#9 Marah
Sohyun menyesali perbuatan lancangnya kemarin. Bagaimana bisa seorang gadis mencumbu seorang laki-laki di tempat umum?
Harusnya dia bisa menjaga sikap. Yoongi pasti menganggapnya gadis 'nakal'. Aahh!! Sohyun sungguh tak bisa tenang. Bagaimana ia meminta maaf pada Yoongi setelah ini?
Melihat wajahnya saja Sohyun mungkin tidak akan sanggup. Sohyun terlalu malu.
"Kenapa jadi gini sih??"
"Aku harus apa??"
"Argghh!"
Sohyun mondar-mandir di depan kelasnya. Daniel yang memperhatikan keanehan Sohyun dari arah kantin, lalu bergerak menghampiri gadis tersebut untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Kau kenapa?"
"Huahh!! Kau muncul tiba-tiba!! Membuatku kaget saja!"
Daniel berdiri membelakangi tubuh Sohyun, dan ketika Sohyun berbalik ia langsung menghantam tubuh Daniel yang kokoh hingga membuatnya terkesiap.
"Maaf.. habisnya kau mondar-mandir nggak jelas. Apa yang terjadi sih? Kau ada masalah?"
"Itu-- aku..??"
Bicarain sama Daniel nggak ya??
Eh.. jangan lah. Yang ada malah tambah malu-maluin..
"Hei!!"
"Kok ngelamun?"
"Eng-nggak... aku.. cuma.. iya!
Aku ada jadwal konsultasi mingguan dengan wali kelasku. Aku gugup."
"Ya ampun, kirain ada apa. Ya udah, nggak usah gugup. Nggak usah tegang. Bawa santai aja. Lagian kau tinggal ungkapkan kesulitan apa saja yang selama ini kau dapati di sekolah. Mudah kan?"
"I..ya. Mudah. Makasih, ya. Aku pergi dulu."
"Pergi?"
"Iya. Konsultasinya... lima menit lagi."
"Baiklah. Semangat!!"
.
.
.
Konsultasi??
Cih. Siapa yang hendak berkonsultasi? Sohyun hanya menghindari Daniel saja sebelum pertanyaan Daniel semakin menyudutkannya.
Saat ini Sohyun bergerak menuju kelas Yoongi. Ia ingin memastikan, apakah Yoongi marah padanya soal kemarin. Sohyun berjalan pelan-pelan mendekati jendela kelas Yoongi, ia sedikit mengintip darisana. Namun, tak terlihat batang hidung Yoongi.
Yoongi tak ada. Begitu pula tasnya.
Kemana Yoongi?
Sohyun berlari menuju ke dalam kelas tersebut dan memang ia tidak salah mengira.
"Kemana Min Yoongi?"
Tanya Sohyun pada salah satu murid di kelas tersebut.
"Sakit."
"Wah.. anak itu bisa sakit juga ya. Padahal kebiasaannya nyakitin orang lain... hiii.."
Sahut teman anak yang ditanyai Sohyun.
Sohyun meluap-luap mendengar orang lain menjelek-jelekkan Yoongi. Ia seakan merasa 'orang-orang disini aneh semua'.
Yoongi hanya manusia biasa, kenapa mereka sampai seperti itu? Mereka seperti tidak memikirkan perasaan Yoongi apabila menangkap langsung omongan sampah mereka.
Tanpa basa-basi, Sohyun tau apa yang harus dia lakukan.
............................
"Wah. Selama ini aku mengunjungimu dari balik pagar, dan aku baru tahu inilah penampakan isi kamarmu, Yoonie."
"Hmm.."
Yoongi terlihat lemas terbaring di atas ranjangnya. Sementara teman kecilnya itu berkeliling memperhatikan detail-datail kamar Yoongi sampai puas.
"Oh! Kau masih menyimpannya?"
Gadis bermarga 'Son' itu membeku di depan jendela kamar Yoongi setelah melihat sebuah dreamcather yang tergantung apik disana.
Saking penasarannya, Wendy mengulurkan tangan untuk meraihnya dari gantungan jendela.
"Aku tidak menyangka kau menyimpan benda ini."
"Ah.. itu.. itu sebenarnya.."
"Yoongi!!!"
Kedua remaja yang berada di dalam kamar itu tertegun ketika tiba-tiba terdengar gebrakan pintu. Pintu terbuka dan menampakkan wajah cantik yang tak asing bagi Min Yoongi.
"S-so-sohyun.."
Yoongi yang tadinya terbaring, langsung bergerak duduk. Ia tampak merapikan bantal dan selimutnya. Kemudian diam.
"Wendy? Kau... disini..juga?"
"Iya. Kenapa?"
"B-bukankah kau mengunjungi saudaramu yang sakit?"
"Iya. Aku mengunjungi seseorang yang sakit. Tapi bukan saudaraku, melainkan orang terpenting dalam hidupku."
Sohyun membisu. Dilihatnya Wendy memegang sebuah benda.
Bukankah itu dreamcatcher yang aku berikan pada Yoongi?
Wendy menyadari arah pandang Sohyun, lalu senyum simpulnya terpasang.
"Bagus kan? Ini adalah benda istimewa yang dulu aku titipkan pada Yoonie sebelum aku pindah ke Kanada. Aku tak mengira kalau Yoonie akan merawatnya sebaik ini."
Kenapa Wendy mengatakan itu darinya?
"Oh. Kau kesini menjenguk Yoonie?"
"Ehm.. i-iya."
"Yoon. Kau tak mau menyuruhnya duduk?"
Yoongi menatap Wendy lalu ke Sohyun bergantian.
"Astaga.. kaku sekali. Kau tak pernah berubah."
Sahut Wendy.
"Masuklah. Duduklah dulu, biar aku yang ambilkan minuman untukmu."
Lanjut Wendy sambil menggandeng tangan Sohyun.
Sohyun pun didudukkan di pinggir ranjang Yoongi. Sementara di sana, Yoongi seperti patung. Freeze . Ia membeku karena teringat kejadian kemarin yang membuatnya seperti ini.
Wendy sudah tak tampak lagi. Kini tinggallah mereka sendirian di dalam kamar.
"Ehm.. Yoon.. aku.. aku mau..."
Yoongi menunggu kelanjutan kalimat Sohyun.
"Kau sakit?", tanya Yoongi.
"Aku? Aku tidak apa. Aku sehat kok."
"Kenapa pipimu merah?"
Mati kau Sohyun.
"En..tahlah. Mungkin karena cuaca yang cukup terik di luar."
"Ngomong-ngomong.. kau.. sakit apa, Yoon?"
"Aku.."
Yoongi tak berani menjawab. Tidak mungkin dia harus mengatakan yang sejujurnya, bahwa badannya kemarin langsung demam setelah mendapat ciuman mendadak dari Sohyun.
"Hanya demam biasa."
Perkataan Yoongi membuat Sohyun lega. Setidaknya ciuman gadis itu tidak membawa penyakit yang parah bagi Yoongi.
"Wendy dekat sekali denganmu.."
Entah terbawa angin apa, Sohyun malah terkena selipan pertanyaan bodoh. Dan dengan mudahnya, kalimat itu terceletuk sehingga mendobrak kuat kebingungan di hati Yoongi.
"Dia teman. Masa kecil.. yah.."
"Sebenarnya..aku dan dia.."
"Minuman sudah siap!"
Wendy menyodorkan segelas jus jeruk segar kepada Sohyun. Sohyun pun mengambilnya meski agak sungkan.
"Yoonie, setelah ini kau harus makan oke? Aku tidak mau kau semakin sakit."
"Aku bisa makan sendiri."
"Tidak. Aku akan menyuapimu. Lagian, Paman kan sudah memintaku untuk menjagamu selama beliau ada shift di rumah sakit. O iya, kau tidak boleh melewatkan obat-obatanmu. Aku tidak mau penyakitmu kambuh dan menyiksa mentalmu."
Obat??
Obat demam ya?
Emang demam bisa bikin kerusakan mental?
Pikir Sohyun.
Sohyun tidak tahu jika Yoongi menderita skizofrenia. Sebab itulah, Sohyun cenderung berani mengambil langkah mendekati Yoongi. Setaunya, apa yang sering teman-teman gosipkan tentang Yoongi hanyalah mitos. Mereka mungkin tidak menyukai Yoongi karena secara fisik wajahnya begitu tampan. Mungkin juga mereka membenci Yoongi sebab ia tak mau bersosialisasi.
Sohyun menyipitkan matanya ketika memperhatikan tangan Wendy mengeluarkan beberapa bungkus pil dari dalam laci.
Tidak mungkin jika hanya demam. Obatnya saja sebanyak itu. Sakit apa Yoongi ini?
Batin Sohyun.
"Tersenyumlah.. biarkan aku melihat senyummu sekali saja untukku."
Sohyun merendahkan posisi gelas yang tadi diangkatnya. Telinga dan matanya kembali fokus mengikuti percakapan Yoongi dan Wendy.
"Ayolah senyum.. Sekalii saja Yoon.."
"Ke-kenapa sih kau ini.."
Yoongi terganggu dengan sikap Wendy yang cukup kekanakan. Sohyun saja melihatnya sudah tidak tahan. Ya, dia tidak tahan ingin menendang gadis itu keluar dari kamar Yoongi.
Sohyun menahan kemarahannya sedari tadi. Ia disana, namun mereka seolah menganggapnya tidak ada.
Dunia milik berdua ya??
Lebih baik aku pergi saja.
"Aku pulang ya. Cepat sembuh Yoon."
Ucap Sohyun datar.
Yoongi yang mendengar Sohyun berpamitan tiba-tiba, lantas tak tinggal diam. Ia berusaha bangkit dari kasurnya. Cepat-cepat ia bertindak sebelum Sohyun benar-benar menjauh. Ia sejujurnya masih ingin melihat wajah imut gadis itu. Kenapa ia malah buru-buru pulang?
Bruk.
Sohyun berbalik setelah menangkap bunyi jatuh yang cukup keras. Tetapi---
"Yoongi!!"
Sohyun sangat khawatir, ia pikir Yoongi jatuh dari ranjangnya.
Memang benar dia jatuh.
Namun,
Yoongi jatuh menimpa Wendy dan bibir mereka bersentuhan.
Sohyun melebarkan matanya. Aish. Itu bukan pemandangan yang seharusnya ia lihat.
Yoongi tidak berbuat apapun, tetapi Wendy...
Gadis itu bermain-main dengan bibir tipis Yoongi. Ini membuat otak Sohyun mendidih.
Bahkan kemarin aku hanya menempelkan bibirku. Wendy--
Sohyun menghentakkan kakinya dan keluar dari kamar Yoongi secara brutal.
Suara pintu terbanting keras pada akhirnya mengembalikan kesadaran Yoongi. Ia bangun dan berusaha mengejar Sohyun yang semakin tak terlihat.
Dia salah paham...
Yoongi telah sampai di halaman depan rumahnya. Tetapi sosok cantik tersebut tidak tampak lagi.
Kau harus membayar semuanya, Yoonie.
To be Contined.
Maaf baru up sekarang. Author sedang tak ada ide. T_T
Butuh disemangatin para readers.
Gomapta..🙏
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro