Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 - Kejanggalan (Yuuna)

"Miya-kun?"

Yang dipanggil tak menoleh. Masih diam dengan posisi yang sama. Pandangannya tertuju ke arah sneakers putihnya.

"Miya-kun? Ada apa?"

Yuuna menepuk bahu Miya pelan. Berusaha mengalihkan atensi lelaki itu kepadanya. Miya pun akhirnya menoleh dengan heran.

"Ada apa denganmu hari ini? Kau tampak... berbeda," ujar Yuuna pelan.

"Tidak apa-apa," sahut Miya sambil  kembali menatap lurus ke depan. Ia bangkit dari duduknya. Berjalan lebih dulu yang kemudian langsung disusul oleh Yuuna.

Yuuna tahu, ada sesuatu yang tidak beres pada diri Miya. Memang, Miya tidak pernah mengatakan apa-apa padanya. Meskipun kini mereka berpacaran, namun masih ada sesuatu yang janggal. Yuuna masih merasa tak yakin. Terlebih di saat Miya tiba-tiba mendatanginya dan menerima perasaannya.

***

Siang itu, matahari bersinar sangat terik. Padahal saat ini bukanlah musim panas yang notabene berhubungan dengan panasnya sinar matahari. Aneh tapi nyata.

Yuuna tengah bersiap untuk pulang. (Y/n) sudah pulang lebih dulu karena ibunya meminta gadis itu untuk pergi ke supermarket terlebih dahulu. Alhasil, hari ini Yuuna harus pulang seorang diri.

Gadis itu hendak pergi ke luar kelasnya ketika namanya tiba-tiba dipanggil. Sontak Yuuna pun menoleh.

"Yuuna."

Kala Yuuna melihat siapa yang memanggilnya, gadis itu membeku. Mulutnya seketika bungkam melihat Miya yang berdiri di depannya. Wajah lelaki itu kini tampak serius. Seolah ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Ya?" sahut Yuuna tetap berusaha untuk tenang meskipun sangat sulit di saat ia ingin cepat-cepat pergi dari sana. Di dalam hatinya, masih teringat dengan jelas bagaimana penolakan Miya saat itu. Sesuatu yang tak akan bisa ia lupakan meskipun dirinya menginginkannya.

"Ikut aku ke belakang sekolah."

***

Di sinilah Yuuna sekarang. Berada di tempat yang sama ketika ia menerima penolakan yang menohok perasaannya. Sekaligus menorehkan luka yang baru di hatinya bak ribuan jarum tak kasat mata yang tiba-tiba menyerangnya.

Ia pun kembali teringat dengan kejadian itu dan memilih untuk diam. Menunggu Miya berkata lebih dahulu. Toh lelaki itu yang mengajaknya ke sini. Maka Yuuna pun yakin ada sesuatu yang penting untuk ia katakan ataupun lakukan.

"Yuuna."

Yuuna pun mendongak. Menatap lurus ke manik emerald yang kini juga tengah menatapnya.

"Dengarkan aku karena aku hanya akan mengatakannya sekali saja."

Saliva-nya ditelan dengan susah payah. Yuuna sudah siap dengan apapun yang akan Miya katakan pada dirinya. Jika hal itu akan membuatnya merasa senang, maka gadis itu akan bersyukur. Namun, jika sebaliknya, Yuuna sudah siap. Apapun itu yang akan Miya katakan.

"Aku menerima perasaanmu. Jadilah pacarku."

Dunia Yuuna terhenti seketika. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Memastikan jika pendengarannya baik-baik saja dan apa yang Miya katakan tadi adalah kebenaran.

"K-Kau yakin?" tanya Yuuna sangsi.

Anggukan kepala Miya membuat Yuuna merasa terbang ke langit ketujuh. Ia merasa sangat bahagia saat itu juga. Bahkan, jika Miya hanya berpura-pura saja, gadis itu akan tetap memaafkannya. Karena saat ini, ia sangat bahagia.

Berbeda dengan Miya. Bibirnya memang berkata demikian, namun hatinya berkata lain. Ia menerima perasaan Yuuna hanya demi seseorang yang kini memenuhi isi kepalanya.

***

Beberapa hari sejak kejadian itu, Yuuna pun merasa bahagia. Tidak peduli dengan sikap Miya yang aneh dan janggal karena tiba-tiba menerima perasaannya setelah penolakan yang menyakitkan itu. Yang ia pikirkan adalah tentang dirinya dan Miya yang kini tampak bahagia.

Yuuna sudah memberitahu perihal dirinya dan Miya yang telah menjalin hubungan kepada (Y/n). (Y/n) pun sama sekali tidak terkejut. Tetapi, sebuah senyuman justru tercipta di wajahnya.

Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan beberapa hari saja. Nyatanya saat ini Yuuna mulai mencium kejanggalan di antara dirinya dan Miya. Pikirannya di awal-awal tentang keanehan sikap Miya yang tiba-tiba menerima perasaannya mulai kembali muncul ke permukaan. Gadis itu merasa heran dan bingung di saat yang bersamaan.

Saat ini di mana Yuuna dan Miya tengah berjalan beriringan. Lebih tepatnya Yuuna mengikuti langkah Miya yang lebih jauh beberapa langkah di depannya.

Yuuna ingin bertanya lebih lanjut pada Miya. Namun, ia merasa takut. Takut jika ia akan menerima penolakan lagi. Karena meskipun kini Miya menjadi pacarnya di masa sekolah menengah atasnya, nyatanya Yuuna tetap khawatir akan hal itu. Bahkan ia rasa hal itu tetap bisa terjadi kapan saja.

"Miya-kun..." panggil Yuuna ragu.

"Apa? Kau terus memanggilku sejak tadi," ujar Miya datar.

Direspon seperti itu oleh Miya, sontak keraguan Yuuna untuk bertanya menjadi berkali-kali lipat lebih besar daripada yang sebelumnya. Ia pun menunduk, memilin jarinya, dan menatap nanar ke arah flat shoes yang dikenakannya.

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Pada akhirnya, Yuuna pun kembali dibungkam oleh fakta yang ada.

***

Esoknya, Yuuna bertemu dengan (Y/n) di sekolah seperti biasanya. Mereka duduk bersebelahan yang dipisahkan oleh jarak beberapa centimeter.

"Bagaimana kencanmu kemarin?"

Yuuna sontak menoleh terkejut ke arah (Y/n). Dilihat dari wajahnya, Yuuna tahu gadis itu tengah menunggu jawabannya.

"Etto... baik-baik saja," jawab Yuuna yang akhirnya memilih untuk setengah berbohong dan setengah merupakan fakta.

"Ah, syukurlah." (Y/n) tersenyum lega. "Aku khawatir tadi. Jika ada sesuatu, katakan padaku ya!"

Yuuna pun hanya menatapnya. Kemudian, ia mengangguk. Memilih untuk diam daripada mengatakan yang sebenarnya.

***

"Beritahu aku, Miya-kun."

Langit senja menaungi Yuuna dan Miya yang tengah berdiri saling berhadapan di belakang sekolah. Yuuna dengan keraguannya dan Miya dengan keherananya akibat gadis itu tiba-tiba memanggilnya ke sini.

Miya yang tengah berdiri di hadapan Yuuna menaikkan sebelah alisnya. Lelaki itu pun menatap Yuuna lurus. "Apa yang harus kuberitahu padamu?"

Yuuna diam sesaat. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Hatinya sudah siap. Siap dengan apapun yang akan terjadi ke depannya nanti. Apapun yang akan Miya katakan padanya. Juga rasa sakit yang akan ia terima nanti.

"(Y/n)-lah yang memintamu untuk menjadi pacarku, 'kan?"

***

Udah sebulan aku gak update. Ada yang masih nungguin cerita ini? :>

Sksksksk makasih untuk kalian yang masih baca bahkan vomment juga♡(*´ω`*)/♡

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro