Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cp. 29 | Tidak Dapat Diperkirakan

Napasnya mulai tersengal, kedua tangannya yang terkepal terasa begitu dingin. Selama di dunia ini Han Mi sama sekali tak pernah seemosi seperti sekarang. Zhou Heng terdiam, setiap ucapan yang Han Mi lontarkan bagaikan pedang yang menghujam jantungnya.

Dalam diam wanita itu menarik napas panjang sejenak sebelum memutuskan untuk berbicara kembali. Meluapkan seluruh keluh kesahnya yang selama ini tidak pernah ia keluarkan kepada siapa pun.

"Memangnya kau tahu bagaimana kehidupanku di dunia sana? Aku bahkan mengalami penindasan yang teramat parah, dan kau tak akan mampu membayangkannya! Aku sudah bersyukur bahwa aku bisa mati untuk terbebas dari semua penderitaan itu ...," lirih Han Mi seraya menahan punggung yang sedikit terasa sakit akibat dorongan kencang Zhou Heng tadi. Netra birunya terus tertuju pada manik hitam tersebut.

Mata dengan iris berwarna hitamnya membuatku teringat si Zhun Qiang Duyi sialan itu terus! batin Han Mi kesal. Perlahan ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Berdiri dengan kepala yang tiba-riba terasa pusing.

"Aku masih tersadar, dan tak ingin lepas kendali lebih dari ini. Kekuatan milik Hwang Lien Tianba tak dapat dianggap remeh. Kau pasti tahu apa yang akan terjadi jika aku lepas kendali." Han Mi menunjuk ke arah Zhou Heng dengan kesal, "dan juga! Lebih baik sekarang kau mengatakannya kepadaku yang sebenarnya! Sebuah ritual pemanggilan jiwa, aku yakin ada harga mahal yang harus dibayar sebelum ataupun setelahnya. Apa yang kau gunakan sebagai bayarannya?" tanya Han Mi seraya memijat pelipisnya dengan tubuh menyandar pada pilar paviliun.

Pria itu terdiam untuk beberapa saat, kemudian terduduk di atas sebuah batang kayu khusus yang digunakan sebagai kursi di Paviliun tersebut. Tatapannya tertuju pada Han Mi yang masih berdiri tak jauh darinya. Embusan napas terdengar keluar dari bibir Zhou Heng, "Haaah ... baiklah, ucapanmu itu ada benarnya, dan karena ini melibatkanmu juga maka aku akan mengatakan yang sejujurnya."

Tanpa berbicara Han Mi berjalan mendekat dan ikut terduduk di atas batang kayu khusus yang memang digunakan untuk duduk di Paviliun tersebut. Terduduk dengan tenang seraya mengatur napasnya yang masih tersengal akibat cengkeraman kuat pria itu di lehernya beberapa waktu yang lalu.

"Aku adalah seseorang yang sama seperti Lien, memiliki kekuatan sihir. Akan tetapi, ini berbeda dengannya ... kekuatan sihir yang kudapatkan adalah sebuah perjanjian dengan energi kegelapan."

"Bagaimana dengan ritualnya?" tanya Han Mi cepat. Ia tak ingin mendengarkan dari mana pria itu mendapatkan kekuatannya, yang ia inginkan adalah informasi mengenai ritual tersebut yang sampai merenggut nyawa Hwang Lien Tianba. Ia merasa curiga bahwa bayaran besar itu akan bersangkut paut dengan kejadian yang ada di Kekaisaran.

"Aku tak dapat mengatakannya ...," balas Zhou Heng dengan suara pelan.

Mata Han Mi berkilat marah. "Katakan," perintahnya dingin, "aku tak akan mengatakannya kepada siapa pun," lanjut Han Mi tegas.

Hening beberapa saat Zhou Heng pun terlihat sedikit ragu. Namun, di lubuk hatinya yang terdalam ia merasa harus  memberitahukan semua kebenarannya kepada wanita yang duduk diseberangnya saat itu.

Perlahan Zhou Heng mengatur napasnya. "Ritual itu disebut dengan Qiángzhì tuìchū. Ritual pemanggilan jiwa untuk menempati tubuh sang pemanggil, dan jiwa sang empunya tubuh akan hancur kemudian tergantikan dengan jiwa yang telah dipanggil."

"Sama seperti ucapanmu tadi. Untuk melaksanakan ritual itu ada harga yang harus dibayarkan, dan itu tidaklah murah. Sebagai persyaratannya aku harus membunuh sekitar 1000 orang menggunakan serbuk ungu beracun yang terbuat dari tanaman racun Dìyù."

"Tanaman yang hanya tumbuh di bukit Shītǐ duī, merupakan bukit mayat yang tak jauh dari pegunungan Zhou. Tanaman ini ... sama sekali tidak ada yang mengetahuinya kecuali para penganut ilmu sihir kegelapan. Bubuk racun ungu yang telah jadi dapat menyimpan aura manusia sebagai bahan untuk melakukan ritual tersebut," jelas Zhou Heng panjang lebar yang langsung membuat Han Mi tersentak.

"A—apa?" Netra biru itu membelalak terkejut. Ia sungguh tidak percaya bahwa persyaratannya sebesar itu.

"K—kau, ba—bagaimana bisa kau melakukannya!" Han Mi menunjuk-nunjuk Zhou Heng, kemudian memegang kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit kembali.

"Aaah ... sungguh, aku sudah pusing dengan si Zhun Qiang Duyi sialan itu. Lalu sekarang apa lagi?" Tangannya perlahan memijat kepalanya, "apakah kau mengatakan hal ini pada Putri Hwang?" tanya Han Mi curiga.

"Tidak. Aku tidak dapat mengatakannya. Saat itu ia terlihat begitu frustrasi sehingga aku hanya bisa mengabulkan permintaannya supaya ia merasa senang. Sejujurnya ... aku sangat tidak rela ia melakukan ritual itu," jelas Zhou Heng.

Pandangannya tertuju lurus. Menatap pemandangan di kejauhan sana. Membayangkan sekilas kejadiaan saat itu yang berhasil membuat dunianya runtuh.

"Apakah—ssh!" Han Mi langsung mencengkeram kepalanya kuat-kuat seraya menahan tubuhnya yang merunduk di atas meja. Rasa sakit seperti terhantam benda keras kembali muncul di kepalanya.

---------------

"Aku sudah lelah dengan semua ini, Shifu*. Jadi, tolong kabulkanlah permintaan terakhirku. Jika Shifu benar-benar sayang kepadaku, Shifu pasti akan mengabulkannya. Benar, 'kan?"

---------------


"A—ARGH," erang Han Mi seraya terus menekan kepalanya. Merasakan sakit yang teramat dan perlahan terus saja meningkat. Tak hanya berhenti di sana, ingatan demi ingatan kembali muncul seakan begitu nyata hingga menembus kepalanya.

Han Mi bahkan tak percaya bahwa apa yang dilihat dan dengarnya saat itu hanyalah sebuah ingatan milik seseorang. Perasaan sedih, kecewa, marah, putus asa, semuanya bercampur menjadi satu yang pada akhirnya Hwang Lien Tianba tak memikirkan dirinya sendiri. Han Mi pun merasakan hal yang sama. Semua itu bercampur menciptakan rasa sesak dan panas yang sangat membara di dada.


---------------

"Aku dapat melihatnya, dia yang berada di dunia sana. Manusia itu ... ia pasti akan cocok menggantikan posisiku ini. Keinginannya yang tak terkabulkan, kuyakin akan menjadi kenyataan di dunia ini, meskipun itu membutuhkan waktu dan sebuah proses supaya gunung es yang sangat beku itu mencair secara perlahan."

---------------

"Aku telah rela untuk meninggalkan semuanya, Shifu. Aku sudah pasrah dengan keadaanku. Semua ini terasa melelahkan, dan juga ... sejak awal aku memang telah ditakdirkan untuk menjalani kenyataan pahit seperti ini."

---------------

"Aku adalah keturunan dari Klan Hēi'àn. Klan terkutut yang tidak hanya mewarisi gen sempurna berupa wajah rupawan. Namun, juga ilmu sihir dan teknik bela diri yang mumpuni. Akan tetapi, untuk beberapa keluarga besar seperti keluarga ayah kandungku, Wei Xu Shan ...."

---------------

"Fuqin*, dia memiliki kekuatan yang sungguh luar biasa hebat, dan juga tubuh istimewa yang dapat memanggil jiwa lain untuk mendiami tubuh tersebut. Namun, sebagai gantinya jiwa kami akan menghilang dan tubuh kami tetap hidup dengan jiwa lain yang telah kami panggil mendiami tubuh tersebut."

---------------

Tunggu, bukankah ini mirip dengan yang dikatakan Zhou Heng tadi? Jadi, sebetulnya kejadian aku yang terpanggil ke sini itu karena keistimewaan tubuh Hwang Lien Tianba, atau karena ritual yang dilakukan Zhou Heng? batin Han Mi.

"Hey! Ada apa?" Zhou Heng terlihat panik hingga bangkit dari duduknya.

Han Mi yang mendengarnya langsung mengangkat tangannya ke arah depan, memberikan isyarat kepada pria tersebut untuk tetap diam di tempatnya saat ini. "Aku enggak apa-apa," ucap Han Mi yang perlahan mulai menegakkan tubuhnya.

Merasakan sakit yang menghilang seiring berjalannya waktu. Bahkan, kali ini rasanya lebih sakit dari sebelumnya, batin Han Mi. Netra birunya menatap sosok pria yang kini telah kembali duduk di tempatnya semula. "Namaku Jung Han Mi, tolong jangan panggil hay-hey-hay-hey terus. Lama-lama aku muak juga mendengarnya," dengkus Han Mi.

"Hey, kau tahu? Setelah kejadian itu ada beberapa Jenderal yang melihatku muncul di muka umum. Ku kira mereka tidak mengenali wajahku, tetapi ternyata masih sama seperti kala itu. Dahulu, sekitar 100 tahun yang lalu aku telah menjadi buronan Kekaisaran Zhun karena membuat satu desanya menghilang," ujar Zhou Heng seakan tidak peduli dengan apa yang tadi Han Mi ucapkan.

"Sialan. Sudah kubilang aku memiliki nama!" dengkus Han Mi seraya melemparkan sebuah koin perak ke arah kepala pria tersebut menggunakan kekuatan penuh. Namun, dengan mudahnya Zhou Heng menghindar, dan koin tersebut melesat jauh hingga menembus sebuah pohon di belakang sana.

Zhou Heng sama sekali tidak terlihat terganggu dengan apa yang dilakukan Han Mi barusan. Ia masih saja terlihat santai dan melanjutkan ceritanya. "Aku menghilangkan desanya untuk mengambil seluruh energi kehidupan mereka. Kau tahu untuk apa? Sudah pasti itu kulakukan supaya aku dapat menerobos ke tingkat kekuatan yang lebih tinggi. Ilmu sihir yang menggunakan energi kegelapan memerlukan lebih banyak pengorbanan dari yang terlihat. Akan tetapi, aku tidak menggunakan kekuatanku secara sembarangan."

"Aku bahkan enggak memintamu untuk curhat, tapi kau malah nyerocos sendiri." Han Mi hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, kemudian terus mendengarkan cerita selanjutnya.

"Karena telah menjadi orang yang diincar oleh Kekaisaran, pada akhirnya aku bersembunyi di pegunungan tua yang sama sekali tak pernah terjamah oleh manusia dan itu ada di Kekaisaran Wen. Setelahnya, aku memutuskan untuk memberi nama gunung itu seperti nama keluargaku, Zhou, yang kemudian mendirikan perguruan bela diri di tempat tersebut," lanjut Zhou Heng panjang lebar.

Han Mi menyanggah dagunya menggunakan tangan kanan di atas meja.  Kakinya menyilang dengan santainya. "Jadi, dari sanalah kau bertemu dengan Hwang Lien Tianba ya .... Perlahan aku mulai mengerti dengan ceritamu," ucap Han Mi, "akan tetapi, aku enggak menyangka ternyata kau secerewet ini. Ah, ya ampun." Han Mi menggaruk rambutnya yang gatal dengan kesal.

Apa aku cerita padanya saja ya? batin Han Mi sedikit ragu.

"Memangnya apa yang kau harapkan? Aku pendiam? Maaf saja, wajahku memang sudah seperti ini sejak lahir. Tampan dan terlihat penuh karisma." Zhou Heng menyibak sedikit poninya yang panjang ke arah belakang.

"Oh ya Tuhan, satu lagi. Ternyata kau ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang tidak wajar." Dengan kekuatan sedang Han Mi menepuk punggung tangan pria itu yang sedang terdiam di atas meja.

"Apa sih?" sentak Zhou Heng seraya menarik tangannya cepat, mengusap pelan punggung tangan tersebut yang terlihat memerah.

"Kau itu—"

"ZHOU HENG!" Sebuah teriakan dari arah Istana Zihuā membuat Zhou Heng dan Han Mi menengok ke arah sumber suara.

"Oh tidak ...," gumam Han Mi. Bola matanya membelalak terkejut ke arah satu titik di kejauhan sana.

Brak!

Angin berembus kencang. Han Mi langsung terlonjak dan berdiri ke arah belakang. Serangan yang tiba-tiba dari orang tersebut mampu membuat meja di Paviliun hancur seketika tanpa disentuh sedikit pun.

Lagi, Han Mi semakin tak percaya menatap pemandangan di depannya saat itu. Punggung berbalut hanfu hitam-emas yang sangat dikenalnya, berhasil membuat Han Mi mencengkeram kayu pembatas dengan kuat.

"Akhirnya kau muncul juga di hadapan Zhen. Zhou Heng," sindir sang penguasa agung tersebut. Tangannya membuka kipas lipat hitam berlukiskan bunga sakura yang ada digenggamannya dengan santai.

"Ahaha ... sungguh mengejutkan. Di malam purnama seperti ini kau muncul tanpa diundang. Zhun Qiang Duyi." Zhou Heng melangkah mundur dengan waspada saat melihat gerakan tangan Kaisar Zhun yang selalu mengeluarkan jurus secara tiba-tiba.

"Energimu ... sepertinya kau lengah untuk sesaat." Perlahan Kaisar Zhun berjalan santai memutari meja yang telah hancur. Begitu pun dengan Zhou Heng yang melangkah mundur untuk menghindar.

Melihat ketegangan yang tercipta Han Mi bahkan tidak sanggup untuk terlibat di dalamnya. Suasana mencekam ditambah dengan suhu udara yang sangat rendah berhasil membuat bulu kuduk Han Mi meremang.

Si Iblis ini benar-benar dalam mode murka. Tekanan dan aura gelap yang menguar darinya membuatku merasa enggak nyaman! batin Han Mi.

.

.

Bersambung.

Naskah :
Jakarta, 24 Juli 2020.

Publish :
Jakarta, 24 Juli 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro