Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cp. 27 | Perasaan Lelah Berujung Pasrah

Han Mi terus terdiam dengan tangan yang digenggam oleh Kaisar Zhun. Lagi-lagi ia harus merasa diseret seperti seekor kambing. Mengikut kemana pun sang majikan membawanya. "Naik," perintah Kaisar Zhun dingin.

Han Mi menatap manik hitam itu sebentar kemudian berpaling pada kereta kuda yang ada di hadapannya saat itu. "Saya ingin pulang sendiri saja," tolak Han Mi mentah-mentah seraya mencoba untuk melepaskan tangan kanannya yang dalam genggaman Kaisar Zhun.

Kaisar Zhun terdiam untuk sesaat. Tatapannya terus memperhatikan tangan kiri Han Mi yang sedang mencoba untuk melepaskan tangannya. Tidak lama berselang Han Mi terpikirkan untuk menggunakan kekuatannya. Sepertinya listrik kecil itu akan berguna, batin Han Mi. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum tipis.

Zrt!

Seketika itu juga Kaisar Zhun tersentak hingga melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Han Mi. "Aku tak akan tertipu lagi olehmu," tukas Kaisar Zhun cepat yang langsung meraih lengan kiri Han Mi ketika wanita itu ingin berlari darinya.

Argh! Sialan. Han Mi menghentakkan kaki kanannya dengan kesal. Tanpa berbicara ia akhirnya mengikuti tarikan tangan Kaisar Zhun yang membawanya mendekat pada tangga kereta kuda. "Naik sendiri atau kugendong?" Dua pilihan yang sama sekali tidak ada untungnya bagi Han Mi.

"Aku naik sendiri," jawab Han Mi cepat yang kemudian langsung naik ke atas kereta kuda tanpa berbicara sepatah kata pun.

Waktu terus bergulir dan tak terasa kereta kuda telah tiba di pelataran Istana Kekaisaran. Han Mi yang merasa jengkel terus terdiam selama perjalanan. Selama itu pula ia merasa seperti sedang di dalam neraka. Suasana canggung yang amat menyeramkan membuatnya seakan sudah mati sejak tadi.

Belum lagi tingkah laku Kaisar Zhun yang tidak seperti biasanya, sungguh hal itu berhasil membuat Han Mi menjadi lebih waspada dan ingin terus menjauh dari pria bertubuh tinggi itu.

"Li Jianjun," panggil Kaisar Zhun.

"Ya. Bixia?" tanya Jenderal Li yang sudah berdiri di dekat kereta kuda tersebut.

"Zhen menginginkan kalian untuk merahasiakan semua kejadian hari ini." Kaisar Zhun segera bangkit dan melangkah keluar dari kereta kuda tersebut, "jika ada sedikit berita yang tersebar keluar, maka bersiaplah untuk menanggung akibatnya," ancam Kaisar Zhun dengan suara datar yang dapat membuat siapapun bergidik ngeri.

"Hamba mengerti, Bixia Huang di." Jenderal Li segera berlutut seraya memberikan penghormatan kepada sang Kaisar.

Han Mi yang melihat Kaisar Zhun telah turun sempurna segera berdiri dan melangkah keluar dari kereta kuda tersebut. Netra birunya saling berpandangan dengan manik hitam milik pria tersebut.

Spontan kepalanya tertunduk pelan memberikan penghormatan kemudian berbalik setelahnya. Han Mi berniat untuk segera pergi dari sana setidaknya ia ingin merasakan udara bebas tanpa adanya tekanan kuat dari pria tersebut.

Meskipun peluangnya kecil, aku tetap ingin berusaha menjalankan rencana itu ..., batin Han Mi seraya melangkahkan kakinya.

Akan tetapi, Kaisar Zhun yang melihat Han Mi mulai melangkah ke arah sebaliknya segera meraih lengan kanan wanita berbalut Hanfu dengan warna senada dengannya. "Ke mana kau ingin pergi?" tanya Kaisar Zhun menusuk.

Han Mi tersentak, langkahnya seketika terhenti dengan lengan yang tertarik ke arah belakang. "Eeh!" teriaknya tertahan seraya menahan keseimbangan tubuhnya.

"Zhen tidak mengizinkan kau untuk pergi terlebih dulu," ucapnya tepat di hadapan wajah Han Mi, dan setelahnya kejadian yang sangat Han Mi tak inginkan pun kembali terjadi.

Kaisar Zhun menarik paksa lengan Han Mi hingga wanita bertubuh kurus itu mengikutinya sedikit terseok-seok. Kedua matanya pun melotot dengan sempurna menatap tajam punggung berbalut hanfu dengan warna hitam dan merah itu. Rasanya Han Mi benar-benar ingin membunuhnya saat itu juga.

Ah ... aku sudah merasa lelah dengan semua ini. Setelah dipikir-pikir lagi, semua usahaku gagal total. Sekalipun berhasil kenapa pula ia bisa menemukanku. Memang pertemuan yang enggak disengaja sih, tapi semuanya seakan telah diatur sedemikian rupa supaya kami bisa bertemu, ini kan aneh, batin Han Mi.

Wanita itu terus saja terdiam dengan lengan yang digenggam erat oleh Kaisar Zhun. Pemandangan indah yang berada di sekitar mereka terasa begitu hampa. Nyatanya itu tidak dapat menggantikan perasaan galau yang muncul di hati Han Mi sekarang.

Tuhan pun sepertinya memang turut andil dalam semua kejadian. Haah ... aku benar-benar sudah pasrah. Sudahlah, buat kesal saja! Dia mau ngapain pun ya bodo amat. Asalkan si Iblis enggak membunuhku kupikir enggak masalah. Sebanyak apa pun aku berusaha untuk melarikan diri darinya, pada akhirnya aku akan kembali ke dalam sangkar mengerikan ini, 'kan? tanya Han Mi dalam hati. Bibirnya menampilkan senyum getir saat mengingat nasibnya.

Sungguh malang sekali. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Hidupnya selalu saja tidak berjalan sesuai keinginannya, dan itu membuat Han Mi pasrah dengan semua keadaan tersebut. Setidaknya entah kenapa ia merasakan bahwa kehidupannya yang kedua akan lebih baik dari sebelumnya.

Han Mi juga tidak tahu mengapa, tetapi perasaan itu terasa kuat di dalam hatinya. Ia merasa bahwa saat itu akan menemukan kebahagiaan yang diinginkannya, dan sama seperti apa yang diucapkan Hwang Lien Tianba di alam bawah sadar Han Mi kala itu.

Akan tetapi ... yang menjadi permasalahannya adalah Han Mi tidak tahu persis di mana tempat tersebut. Entah di dalam sangkar mengerikan itu atau di luar sana.

***

Langit malam telah terlihat di atas Kekaisaran Zhun. Bergelayut manja dengan bulan purnama yang menghiasinya. Sinar keperakan yang terlihat indah dipandang mata memberikan setitik cahaya dalam kegelapan malam yang sunyi di Istana Kekaisaran.

Tak terasa lima hari telah berlalu begitu cepat. Semua kejadian yang ada di Istana Kekaisaran pun seakan tidak ada habisnya. Satu masalah selesai, muncul masalah yang lainnya. Begitu seterusnya dan sama seperti sekarang Kaisar Zhun terduduk di atas sebuah alas empuk di depan sebuah meja yang ada di tengah kamar peraduannya.

"Bagaimana Shen Gao Manjue?" tanya Kaisar Zhun tanpa mengalihkan pandangan dari gulungan bambu yang sedang ditulisnya.

"Menjawab Bixia, hamba telah melaksanakannya sesuai perintah. Semuanya aman terkendali dan tak ada satu pun yang mencurigainya," jelas Zhang Junda cepat.

"Bagus. Kau berjagalah di sekitar, sepertinya Zhou Heng sudah mulai menampakkan diri," ucap Kaisar Zhun pelan.

"Baik Bixia. Hamba memohon untuk undur diri."

Tanpa berkata apa pun Kaisar Zhun mengangkat tangannya, memberikan sebuah isyarat bahwa Zhang Junda sudah dapat meninggalkan ruangan tersebut.

Dalam sekejap mata, pria muda itu telah menghilang menyisakan embusan angin yang terasa sejuk di tengah malam yang sunyi. Sedangkan di sisi lain. Han Mi terlihat merasa amat bosan. Ia sama sekali tidak dapat tertidur hingga akhirnya memutuskan untuk kelur dari kamar peraduannya.

Semilir angin berembus menerpa tubuh ramping tersebut, rambutnya yang tergerai berterbangan mengikuti arah angin. Di sana terlihat begitu sepi tidak ada satu pun orang yang terlihat. Perlahan Han Mi kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan di sepanjang lorong Istana Zihuā.

Dengan bertelanjang kaki ia menyusuri lantai kayu yang terasa dingin. Kedua matanya menikmati pemandangan dengan cahaya remang-remang yang tersaji di sekitar. Cahaya keemasan yang terpancar dari lentera di sisi lorong dan juga obor yang terpasang di beberapa titik taman terlihat begitu menenangkan jiwa.

"Udara di sini masihlah sangat sejuk dan terasa segar. Sungguh berbeda sekali dengan di sana. Kehidupan malam yang gemerlap dipenuhi asap serta dentuman musik dan suara kendaraan yang memekakkan telinga. Lalu lintas padat juga orang-orang setengah sadar yang berjalan limbung di jalanan. Haah ... itu benar-benar memuakkan, membuat pusing kepala saja," gumam Han Mi.

Langkahnya terhenti tepat di atas sebuah paviliun kecil di tengah-tengah danau. Netra biru miliknya menatap lurus ke atas langit. Menikmati sinar bulan purnama berwarna keperakan yang sangat menyenangkan.

"Saat ini aku masih hidup, tapi tak tahu besok akan jadi seperti apa. Bisa saja saat pagi datang ternyata kepala dan tubuhku sudah terpisah satu sama lain? Argh! Sial, kenapa aku harus masuk ke dunia peperangan yang penuh intrik begini sih? Bagusnya Kaisar Zhun tak memiliki satu selir pun, yaah ... setidaknya itu mengurangi bebanku," lirihnya.

Han Mi mengalihkan pandangannya ke arah danau yang terbentang luas di sekitar, pantulan bulan purnama terlihat begitu nyata di atas permukaan danau tersebut. Perlahan ia terduduk di atas batang kayu khusus yang berada di sana. Tangannya yang bebas terulur masuk ke dalam air danau. "Dingin!" sontak Han Mi menarik tangannya.

"Airnya, kenapa dingin kayak air es? Cuaca di sini memang dingin, tapi bagaimana bisa air danau lebih dingin dari cuaca yang kurasakan?" Tangannya menyentuh dagu kemudian mengusapnya secara perlahan. Sejenak ia memikirkan sesuatu. Cukup lama hingga akhirnya ia menaruh tangannya di atas pagar pembatas yang berada di hadapannya, menyandar disana seraya menangkup kepala dengan satu tangan.

Matanya menatap lurus ke dalam air danau seakan ia dapat melihat isi dari danau tersebut. "Yang kurasakan tadi itu ... perasaan aneh macam apa?" gumamnya lagi.

Semilir angin yang terasa dingin namun sangat menyegarkan tiba-tiba saja berembus menerpa tubuh Han Mi yang berbalut hanfu tidur tipis berwarna biru-putih. Sesosok pria bertubuh tinggi muncul di depan sana bersamaan dengan angin kencang yang kembali berembus. Memberikan sensai aneh untuk Han Mi.

Sosok dengan berbalut jubah biru tua tersebut berdiri tegak di atas permukaan air danau. Wajahnya yang tersembunyi dibalik tudung terlihat begitu misterius. Han Mi yang mendapati pemandangan itu langsung menegakkan tubuhnya. Memandang sosok tersebut dengan penuh waspada.

"Zhou Heng memberikan salam kepada Permaisuri Hwang Lien Tianba," salam pria tersebut tiba-tiba dengan penuh penghormatan. Tangannya terangkat dengan kepala yang tertunduk.

Perlahan pria itu menegakkan tubuhnya, manik hitam tersebut menatap dari balik tudung, tertuju lurus pada Han Mi yang terdiam dengan ekspresi terkejut di dalam paviliun. "Lama tidak berjumpa, Hwang Lien Tianba," sapa sosok tersebut dengan suara lembut ke arah Han Mi.

.

.

Bersambung.

Naskah :
Jakarta, 22 Juli 2020.

Publish :
Jakarta, 22 Juli 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro