendiri meski bersama pengurus rumah."
Ternyata namanya Angela.
Malaikat? heh?
Ayahnya terdiam sebelum melanjutkan kembali. "Papa perlu melakukan suatu perawatan medis ke Singapura, Rayhan."
Rayhan terkejut mendengarnya. "Apakah kau sakit, Pa?" Ia agak cemas.
"Hanya cek medis biasa. Nanti Papa kabarkan hasilnya setelah pulang." ayahnya tersenyum. "Tapi kalau kau keberatan dengan permintaan itu tidak apa-apa. Papa tinggal membatalkan ..."
"Baiklah, Pa. Aku akan pulang. Jangan sampai hanya karena diriku Papa harus membatalkan kepentingan Papa, apalagi jika menyangkut kesehatan." jawab Rayhan dengan pasrah.
"Aku tahu kau pasti tidak akan menolak." ayahnya tersenyum kembali.
Rayhan memutar bola mata. Ayahnya tahu kelemahan hatinya. Meski ia marah pada perceraian itu, ia masih menyayangi kedua orangtuanya.
"Banyak kasus kekerasan dan pembunuhan terjadi akhir-akhir ini, Rayhan. Aku mencemaskan Angela. Dia seorang anak yang terlalu pemberani sehingga membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Selain pemberani ia juga ceroboh, tapi ia gadis yang baik hati dan penyayang..."
"Katakan saja kapan aku harus ada di rumah?" potong Rayhan singkat.
Rayhan tidak ingin mendengar ayahnya memuja anak gadis yang bahkan bukan anak kandungnya itu lebih lama lagi. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai harus mengadopsi anak itu sementara banyak panti asuhan yang cocok untuknya. Jika kasihan, ayahnya bisa menyantuninya setiap bulan selama ada di panti asuhan. Pasti wanita jalang ibu anak itu begitu pintar merayu ayahnya dulu.
Kenapa ia berpikir dengan begitu jahat lagi?
"Tiga hari lagi, Re. Jangan sampai kau lupa." ayahnya menutup pembicaraan dan mulai membicarakan tentang pekerjaan kembali.
_________________
"Kau tidak ingin melihat di luar? Ada acara pelelangan gadis." Daniel menepuk bahu Rayhan yang sedang tertawa bersama Budi dan wanita cantik yang menemani mereka di sofa ruang VVIP klub yang biasa mereka datangi.
"Apa aku tidak salah dengar? Bukankah itu melanggar hukum? Pelelangan gadis termasuk penjualan wanita." Rayhan tercekat mendengar informasi sahabat baiknya, Daniel.
"Santai, Re. Kau sepertinya terlalu serius menanggapi ucapanku. Pelelangan gadis itu hanya acara yang diadakan tim kreatif klub ini. Itu sebenarnya hanya acara perkenalan gadis baru di klub, dan siapa yang menawar tertinggi dia yang berhak kencan dengan gadis itu selama satu malam." sanggah Daniel santai sambil mengambil tempatnya sendiri di sofa.
"Itu sama saja kita menyewa gadis klub. Apa istimewanya?"
"Katanya mereka masih perawan." sahut Daniel santai sambil tidur dan menaikkan kakinya di sofa.
Budi yang ada di sebelah Rayhan tersedak mendengarnya. "Apa-apaan itu?! Tidak mungkin gadis baik-baik bisa ada di tempat ini. Memangnya kita bodoh apa?" Ia langsung tertawa setelahnya. Rayhan dan gadis yang bersama mereka juga ikut tertawa.
"Ya sudah, aku juga tidak berniat ikut acara itu." Daniel menyahut lagi. "Seandainya benar pun aku tidak berselera dengan gadis polos." tambahnya.
"Tapi kau mendekati istrinya Sean, Daniel. Lupa?" Rayhan mengingatkannya.
Daniel memang beberapa kali sempat terlibat masalah dengan Sean, salah satu sahabat mereka juga yang dulunya sering ikut berkumpul di tempat ini tapi jarang terlihat sejak menikah. Daniel entah sengaja atau tidak, sangat suka membuat Sean naik darah dengan tindakannya.
"Kau bodoh, Re. Kalau dia bercerai dengan Sean tentu saja ia bukan gadis polos." Daniel tertawa.
Rayhan dan Budi memutar bola mata mendengarnya.
"Mulai sekarang jangan terlalu banyak mengerjai Sean, Daniel. Istrinya Sean sebentar lagi akan melahirkan. Ia pasti sudah cukup tersiksa." Budi menasehati.
"Kau benar juga, Bud." Daniel tersenyum mendengarnya. "Sean sekarang lebih terlihat seperti pengasuh anak, bukan suami."
Budi ikut tertawa.
"Shit!!!" Rayhan tiba-tiba berdiri dari kursinya. Daniel dan Budi terkejut dan menghentikan tawa mereka.
"Ada apa denganmu, Re? Kau terkejut seperti ibu rumah tangga yang lupa mematikan kompor." celetuk Budi.
"Aku lupa hari ini aku harus jadi pengasuh anak." Rayhan menjawab sambil tergesa-gesa keluar dari pintu klub.
Budi dan Daniel hanya bisa menatap kepergian Rayhan dengan penuh tanda tanya.
_______________
Rayhan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat ia tiba di depan pintu rumah ayahnya.
Sial!! Ia benar-benar lupa harus pulang ke rumah hari ini padahal ia sudah berjanji pada ayahnya.
Ia membunyikan klakson berkali-kali di depan gerbang berharap seseorang muncul membukanya. Kemana security di rumah ayahnya? Pos depannya terlihat kosong.
Lalu security itu muncul--mungkin dia dari toilet-- dan mengetuk kaca mobilnya. Security itu bukan security yang dulu dipekerjakan ayahnya saat ia masih remaja. Rayhan ragu security itu akan mengenali dirinya. "Aku tuan mudamu, Rayhan Pramoedya." Ia menjawab saat security itu bertanya. Rayhan merasa dirinya agak sombong saat mengucapkannya, tapi mau bagaimana lagi?
Security itu tampak menatapnya dengan curiga.
Rayhan makin kesal dengan reaksi security itu. Demi Tuhan, ini rumahnya!! Apa ia harus dicurigai dulu sebelum masuk ke rumahnya sendiri?!
"Tunggu sebentar, Pak. Saya tanya Nona Angela dulu."
Jawaban security itu membuat darah Rayhan menggelegak. Nona? Jadi dia sekarang majikan di rumah ini dan dirinya adalah tamu?!
Rayhan merasa menyesal akan keputusannya untuk tinggal di apartemen selama ini. Seharusnya ia tetap tinggal di rumahnya dan dirinya yang menyingkirkan Angela. Tapi sekarang sudah terlambat.
Security itu menekan tombol dan pintu gerbang terbuka otomatis setelah Rayhan melihatnya berbicara beberapa saat di interkom. Rayhan tidak mempedulikannya lagi dan segera memasuki halaman rumah.
Dan ia semakin geram saat mengetahui pintu depan rumahnya juga terkunci. Jadi ia harus mengetuk pintu sekarang?
Sebelum sempat mengetuk pintu ia mendengar bunyi kunci diputar. Seseorang membukakannya pintu. Mungkin pembantu.
Dan Rayhan terkejut saat pintu dibuka.
Sesosok mahkluk, ralat..wanita. Dengan mata melengkung seperti kucing, rambut panjang bergelombang dan bibir paling sensual yang pernah dilihatnya. Mata kucing wanita itu membesar menatapnya. Wanita itu tiba-tiba memekik senang, lalu memeluknya...
Rayhan tidak mungkin tidak merasakan dua gundukan yang menekan dadanya. Dia pria normal yang menyukai wanita apalagi wanita seperti ini, yang memiliki tubuh seperti Blake Lively dan wajah menggoda ala Megan Fox.
Tapi kata-kata wanita itu selanjutnya membuat hasratnya lenyap seketika.
"Kak Re!! Aku merindukanmu."
Kak Re?
Astaga!! Dia Angela?!
***
Find me :
IG @dian_oline_maulina
FB olin linlinlin
Line olin_linlinlin
Wa/sms 081239627358
Youtube dian molina
My second story, sekuel Sean and Valeria.
24 Mei 2016
Deg2 an..cerita baru soalnya. Vote n komen ya...plis plis #kedip kedip
Seperti Sean adalah seorang tsundere versi pria, maka Rayhan adalah dandere nya. (pencinta anime pasti ngerti, yang ngga ngerti silahkan gugling).
Diriku sungguh gak kreatif, judulnya pakai nama tokohnya melulu, chingu. Abisnya semua judul-judul dah dipake ama penulis wattpad yg ada, jadinya orisinilnya cuma ini.
Awalnya pendek-pendek dulu ya. Nanti uda mendekati part akhir pasti panjang-panjang. Semoga Re n Angel bisa membuat kalian move on sejenak dari Sean n Vale.
xoxo ❤
Follow IG:
dian_oline_maulina
matchamallow_gallery
🌸🌸🌸
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro