Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8 - Setelah Suka, Lalu Apa? (Yuuna)

Yuuna tahu, saat ini dirinya sangat gugup. Ia juga tahu, saat ini pikirannya hanya dipenuhi oleh lelaki bersurai hitam yang berdiri di depannya. Yuuna juga tahu, setelah pernyataan sukanya tadi, Miya mendadak diam.

Dan satu hal yang sangat ia ketahui adalah; Miya memang tidak pernah suka kepadanya.

Meskipun mereka merupakan teman masa kecil yang dipertemukan kembali ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, perasaan Yuuna tidak pernah berubah. Ia yakin apa yang ia rasakan saat ini bukanlah cinta monyet yang hanya bertahan sebentar saja. Ia yakin, apa yang ia rasakan tak lain dan tak bukan merupakan cinta sejati. Cinta yang tak memandang fisik maupun materi. Melainkan benar-benar tulus dari hatinya.

"Kau menyukaiku?"

Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Miya bersuara. Yuuna kembali menatap lelaki di hadapannya itu. Dan, secara perlahan gadis itu mengangguk dengan wajah memerah. Kemudian, ia membuang pandangannya ke samping. Menghindari manik emerald yang tertuju lurus ke arahnya. Apakah ini pertanda baik bagi Yuuna?

"Maaf, aku tidak bisa menerima perasaanmu."

Bagai disambar petir di siang hari, Yuuna membelalak kaget. Tidak menyangka jika kata-kata seperti itu akan keluar dari bibir lelaki itu. Kini Yuuna menunduk. Menatap pada kedua sepatunya sendiri dan lari dari tatapan milik Miya.

"A-Aku..."

Kata-kata yang sudah ia rancang di dalam kepalanya kini lenyap tak bersisa. Yang justru menciptakan kepahitan di dalam benak Yuuna.

Yuuna sadar, kemungkinan seperti ini memang bisa saja terjadi. Namun, ia tidak menyangka jika akan menjadi seperti ini. Sepahit dan semenyakitkan ini. Seharusnya Yuuna lebih menyiapkan diri. Seharusnya Yuuna pun tahu jika kemungkinan besar yang ia terima hanyalah penolakan.

"A-Aku kembali ke kelas dahulu. Selamat tinggal, Miya-kun," pamitnya.

Yuuna pun pamit undur diri dari sana. Menelan saliva-nya yang terasa pahit dan meninggalkan Miya tepat ketika bel istirahat berakhir.

***

Bagi Yuuna, Miya adalah teman masa kecil yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Teman yang ia pikir akan selalu ada untuknya, menemaninya, bermain bersamanya. Namun, nyatanya Yuuna salah. Tidak ada hubungan seperti itu di antara dirinya dan lelaki bermanik emerald itu. Hanya dirinya saja yang beranggapan demikian.

Bahkan ketika Yuuna pergi karena orang tuanya memilih untuk pindah rumah, Miya tidak pernah mencari. Memang, Yuuna pun tahu Miya bukan tipe orang yang akan seperti itu. Terlebih lelaki itu sering tampak tidak peduli.

Awalnya Yuuna pikir itu hanya ditunjukan kepada orang lain. Dan, lagi-lagi ia salah. Sifat Miya memang seperti itu. Lelaki itu tidak akan pernah peduli kepadanya.

Saat ini Yuuna tahu; ia tidak begitu mengenal Miya.

Yuuna kini duduk termenung di kelasnya. Ia tidak terlalu mendengarkan pelajaran yang diterangkan oleh Sensei di depan kelasnya. Justru gadis itu melemparkan pandangan ke samping, tepat ke arah (Y/n) yang tengah sibuk mencatat materi di papan tulis.

Merasa diperhatikan, (Y/n) pun menoleh. Mendapati Yuuna yang tampak menatap kosong ke arahnya. Menyadari temannya tengah melamun, (Y/n) menepuk bahunya singkat.

"Jangan melamun, Yuuna," bisiknya.

"Eh?"

Yuuna sontak gelagapan dan terkejut. Ia mengalihkan pandangannya fokus ke depan. Tepat setelah itu, nama Yuuna tiba-tiba dipanggil. Ia disuruh untuk membaca materi di buku paketnya. Namun, karena sejak tadi Yuuna memang tidak memperhatikan Sensei-nya, ia pun merasa kebingungan harus membaca di bagian yang mana.

Ketika Yuuna menoleh ke sebelahnya, tepatnya ke arah (Y/n), ternyata gadis itu tengah berusaha memberitahu Yuuna pasal di mana ia harus memulai membaca. Setelah melemparkan tatapan terima kasih ke arah (Y/n), Yuuna pun mulai membaca.

Tentang (Y/n), Yuuna telah bersahabat bersamanya semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Tepat ketika Yuuna pindah ke rumah yang baru. Di sana, ternyata ia pun mendapat teman baru yang bahkan bertahan hingga mereka kelas satu sekolah menengah atas saat ini.

Awal pertemuan mereka adalah ketika (Y/n) melindungi Yuuna dari perundungan. Saat itu, dengan mudahnya (Y/n) menjadi perisai bagi Yuuna, melindungi dirinya dari para pem-bully yang merundungnya. Semenjak saat itu, (Y/n) selalu melindungi Yuuna bak seperti seorang kakak yang melindungi adiknya. Sifatnya yang keras kepala memang sulit untuk diubah kala Yuuna meminta (Y/n) untuk berhenti melindunginya. Namun, nyatanya gadis itu menolak dan terus melindungi Yuuna.

Bahkan hingga saat ini, detik ini pun (Y/n) masih melakukannya.

Selesai membaca, Yuuna kembali duduk dan menatap lurus ke depan. Bukan berarti ia tengah memperhatikan Sensei-nya, melainkan ia sedang menatap ke arah lelaki bersurai hitam yang kini merupakan gilirannya untuk membaca. Lelaki yang sama dengan yang menolak pernyataan cinta Yuuna.

Mengingat hal itu, Yuuna kembali menunduk sedih. Ia merasakan setitik air mata terjatuh ke atas mejanya. Disusul oleh tetesan berikutnya yang segera ia hapus dengan tangannya.

Yuuna tidak boleh menangis saat ini. Tidak di saat ia bersama dengan (Y/n). Bersama dengan gadis yang selalu melindunginya itu. Memang, memang lebih baik jika Yuuna tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Miya. Lebih baik, ia menyimpannya seorang diri sampai suatu saat ia akan lupa dan kemudian akan digantikan oleh orang lain.

Seharusnya memang demikian. Namun, nasi telah menjadi bubur. Semuanya telah terlanjur dan Yuuna hanya bisa menerima semuanya dengan lapang dada.

Karena ia sudah tidak ingin dilindungi terus-menerus oleh (Y/n) lagi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro