Cp. 23 | Kunjungan Langsung
"Salam kepada Tuan Pelanggan, ada keperluan apa Anda ingin bertemu dengan Tabib tua ini?" tanya pria tua itu secara langsung setelah ia sampai di dekat Kaisar Zhun. Matanya sedikit melirik pada Jenderal Li yang tengah berdiri siap di belakang.
Ikat kepala itu ..., batin Tabib Qing.
"Senang bertemu dengan Anda, Tabib Qing." Kaisar Zhun mengangkat tangan kanannya yang terkepal, bertemu dengan telapak tangan kiri tepat ke arah depan dada. Memberikan sebuah salam tanpa membungkuk atau menundukkan kepalanya sama sekali.
"Senang bertemu dengan Anda juga, Daren," balas pria tua yang merupakan Tabib Qing itu dengan tubuh membungkuk.
Kaisar Zhun menurunkan tangannya seraya berkata, "Maksud kedatanganku kemari adalah untuk melihat kondisi anak laki-laki yang tadi siang dibawa ke sini." Tatapan tajamnya tertuju lurus pada Tabib Qing, "dan, ia masih berada di bawah perawatanmu, 'kan?" lanjut Kaisar Zhun dengan santai.
"Benar sekali," jawab Tabib Qing dengan sebuah senyum terukir di wajah, bahkan hingga matanya sedikit terpejam.
Ia mengetahui bahwa aku sedang merawat seorang anak laki-laki ... siapa sebenarnya pria ini? Prajurit yang mengenakan ikat kepala khusus itu, sudah pasti adalah seorang Jenderal, dan sangat berbeda dari yang lainnya. Tidak mungkin jika pria yang berada dihadapanku saat ini adalah ... tidak, itu tidak mungkin terjadi.
"Sebelumnya, jika pria tua ini boleh tahu, hubungan apa yang Anda miliki dengan anak laki-laki tersebut?" tanyanya pelan.
Senyum yang semula mengembang perlahan menghilang tergantikan dengan ekspresi serius, membuat netra hitam yang telah sedikit memutih itu menatap lurus ke arah Kaisar Zhun. Sebuah tekanan yang terasa dari Tabib Qing sebetulnya sama sekali tak berpengaruh apa-apa pada Kaisar Zhun.
"Aku, hanyalah seorang pria yang memiliki kepentingannya sendiri." Perlahan Kaisar Zhun melangkah maju, langkahnya terhenti saat berada di samping kiri Tabib Qing, "yang jelas, aku tak akan membunuh anak tersebut. Segera antarkan aku untuk menemuinya," lanjut Kaisar Zhun dengan suara datar.
Suhu ruangan seketika berubah turun. Terasa sedikit dingin dengan adanya sebuah tekanan yang membuat siapa pun menjadi merasa tak nyaman. Tak lain adalah Tabib Qing yang terdiam seketika. Suasana yang semula mencair kini terasa begitu tegang dan mencekam untuk Tabib Qing. Dengan susah payah ia mencoba untuk berbicara senormal mungkin.
"Mari saya antarkan Anda untuk melihat kondisinya," ucap Tabib Qing tanpa perlawanan. Tubuhnya membungkuk sopan sebelum berbalik.
Pria muda yang merupakan salah satu muridnya terlihat berdiri dalam kebingungan di sebelah kanan Tabib Qing. Bukankah pria yang membawa anak tersebut kemari telah meminta tolong untuk tidak membiarkan siapa pun menjenguknya? Kenapa guru membiarkan pria asing ini menemuinya? batin murid Tabib Qing. Ia mengikuti langkah gurunya dengan sedikit resah.
Jenderal Li yang melihat hal tersebut mulai mengawal Kaisar Zhun dengan sigap. Berjalan dalam diam mengikutinya dari belakang. Ia berusaha untuk tidak memedulikan aura menyesakkan yang mulai muncul dari arah sang Kaisar.
Bixia mulai lagi. Haaah ... bendera perang telah dikibarkan. Jadi, yasudahlah lebih baik aku diam saja, batin Jenderal Li. Perlahan ia melirik ke arah pria muda yang berjalan di sebelahnya. Terlihat sedikit resah dengan meremas jari-jemarinya. Ada yang aneh di sini, batin Jenderal Li lagi seraya terus melangkahkan kakinya melewati beberapa lorong. Mengikuti kemana Tabib Qing dan Kaisarnya melangkah.
Sebuah bangunan terpisah yang cukup bagus dan terawat terlihat di hadapan mereka. Pria tua itu menggeser pintu kayu tersebut secara perlahan hingga menimbulkan suara derit kayu yang saling bergesek. "Silakan masuk, Tuan," kata Tabib Qing yang kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam bangunan tersebut.
Kaisar Zhun terlihat mengikuti kemana Tabib Qing berjalan. Begitu pun dengan Jenderal Li yang berada di belakangnya. Kakinya perlahan berjalan memasuki bangunan tersebut. Namun, tiba-tiba saja langkah Jenderal Li terhenti. Netra cokelat itu menatap ke arah lengan kirinya dengan tatapan bingung.
Sebuah tangan terlihat menggenggam lengan kirinya. Perlahan Jenderal Li berbalik, tanpa berkata apa pun ia mengalihkan pandangannya ke arah wajah pria muda yang berdiri di belakangnya seraya meminta penjelasan.
Pria muda itu segera melepaskan genggamannya dengan cepat seraya berkata, "Saya memohon maaf, tapi ... Anda salah satu orang dari Kekaisaran, 'kan?" tanyanya dengan suara kecil. Tatapannya tertuju lurus pada Jenderal Li.
"Apa maksud Anda?" tanya Jenderal Li balik. Tubuhnya berdiri tegap seraya menarik sedikit zhaoshan* miliknya yang tadi tersingkap, menutupi moan* yang berada di pinggang sebelah kirinya.
"Ikat kepala yang Anda gunakan, saya tahu bahwa Anda adalah seorang Jenderal khusus dari Istana Kekaisaran," jelas murid Tabib Qing tersebut, yang langsung membuat Jenderal Li memijat pelipisnya pelan.
"Jadi, apa yang ingin Anda katakan?" tanya Jenderal Li yang pada akhirnya pasrah. Ia tak mungkin berbohong, bukti kuat telah berada di depan mata. Menyangkalnya pun juga percuma.
Siapa pula yang tak tahu dengan ikat kepala khusus seperti ini? Ingin kulepaskan, tapi ikat kepala ini adalah sebuah harga diri milik seorang prajurit. Ingin ku lapis, tapi aku tak membawa ikat kepala yang lainnya. ARGH! Sialan, seandainya saja tadi si sialan itu tidak meminta terburu-buru ..., batin Jenderal Li. Sedikit kesal ia berdecak, lalu menatap pria tersebut.
"A—Anda ... tak berniat akan menangkap anak laki-laki tersebut, kan?" Suara Tabib Junior tersebut terdengar sedikit bergetar. Jenderal Li menghentikan tangannya yang sedang memijat pelipis. Tubuhnya sedikit berdiri menyerong dengan tatapan tertuju lurus pada Kaisar Zhun yang sedang berjalan di depan sana.
"Saya tidak tahu, tergantung keputusan dari Tuan Agung," balas Jenderal Li seraya menurunkan tangan kanannya. "Saya hanya menjalankan perintah," lanjut Jenderal Li. Manik cokelat itu beralih menatap pria muda yang kini berada di hadapannya.
"Seorang pria yang membawanya telah berpesan kepada saya. Jadi, saya memohon kepada Tuan untuk tidak melukai mereka. Dua bocah itu ... sudah tak memiliki siapa pun lagi di sini," jelas Pria tersebut.
"Saya tak dapat berjanji, karena saya hanyalah seorang bawahan dan akan mematuhi setiap perintah dari atasan." Jenderal Li menatap lurus pada Tabib Junior tersebut, "jika sudah tidak ada yang ingin Anda sampaikan, saya permisi." Jenderal Li menunduk untuk memberikan sebuah salam, kemudian segera berbalik.
Kakinya yang ingin melangkah seketika ia urungkan. "Ah ... mungkin, sekiranya Anda dapat merahasiakan percakapan kita barusan?" tanya Jenderal Li tanpa menoleh sedikitpun.
"Baik, terima kasih Anda telah memberikan saya waktu untuk berbicara," balas Tabib Junior tersebut dengan sopan. Setelahnya Jenderal Li terlihat melangkahkan kakinya secara cepat, menjauh dari murid Tabib Qing yang sedang menutup pintu bangunan ini secara perlahan.
Embusan napas lega keluar begitu saja dari Jenderal Li saat melihat sang Kaisar yang masih berjalan dan belum sampai di tempat tujuan. Walaupun beberapa saat yang lalu ia sempat tersasar.
Ini gila, bangunan hanya sebesar ini saja banyak sekali lorongnya, batin Jenderal Li. Ia sedikit menyeka keringat yang keluar membasahi pelipisnya.
"Kita telah sampai Tuan," kata Tabib Qing yang kemudian membuka pintu kayu di hadapannya.
Suasana tenang dan sepi menandakan bahwa tak ada pergerakan sama sekali di ruangan itu. Jendela yang terlihat terbuka dengan pencahayaan ruangan serta sirkulasi udara yang cukup baik menyambut mereka.
Kaisar Zhun melangkah masuk mengikuti Tabib Qing, berdiri tepat di sebelahnya. Netra hitam itu langsung tertuju lurus pada sesosok tubuh kecil yang tengah terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur. Tubuhnya terbalut perban di beberapa bagian seperti tangan dan kaki. Bahkan ada sebuah luka lebam yang cukup besar pada bagian perut.
Perlahan, Kaisar Zhun berjalan mendekat ke arah sosok anak tersebut dengan ekspresi wajah yang sama sekali tak berubah. Dia benar-benar telah berani menantangku. Maka sambutlah ajalmu itu Shen Gao Manjue, batin Kaisar Zhun. "Bagaimana keadaannya saat ini?" Kaisar Zhun mendekat ke arah tubuh yang terbaring tak berdaya itu.
"Kondisinya saat ini ... masih sedikit mengkhawatirkan. Meskipun masa kritisnya telah lewat, tetapi ia harus berada di bawah perawatan yang ketat."
"Apakah ada masalah yang lainnya terkait kesehatan anak ini sebelumnya?"
"Tidak ada, anak ini tak memiliki penyakit bawaan dari lahir. Yang terjadi saat ini, semuanya adalah luka baru."
Hening untuk beberapa saat, Kaisar Zhun sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah depan, melihat setiap jengkal luka yang terdapat di tubuh anak laki-laki tersebut.
"Berapa lama lagi ia akan tersadar?" tanya Kaisar Zhun seraya meraba pelan sebuah luka lebam yang cukup besar pada bagian perut. Shen Gao Manjue, apa yang sebenarnya kau lakukan?! geram Kaisar Zhun dalam hati.
"Dalam kondisi seperti ini ... pasien biasanya akan tersadar dalam waktu setengah hari atau bahkan sampai satu hari. Tergantung dari proses penyembuhan yang dimiliki tubuh anak ini. Setiap manusia memiliki daya tahan tubuh dan kemampuan memulihkan diri yang berbeda-beda, Tuan."
"Apakah ada lagi yang ingin tuan tanyakan?" tanya Tabib Qing secara hati-hati. Kakinya perlahan berjalan mendekat ke arah Kaisar Zhun. Sebenarnya, apa hubungan tuan ini dengan anak laki-laki itu ..., batin Tabib Qing.
"Bagaimana dengan anak yang satunya?" Kaisar Zhun berbalik ke arah Tabib Qing, menatap pria tua itu dengan intens.
"Satunya ... lagi?" Tabib Qing menggaruk pipinya, terlihat berpikir sejenak untuk mencerna maksud dari pria dewasa bertubuh tinggi yang berada di sampingnya.
"Ah! Mungkin, maksud Anda adalah adik dari anak ini? Dia sedang pergi ke luar bersama seorang pria muda yang mengantarkan anak ini kemari," lanjut Tabib Qing seraya menurunkan tangannya.
Kaisar Zhun terlihat seperti tak peduli dengan apa yang telah dikatakan oleh Tabib Qing. Kakinya melangkah mendekat pada sebuah jendela bulat berukuran sedang yang berada di sebelah kirinya.
"Pria muda, ya ...," gumam Kaisar Zhun, tatapan matanya tertuju lurus pada hamparan rumput luas di luar sana.
.
.
Bersambung.
Glosarium :
* Zhaoshan : Lapisan ketiga dalam set busana hanfu. Bersifat opsional, seperti mantel yang terbuka di bagian depan.
* Moan : sebuah batu giok berbentuk bulat sedang berwarna (Merah, ungu, biru, hijau, ataupun coklat. Setiap warna mewakili satu keluarga bangsawan) dengan bagian tengah yang bolong seperti cincin dan terdapat rumbaian tali berwarna sepanjang 10 cm, yang menunjukkan tingkat kedudukan seorang bangsawan. Moan biasanya dipasang pada sabuk yang mililit di bagian pinggang. Posisinya di gantungkan pada pinggang sisi kiri depan. (Fiktif)
.
.
Naskah :
Banjarnegara, 18 Juli 2020.
Publish :
Banjarnegara, 18 Juli 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro