Bab 28
Meer Nash mula tidak senang hati dengan kata - kata yang dilontarkan oleh Rohaila itu. Wajahnya juga mula memerah akibat menahan amarah.
Pandangan tajam kini dipamerkan terhadap Rohaila.
" Apa hak kau nak suruh aku ceraikan isteri aku ? " soal Meer Nash mendatar masih cuba mengawal emosinya.
" Meer..ibu minta kamu cerai kan Laura..untuk kebaikan kamu juga.." rintih Rohaila.
Meer Nash berdecit.
" Apa yang kau suruh tu untuk kebaikan aku ? Heh...kau siapa nak arah - arah aku ? "
" Meer..ibu kan ibu Meer...Ibu lebih tahu apa yang terbaik untuk anak ibu..." kata Rohaila.
Meer Nash mula rasa menyampah dengan setiap kata - kata Rohaila itu.
" Kau amnesia ea ?" soal Meer Nash bernada mengejek.
Rohaila kelihatan terpinga. Tidak mengerti apa yang dimaksudkan anaknya itu.
Meer Nash makin tersenyum sinis.
" Kau tak ada hak lagi untuk atur - atur hidup aku. Kau tak layak nak tentukan dengan siapa untuk aku hidup...kau jangan nak tunjuk seolah - olah kau care sangat dengan aku..aku tak suka..aku menyampah..please be profesional..." kata Meer Nash dengan suara yang ditahan - tahan. Tidak mahu orang - orang di situ juga mendengar perbualan mereka. Pandangan tajam juga yang menikam wajah Rohaila dilemparkan.
Rohaila tersentak dan terdiam. Sungguh tajam kata - kata Meer Nash itu sehingga dapat dirasakan tertusuk terus ke hatinya.
" Meer Nash ! Shoot akan mula kejap lagi ea ! " teriak jurukamera mencelah.
Meer Nash menoleh seketika lalu mengangguk. Setelah itu dia memandang semula ke arah Rohaila.
" Kalau kau cakap yang bukan - bukan lagi pasal rumah tangga aku dengan Laura...aku akan batalkan kontrak dengan D' Hass Hera...lepas tu kau nak saman aku ? Saman lah...aku tak kisah...aku mampu bayar lah..." kata Meer Nash kasar seraya terus bangun meninggalkan Rohaila yang masih tergamam di situ.
Dia tak sangka yang Meer Nash akan berbicara sesinis itu kepadanya. Sedikit sebanyak hati seorang ibu telah terguris. Namun Rohaila mengerti mengapa anaknya sebegitu. Itu semua juga kerana kesalahan dirinya yang dia lakukan di masa lampau.
***
Sesampainya Meer Nash di rumah setelah selesai shootnya hari itu, Meer Nash melihat beberapa kasut asing di luar pintu utama rumahnya.
" Siapa pula yang datang rumah aku ? Laura tak bagitahu apa - apa pun ? " desis hati Meer Nash.
" Kenapa kau tak masuk lagi Meer ? " seolah Azka yang baru mendekati Meer Nash bersama bagasi - bagasi shooting Meer Nash.
Meer Nash memandang Azka seraya membuat isyarat ke arah kasut - kasut di hadapannya.
Azka sedikit terpinga.
" Kita ada tetamu ? Huishh tak pernah - pernah...ehh jap ! Entah - entah wartawan apa ?! " kata Azka meneka.
Terus Meer Nash dan Azka meluru masuk ke dalam. Takut dengan keselamatan Laura.
Sesampai di ruang tamu. Meer Nash dan Azka sedikit terpinga. Eh bukan wartawan yang datang rupanya. Habis tu ?
" Eh awak dah balik ? " soal Laura dengan senyuman lebar.
Kelihatan ada tetamu dua orang juga sedang memandang ke arah Meer Nash.
" Meer dah balik ? " soal Mak Timah.
" Mak ? Abang Dhamin ? " gumam Meer Nash.
Meer Nash mengelap rambutnya yang basah dengan tuala kecil. Dia baru saja selesai mandi tadi. Seketika dia mendekati meja solek yang terletak di suatu sudut.
Meer Nash melihat dirinya di dalam cermin.
Tetiba dia terfikirkan kata - kata Rohaila sewaktu di butik tadi.
" Apa yang dia cuba sampaikan sebenarnya ? " desis hati Meer Nash.
Tok ! Tok !
Meer Nash berpaling ke arah pintu. Beberapa saat selepas itu, terpancul figura Laura. Laura mendekati Meer Nash.
" Dah habis mandi ? " soal Laura mula berhadapan dengan Meer Nash.
Meer Nash memandang wajah Laura lalu mengangguk.
" Jom turun makan..mak dah masak untuk awak..." kata Laura.
Hah berbalik kepada Mak Timah dan abang Dhamin. Diaorang buat apa datang rumah Meer Nash ? Sebenarnya macam ni...setelah saja press confress hari tu, abang Dhamin akhirnya dah menyesal dengan tindakan yang dia lakukan terhadap Laura. Maka disebabkan itu, dia mengajak Mak Timah turut serta denganya untuk datang rumah Meer Nash dan minta maaf pada Laura.
Akhirnya abang Dhamin dan Laura berbaik juga.
" Ermm..awak thanks ea sebab izinkan abang Dhamin dengan mak tidur sini malam ni..." kata Laura bersama senyuman lebar yang tak lekang dari tadi. Bahagia betul nampaknya Laura.
" Sama - sama sayang.." jawab Meer Nash..
Laura senyum..
" Awak siap dulu..nanti turun ea..saya nak tolong mak hidang kejap.." kata Laura seraya ingin berlalu.
Namun dengan pantasnya, Meer Nash menarik pergelangan tangan Laura. Langkah Laura terhenti lalu menoleh ke arah Meer Nash.
" Ya kenapa ? " soal Laura sedikit terpinga.
Zapp !
Meer Nash menarik Laura ke dalam pelukannya.
Laura sedikit tersentak.
Meer Nash memeluk erat tubuh Laura. Melepaskan segala beban yang terasa berat ditanggungnya.
" Kenapa ni ? Ada masalah ke ? " soal Laura sambil mengusap perlahan belakang Meer Nash.
Meer Nash hanya mendiamkan diri sambil dipejamkan matanya.
" Tak apa...nanti kalau nak cerita..cerita dekat saya ya..." pesan Laura.
" Aku takut...takut dengan kata - kata orang...yang bercakap tentang hubungan kita yang tak layak...aku tak faham...kenapa...Aku takut suatu hari nanti akan ada kebenaran yang sememangnya akan menjarakkan kita...Aku harap semua tu takkan berlaku.." monolog sedih Meer Nash hanya terluah di dalam hati.
Laura hanya membiarkan Meer Nash memeluk dirinya tika itu. Dia tahu Meer Nash perlukan kekuatan daripadanya.
***
Sedap dapat makan air tangan seorang mak. Lagi pula, untuk dua tiga hari ni Pak Din tak ada di rumah pulak. Dia balik kampung sekejap.
Setelah selesai makan, Laura membantu Mak Timah mengemas apa yang patut di dapur.
Azka pula sudah naik ke biliknya. Berehat barangkali.
Seketika Meer Nash dan Dhamin pulak mengambil tempat duduk di hadapan kolam renang yang ada di rumah Meer Nash. Mereka mula berborak kosong berdua di situ.
" Meer..abang nak cakap terima kasih sangat - sangat.." kata Dhamin.
" Terima kasih kenapa ? "
" Ya...terima kasih sebab jaga adik abang dengan baik sekali...dan terima kasih juga sebab Meer dah buktikan Laura tak bersalah...Meer memang suami yang terbaik untuk Laura..."kata Dhamin kedengaran penuh penyesalan..
Meer Nash mengangguk kecil.
" Tak apa lah abang Dhamin..lupakan semua yang dah berlalu...kita kena move on..." kata Meer Nash.
Dhamin mengangguk kecil.
" Abang harap Meer dapat bahagiakan Laura ya...dia satu - satunya adik yang abang Dhamin ada..."
" Baik abang..."
" Abang bukan apa...abang cuma nak tengok Laura bahagia dan lupakan segala masa lalu yang ngeri yang pernah dia hadap..." ucap Dhamin.
Meer Nash sedikit terpinga tidak mengerti.
" Maksud abang masa lalu yang ngeri apa ? "
" Meer tak tahu ? Laura tak cerita ke ? " soal Dhamin sedikit terkejut.
Meer Nash menggeleng..
" Oh mungkin dia tak ready kot nak cerita dekat Meer...tak apa..biar abang yang ceritakan..." kata Dhamin.
Meer Nash mula merasakan debaran di dadanya.
" Sebenarnya kami...anak yatim piatu..."
" Anak yatim piatu ? Eh tak mak tu ? " kata Meer Nash sedikit terpinga.
" Mak tu hanya mak angkat kami saja..."
Terkebil - kebil Meer Nash jadinya.
" Mama dengan papa kami...meninggal dalam suatu kejadian...yang kami sendiri pun tak faham masa tu...sebab kami masih kecil..."
" Excident ke abang ? "
Dhamin menggeleng kecil.
" Bukan excident...tapi satu...pembunuhan.."
Tersentak hebat Meer Nash.
Tidak boleh tidur dibuatnya Meer Nash malam itu. Dia masih rasa tak sedap hati setelah mendengarkan cerita abang Dhamin tadi.
Meer Nash mula mengubah posisi dari baring ke bangun sambil tersandar pada kepala katilnya.
Laura kelihatannya sudah tidur dibuai mimpi. Sedikit pun tidak terkesan yang Meer Nash masih bangun dan tidak dapat melelapkan mata.
Masih terngiang - ngiang cerita abang Dhamin tentang kisah sebenar keluarga Laura.
Meer Nash memandang ke arah Laura, seketika dia mula menyelak sedikit rambut Laura yang hampir menutupi wajah itu.
" Tak sangka...Laura yang aku nampak kuat selama ni...pernah lalu benda - benda yang langsung aku tak pernah expect...tapi kenapa bila aku dengar cerita abang Dhamin kan...aku rasa macam familiar sangat..." desis hati Meer Nash.
Lama Meer Nash berfikir namun tiba - tiba kenangan lama hidupnya pula yang mula datang menerjah.
Suatu malam, sedang Meer Nash dibuai mimpi tiba - tiba dia dengar akan satu pertengkaran yang agak kuat...yang amat bingit sehingga mampu menganggu tidurnya.
Sewaktu itu, Meer masih kanak - kanak..tidak mampu berfikir apa - apa namun masih dapat memahami situasi apa yang berlaku.
" Awak dah gila ke hah ? Saya dah tak nak hidup dengan awak ! Awak dah bunuh orang tahu tak ?! "
" Tak ! Dengar dulu apa yang saya nak cakap..saya tak terlibat langsung dengan semua tu ! Memang saya terfikir nak buat tapi saya tak jadi...saya masih fikirkan awak...fikirkan Ameer...." rintih seorang ayah..
" Awak jangan tipu saya lah ! Saya tak sangka awak cuba dapatkan duit dengan cara tu ! "
" Saya tak tipu...sumpah demi Allah..saya tak terlibat langsung...percaya lah...ila.."
Rohaila tersenyum sinis.
" Awak tahu tak selama saya kahwin dengan awak...saya tak pernah langsung rasa hidup mewah ! Saya selalu rasa hidup susah ! Saya benci kehidupan saya dengan awak..Saya tak tahan....saya nak cerai ! "
Disebalik pergaduhan itu, terselit seorang anak yang sedang mendengar dan memerhati di celahan pintu bilik.
" Ayah ? Bunuh orang ? " gumam Meer Nash kecil sewaktu itu.
Tiba - tiba terasa ada tangan mula melingkari di pinggang Meer Nash. Terhapus terus bayangan masa lampau Meer Nash itu. Meer Nash melirih.
Ternyata Laura sedang memeluknya tanpa dia sedar.
" Sa..ya..sayang..awak...Meer..." igau Laura.
" Saya pun sayang awak ...." balas Meer Nash sambil mengusap perlahan kepala Laura.
#Sorry lambat update. Sis tak sempat nak taip. So nahhh new chapter ! Keep vote and comment okay 😍💓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro