Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9 | Unexpected

"Satu hal yang perlu kau ketahui, kekuatan terbesar manusia adalah sebuah ketulusan." —Seishiro Nagi.

✴️✴️✴️

Asap hitam itu memasuki tubuh sang raja, membuat semua orang yang menyaksikannya tercengang. Dengan cepat, para putranya itu membawa ayah mereka ke kamar dan memanggil seorang tabib.

Kondisi raja tidak dapat diartikan. Setelah terjatuh kebelakang, beliau langsung tidak sadarkan diri. Sebagai pemilik kekuatan healer, Nagi langsung menggenggam tangan sang ayah, berusaha menyembuhkan dengan kekuatannya.

Kini sang ratu tengah terisak, ia merasa bersalah karena tidak berhasil melindungi suaminya. Tameng yang ia buat berhasil di tembus asap hitam itu.

Nagi mencoba berkonsentrasi, asap hitam tadi benar-benar bersarang dalam tubuh ayahnya.

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Tidak ada perubahan, tangan Nagi tidak mengeluarkan cahaya apapun. Ia tidak bisa mentransfer kekuatan penyembuhnya pada raja. Seakan hal tersebut tidak bisa diaktifkan.

"Coba sekali lagi," ujar Chigiri pada adiknya.

Nagi menarik nafas, kemudian berkonsentrasi sekuat tenaga—lagi. Sampai tiba-tiba tubuhnya terjembab kebelakang.

"Kenapa, Nagi?" tanya Ratu Anri.

"Ayah menyerangku!"

"Mustahil, dia sedang tidak sadar. Lagipula dia tau itu dirimu, mana mungkin dia bisa menyerang anaknya sendiri."

"Bukan Ayah yang menyerangnya," ujar Rin. Semua tatapan langsung beralih padanya. "Asap hitam itu yang mengendalikanya."

"Untuk apa?" tanya Bachira yang pertanyaan tidak ditanggapi siapapun.

"Mari Nagi, akan kucoba memberimu sugesti agar kau bisa menghindari aliran listrik itu!" seru Rin yang ditanggapi anggukan oleh Nagi.

"Jangan memaksakan diri kalau kamu tidak bisa. Jika itu menyakitkan, lepaskan tanganmu, Nagi!" Chigiri menasihati adiknya.

Nagi menggenggam tangan ayahnya lagi, disusul Rin yang duduk dihadapannya untuk bisa menatap matanya.

Mata Nagi dan Rin sudah bertemu, Rin langsung menyalurkan ilusi bahwa Nagi merupakan seorang healer tingkat tinggi yang kekuatannya sangat hebat. Ia harus bisa menyelamatkan sang ayah dari pengaruh asap hitam itu.

Sekitar setengah menit, cahaya biru itu muncul di tangan Nagi. Nampaknya, sugesti Rin berhasil memengaruhi kekuatannya. Saat cahaya itu merambat ke arah tangan sang raja, tanpa diduga, cahaya itu seperti didorong agar kembali berbalik arah kepada Nagi. Ketegangan menyelimuti semua orang yang tengah menyaksikan hal itu.

Kilatan listrik terlihat mulai bermunculan pada urat-urat sang ayah. Chigiri yang melihat itu langsung mendekati mereka.

"Jika kekuatan ini berbalik, Nagi bisa diserang dengan kekuatan penuh!"

"Maksudmu?" tanya Ratu Anri.

Chigiri langsung menyadari bahwa ayahnya benar-benar menyerang balik kekuatan Nagi, iapun langsung mencoba menghentikan mereka. "Hentikan Rin, ini berbahaya!"

"Nagi! Hentikan," Nagi tidak mungkin bisa mendengar orang-orang disekelilingnya, ia berada di bawah pengaruh Rin untuk tetap berusaha menyalurkan cahaya itu pada ayahnya.

Rin memang selalu nekat sendari dulu, seharusnya mereka memikirkan hal itu sebelum menyetujui usul dari Rin.

Chigiri berkonsentrasi, ia ikut mencoba membantu. Dengan kekuatan bisa menghentikan sesuatu, ia berusaha menahan pergerakan listrik yang kini tengah beradu dengan cahaya Nagi di lengan sang ayah.

"Bagaimana ini? Bachira. Hentikan mereka!" ucap ibunya yang semakin terisak keras.

Bachira menghampiri sang ibu, ia mencoba menenangkannya, membawanya sedikit menjauh dari ranjang.

Gelagar guntur terdengar menyambar keras dalam kamar itu. Nagi, Rin dan Chigiri terpental jauh dari tempatnya. Ratu dan Bachira yang menyaksikan itu berteriak kemudian menghampiri ketiganya.

Kondisi mereka tidak cukup baik, Rin kini tengah terbatuk dengan darah yang mengotori bajunya, Chigiri bersandar pada dinding sambil mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Sedangkan Nagi, ia terlihat terbaring di ujung sana dengan kondisi badannya yang kejang.

Dengan langkah gontai, Chigiri menghampiri Nagi, mencoba menyadarkannya. Setelah berhenti, Nagi tidak sadarkan diri. Chigiri memeriksa keadaannya, syukurlah dia masih bernafas.

"Kamu tidak apa-apa, Kak?" tanya Bachira pada Rin.

Ratu menghampiri Rin juga, memastikan keadaannya baik-baik saja. Chigiri membenarkan posisi Nagi, kemudian bangkit dan berjalan menuju Rin.

Aura kemarahan menguasai anak pertama raja itu, Bachira yang melihat tatapan Chigiri langsung memundurkan diri, ia tahu Chigiri akan memarahi Rin.

Chigiri menarik Rin dengan kasar, memaksa pria yang tengah duduk itu agar berdiri di hadapannya. Rin mengangkat wajahnya di depan Chigiri, tanpa pikir panjang pria sulung itu langsung melontarkan satu pukulan di pipi Rin hingga membuat pria itu terjengkang.

"Adik bodoh!" makinya. "Bagaimana mungkin kamu tidak tahu bahwa sugesti yang kamu berikan pada Nagi bisa berakibat fatal untuknya, karena ia tidak tahu bahwa dalam dunia nyata dia sudah dalam batasnya."

"Cukup Chigiri, mungkin Rin juga tidak tahu keadaannya akan seperti ini," ujar sang ratu sambil mengelus kedua bahu Rin dari belakang.

"Lihatlah Nagi, bagaimana kalau dia mati? Kamu tahu sendiri bagaimana kekuatan Ayah! Meskipun bukan Ayah yang melakukannya tapi kekuatan asap itu mengendalikan semuanya. Kamu tahu kekuatan Nagi berbalik dilawan oleh kekuatan Ayah. MENGAPA KAMU DIAM SAJA, HAH?!" bentaknya pada Rin.

Rin mengelap sudut bibirnya yang robek akibat tinjuan Chigiri. Kemudian menepis tangan sang ibunda yang bertengger di bahunya.

"Aku hanya mencoba membantu, apa itu salah? Lagipula, sebentar lagi dia akan pulih. Dia kan seorang healer. Jangan mengaku healer bila menyembuhkan diri sendiri saja tidak bisa!"

"Kau ..." geram Chigiri sambil menunjuk pada wajah Rin. "Setiap kekuatan itu memiliki batasan, kamu pikir kamu bisa hidup kembali setelah mati? Atau kamu sengaja ingin membunuh Nagi?"

"Cukup Hyoma!" pekik Ratu Shopie. "Rin hanya—"

"Aku tidak butuh pembelaan darimu, Bu. Urusi saja Nagi dan anak sulungmu yang tengah marah-marah ini." Rin melenggang dari sana dan disusul oleh Bachira.

Chigiri mengepalkan tangannya, kemudian menunju dinding yang ada di hadapannya hingga meninggalkan jejak darah segar disana.

"Kak," lirih Nagi yang nampaknya sudah sadar. Chigiri langsung menghampirinya, lalu membantunya berjalan menuju kamarnya.

Tabib baru saja datang, ia memeriksa keadaan Raja Ego. Katanya, asap hitam itu merupakan makhluk jahat yang datang dari hutan belukar di pegunungan terjal perbatasan negara. Tujuannya menyerang raja, yakni ingin menguasai tubuh raja. Raja Ego merupakan seseorang yang tercatat memiliki kekuatan terbesar dari seluruh kerajaan, kilatan listrik dalam kendalinya mampu menghancurkan satu negara sekaligus. Asap hitam yang kini tengah bersemayam dalan tubuh raja hanya perlu menunggu 15 hari sampai jiwa raja benar-benar hilang dari raganya.

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan raja adalah pergi ke hutan itu dan menemukan tubuh asli si pemilik asap hitam. Asap hitam itu merupakan wujud jiwa orang yang berniat mengambil raga Raja Ego. Mendengar itu, Ratu serta keempat anaknya langsung memikirkan rencana untuk pergi ke hutan itu.

"Satu lagi, untuk menemukan raga orang jahat itu. Kalian tidak boleh melibatkan siapapun selain keluarga, contohnya prajurit atau pasukan perang istana. Ini harus murni dijalankan oleh kalian, terutama putra raja. Kalau kalian membawa pasukan, itu hanya akan menambah daftar kematian saja. Karena, dalam hutan itu, hanya manusia-manusia dengan kekuatan khusus yang bisa bertahan hidup di dalamnya." terang Tabib itu pada mereka.

"Kita harus memberitahu Isagi dan kakek nenek kalian mengenai hal ini." ucap Ratu Anri.

"Waktu kita hanya 15 hari?" tanya Nagi untuk meyakinkan.

"Aku akan mengunjungi istana Covus sekarang," kata Chigiri sambil bangkit dari duduknya.

Rin dan Bachira saling berpandangan.

"Tunggu, biar aku dan Bachira yang pergi menyampaikan hal ini pada mereka, dan membawa Isagi pulang." Rin menahan pergerakan sang kakak.

"Lagipula, kalian harus menyusun rencana perjalanan kita. Kalau mengandalkan ku atau Kak Rin, itu akan semakin lama, karena kami tidak ahli soal itu."

"Baiklah, cepat kalian berangkat, hari sudah mulai gelap. Usahakan kembali sebelum pagi karena kita akan memulai perjalanan mulai besok," ujar Chigiri.

Rin dan Bachira mengangguk, kemudian melenggang dari sana.

Semoga 15 hari cukup untuk sampai kesana dan menemukan raga si asap hitam itu.

🔱🔱🔱


• to be continued •

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro