Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#10 Perubahan


Yoongi celingukan mencari keberadaan gadis bertubuh semampai nan cantik itu. Ia nekat masuk ke kelasnya hingga menimbulkan kekalutan dan kekacauan di sana.

"Dimana Sohyun?"

'Wah.. kenapa monster itu kesini?'

'Siapapun usir diaa!!'

'Aku tidak mau dibunuh di kelas ini. Aku tidak mau mati sekarang.'

'Yaaa!! Kalian itu lelaki apa bukan sih? Cepat usir dia.'

Yoongi menajamkan matanya. Membuat seisi kelas ketakutan. Semua orang menganggapnya monster.

"Aku hanya bertanya, kemana Sohyun?"

Tanyanya lagi dengan nada cukup tinggi.

Oh.. Yoongi yang selama ini diam bersembunyi dibalik kesabarannya rupanya berhasil meluapkan sedikit kejenuhannya pada manusia-manusia keji semacam mereka.

"Aku bukan monster. Tapi aku bisa saja jadi monster jika kalian terus menekanku. Mengerti??"

Yoongi beranjak pergi dari situasi tegang tersebut. Toh percuma saja, kalau dia bertanya tak ada yang mau menjawab. Yang ada malah telinganya panas mendengar olokan demi olokan keluar dari mulut mereka.

'Apa dia baru saja berpidato?'

'Ya Tuhan! Sekarang ia benar-benar jadi monster..'

...............................

Sohyun merenung di area sekitar lapangan. Jangankan berencana, Sohyun pun tidak tahu kenapa kedua kakinya menuntun dia ke arah situ. Ke tempat dimana Yoongi biasa mengistirahatkan tubuhnya.

Hatinya berkecamuk. Ia sangat marah pada Yoongi. Ia menyesal menjenguk lelaki itu kemarin. Ia bahkan sampai rela mengorbankan jam pelajaran berharganya hanya untuk memastikan kesehatan Yoongi. Ketika Sohyun sampai sana, ia begitu dikecewakan dengan kejadian antara Yoongi dan Wendy.

"Hh.. bisa-bisanya dia cuma diam ketika Wendy memperlakukannya seperti itu."

"Kenapa juga.. aku harus kesini. Apa aku sedang merindukan si pucat??"

"Tidak. Tidak mungkin kan?"

"Yoongiiii..... aku membencimu!!"

Sohyun mengeluarkan kejengkelan hatinya dengan memukul-mukulkan tangannya pada sebatang pohon yang tegap berdiri menaunginya dari sinar matahari.

Ia hanya meratapi kursi panjang kesayangan Yoongi. Lelaki itu tak ada disana. Sohyun sangat yakin, Yoongi sekarang pasti sedang bersama Wendy.

Sebenarnya apa hubungan mereka berdua?

Sohyun sangat penasaran. Keduanya terlihat sangat dekat. Membuat Sohyun iri dan merasa kehilangan Yoongi. Yoongi temannya. Iya teman. Tidak lebih.

Jika hanya teman, kenapa Sohyun nekat menciumnya waktu itu?

Sohyun stress memikirkan kelakuannya sendiri.





Tap.








Sohyun baru akan memukulkan tangannya ke pohon itu lagi. Namun seseorang keburu menangkapnya.

"Jangan.. nanti tanganmu terluka. Lihat. Ini sudah memerah.."

"Huh?"

Sohyun terkejut. Dan sekarang terkejut dua kali setelah orang tersebut meniup-niup tangan Sohyun yang terasa panas setelah mengahantam berkali-kali batang pohon yang kasar dan keras.

"Kenapa kau kemarin pergi? Aku masih ingin melihatmu."

Apa?! Aku tidak salah dengar??

"Kau hanya salah paham. Aku tidak berniat.. yah.. kau tahu maksudku. Semua kecelakaan saja."

"Apa kau barusan berbicara padaku Yoon?"

Yoongi.

Sohyun terkesan dengan suara Yoongi yang rendah. Sungguh terdengar seksi di telinganya. Sejauh ini Yoongi berkalimat singkat sehingga Sohyun tidak pernah menyangka kalau suara Yoongi akan semenakjubkan ini.

"Aku bicara padamu. Memangnya kenapa?"

"Kau.. berbeda. Kau biasanya tidak berkata sepanjang itu. Apalagi padaku."

"Ini semua gara-gara kau."

"Gara-gara aku?"

Raut wajah Sohyun terlihat kalang-kabut. Yang benar saja, kenapa Yoongi menyalahkannya? Sohyun tak melakukan apapun yang mengobrak-abrik saraf verbal di bagian otak Yoongi. Sangat tidak masuk akal.

"Lupakan. Kau temanku kan? Jadi jangan pernah lagi tinggalkan aku."

Sohyun tenggelam dalam sorot mata serius yang Yoongi suguhkan. Pipinya terasa panas. Dan jantungnya serasa akan meledak.

Yoongi secara faktual telah berubah. Udara hangat yang menjembatani keduanya saja bisa mendeteksi perubahan besar Min Yoongi. Benar-benar progress yang mengejutkan.

Yoongi mengenggam tangan Sohyun dan membawanya ke lokasi favoritnya. Tentu saja di bangku panjang yang siap sedia menjadi landasan tidur siangnya setiap jam istirahat.

"Yoon,, kau.. baik-baik saja kan?"

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja setelah apa yang kau lakukan padaku."

"Aku?? Apa yang aku lakukan?? Aku tidak--- oh..?!"

Sohyun membulatkan bibirnya. Apa saat ini Yoongi sedang menyinggung masalah ciuman mereka kemarin-kemarin?

"Nah. Kau sudah ingat?"

Yoongi mengarahkan telunjuknya ke bibir sendiri. Dan mengetukkan telunjuk itu dua kali di sana.

"Uhukk.."

Sohyun terbatuk-batuk. Demi apa. Sohyun tercengang pada apa yang Yoongi lakukan.

Apa sekarang yang dia inginkan? Aku harus mengaku 'iya'?? Lalu apa??

"Aku jadi semakin berani hari ini. Seseorang hadir dan memberiku semangat secara tidak langsung."

Kata Yoongi memecah keheningan sejenak di antara mereka.

"Apa yang kau maksud Wendy? Sahabat kecilmu?"

Sohyun memutar malas bola matanya. Ujung-ujungnya pasti Wendy lagi.

"Bukan. Tapi kau."

Sohyun tertawa garing.

"Kau bilang tidak tahu apa itu menggombal. Sekarang yang kau lakukan adalah menggombal, Min Yoongi. Sebaiknya cukup. Aku tidak akan menganggapnya lucu lagi."

"Kau kenapa? Aku serius tapi kau malah memarahiku."

Apa dia Min Yoongi? Kenapa berbeda sekali?

"Aku melihatmu. Melihat ambisi dan nyalimu yang besar dalam mendekatiku."

Lanjut Yoongi.

"Eh.. kau jangan salah paham soal aku mendekatimu."

"Tidak. Aku tidak salah paham. Kau mendekatiku karena kau percaya bahwa aku bukan monster seperti yang mereka pikirkan."

Sohyun mulai tertarik pengakuan dari Min Yoongi tentang betapa berharganya eksistensi Sohyun di sekitarnya.

"Aku selalu diam ketika mereka mengataiku hal-hal yang sangat buruk. Aku bahkan menyerah karena aku yakin, aku tak akan bisa bertahan di lingkungan dimana orang-orang tidak menyukai diriku."

"Dan kau datang. Memberikan tanganmu ini dan memberikan ketersediaanmu sebagai teman."

"Aku pun menjadi semangat setelah beberapa hari ini kau muncul dan menampakkan senyuman tulus yang lama tak kudapatkan dari orang-orang terdekatku. Kau mengubahku. Mengubah pemikiranku. Mengubah kepecundanganku. Sekarang aku jadi percaya diri meskipun aku punya banyak kekurangan dari segi mental."

Sohyun terpukau. Ia menjadi bangga pada dirinya sendiri. Ternyata sebesar itu efek Sohyun berteman dengan Yoongi.

"Kenapa kau diam saja?"

"Jadi sekarang apa? Aku tak tahu harus menyikapi pengakuanmu seperti apa. Aku terharu, Yoon."


"Kita berteman. Bantu aku menjadi normal. Hanya kau yang bisa."

"Membantumu menjadi normal? Kau normal Yoon. Apa kau bercanda?"

"Tidak. Aku tidak normal. Karna itulah mereka menjauhiku."

"Aku pengidap skizofrenia."

"Apa?!"

...............................

Seluruh warga sekolah heran. Melihat Sohyun berjalan beriringan dengan Yoongi bukan hal yang luar biasa lagi, tetapi melihat Yoongi tersenyum dan tertawa di samping Sohyun, membuat mereka berguling keheranan.

Beberapa reaksi keterkejutan tertangkap oleh manik Sohyun. Ada siswa yang minum lalu dimuntahkan tiba-tiba saat senyuman manis Yoongi terekspos. Ada yang berjalan sambil bergurau, tiba-tiba jatuh terpelanting mendengar suara tawa Min Yoongi.

'Hei.. dia tertawa.'

'Kenapa tawanya lucu sekali?'

'Senyumannya juga manis. Ia malah tidak terlihat mengerikan seperti rumor yang sering kuedengar.'

'Dia manusia. Ayolah.. tidak ada monster yang tersenyum semanis itu.'

Sohyun senang mendengar respon positif yang murid-murid bicarakan soal pribadi Yoongi yang sebenarnya manis. Dan tidak seperti monster.

Sohyun semakin mengeratkan jemarinya pada lengan Yoongi dan menuju kembali ke dalam kelasnya setelah Yoongi melambaikan tangan pada Sohyun.

"Sampai jumpa lagi."

Sapa Yoongi sebelum meninggalkan kelas Sohyun.

Sohyun tersenyum bahagia.

...........................

Jam pulang sekolah tiba. Namun tidak seperti biasanya, Sohyun memperhatikan ada kerumunan di depan mading.

Sohyun ikut bergabung disana karena dia juga ingin tahu ada pengumuman apa sampai-sampai kerumumannya sepadat itu.

"Hey.. ada apa?"

Tanya Sohyun pada Daniel.

Ya. Daniel rupanya sudah berada di sana terlebih dahulu dan tentunya mengetahui isi pengumuman yang tertera di mading.

"Sekolah akan mengadakan acara penyambutan siswa baru tahun ini."

"Lalu apa istimewanya?"

"Ya jelas istimewa dong, Hyun. Masalahnya ini pertama kalinya di sekolah kita menggelar pesta penyambutan peserta didik baru."

"Pesta?"

"Iya. Kembang api. Makanan enak. Dresscode. Penampilan menarik. Semua itu adalah pesta yang akan kita hadiri besok malam."

"Wah?!! Serius?? Aku menyesal kenapa tidak dari dulu saja sekolah kita mengadakan pesta penyambutan."

"Yah.. ketua OSIS kita benar-benar futuristik. LET'S GO PARTY!!"

"LET'S GO!"

Sohyun dan Daniel ber-high five ria. Mereka sangat antusias manantikan pesta yang sepertinya akan membantu mereka menuntaskan segala kepenatan yang ada.

Mereka merasa beruntung. Di puncak kedudukan mereka sebagai murid kelas tiga yang baru, mereka masih diberi kesempatan untuk bersenang-senang menikmati pesta yang baru saja digelar esok.

Sohyun pun merasa tidak sabar. Ia sangat ingin mengajak Yoongi ke pesta itu. Yoongi mungkin akan lebih bisa beradaptasi jika dihadapkan dengan situasi pesta.

.

.

.

"Apa? Pesta penyambutan?"

Seru Yoongi hingga membuat telinga Sohyun kesakitan.

"Maksudmu aktivitas bising dan membuang-membuang waktu?"

"Yoongi.. apa sih yang kau pikirkan. Kenapa tidak kau coba dulu?? Katanya kau ingin aku membuatmu merasakan kehidupan normal. Orang normal pada umumnya menyukai pesta. Karena itu menyenangkan. Ayolah ikut.. demi aku lah paling tidak.."

"Tapi Hyun.. aku-"

"Aku akan selalu disampingmu. Tenang saja. Jika kau merasa tidak nyaman.. cukup pegang tanganku seperti ini."

Sohyun pun memegang tangan Yoongi.

"Ikut ya??"

Sohyun mengeluarkan puppy eyes nya.

"Ah.. baiklah-baiklah. Asal kau janji tidak akan meninggalkanku."

"Nah. Gitu dong. Oke!!"

Entah apakah pesta itu membangkitkan kembali jiwa kenormalan Yoongi atau tidak? Tetapi Sohyun akan sangat menantikan penampilan Yoongi ketika menghadiri pesta itu.

Yoongi pasti akan sangat tampan dan bersinar di tengah-tengah keramaian orang. Dan mereka mungkin akan menjadi pasangan yang--- cocok.

Sohyun tersenyun-senyum sendirian membayangkannya.






























To be continued.

Ada yg penasaran sama Yoongi yang menghadiri pesta bakal kayak gimana?

Udah double up ya hari ini.☺

Terima kasih vote nya.

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro