Cp. 21 | Ibu Kota Rongyu II
Netra biru itu menatap waspada ke arah musuh-musuhnya. Tangan kanan yang sedang menggenggam sebuah pedang pendek ia sampirkan kembali pada sarungnya tepat di belakang pinggang. "Sudahlah, aku tak ingin berkelahi. Lagi pula, lebih baik kau lepaskan saja anak ini." Dengan tampilannya yang terlihat seperti seorang tuan muda dari keturunan bangsawan tinggi, Han Mi berdiri seraya menautkan kedua tangannya di belakang pinggang.
Hari ini ia sangat berharap supaya tidak mendapatkan masalah sama sekali. Namun, apa ini? Baru saja berhasil keluar dari Istana Kekaisaran, tetapi sebuah masalah sudah menghampirinya dengan seenak jidat. Dalam hati ia juga sangat berharap semoga Kaisar Zhun tak mengetahui kepergiannya secara diam-diam itu.
"Kalian! Cepat bunuh pria itu!" Shen Gao terlihat begitu murka. Tangan kanannya menggenggam kipas dengan sangat erat seraya menunjuk-nunjuk ke arah Han Mi, "kau pikir kau siapa? Beraninya menyuruhku seperti itu!" geram Shen Gao.
"Haaah ...," embusan napas kasar terdengar dari Han Mi, "kalau begitu ... tak akan kubiarkan kau membunuhku semudah itu. Aku juga tak akan bertanggung jawab dengan hasil akhirnya—" Tiba-tiba saja, prajurit yang mengelilinginya itu menyerang dengan satu gerakan menghunus pedang ke arah Han Mi. Suara pedang yang saling beradu terdengar sedikit memekakkan telinga. Han Mi mencoba untuk menangkis dan menghindar sebisanya.
Di rasa memiliki sedikit peluang, ia segera melompat ke atas dan menaiki salah satu pundak prajurit di sana sebagai tumpuan. Walaupun Han Mi hanya berlatih dalam 3 hari saja, kini ia sudah mulai terbiasa. Hal itu dikarenakan sebelum Han Mi mendiami tubuh tersebut, Hwang Lien Tianba memanglah seseorang yang rajin berlatih ilmu bela diri. Itulah mengapa sekarang Han Mi tak memiliki kesulitan dengan fisik tersebut.
"Hey, hey. Aku bahkan belum meyelesaikan kata-kataku," ucap Han Mi jengkel dengan suara pelan tepat di hadapan Shen Gao. Kepalanya sedikit ia majukan ke arah depan. Tak memedulikan bahwa pria yang berada di hadapannya saat itu sedang terkejut bukan main.
"Aku sudah mengatakannya sejak awal kepadamu. Aku tak akan bertanggung jawab dengan hasil akhirnya," lanjut Han Mi menatap wajah pria di depannya dengan malas.
"Da—dasar p—pria rendahan ini! Menjauhlah dariku! Hey! Kalian semua, cepat lakukan apa yang kuperintahkan!" seru Shen Gao terburu seraya melangkah mundur.
Han Mi yang mendengar langkah kaki berlari ke arahnya segera berbalik dengan tangan kanan menarik pedang panjang yang tersampir di pinggang kirinya, kemudian menangkis setiap serangan yang datang ke arahnya.
Pedang milik si prajurit yang terlihat mengilap saat terkena sinar matahari langsung membuat Han Mi menyipitkan matanya. Ia segera melompat ke belakang saat ada sebuah ayunan pedang dari arah samping. Ah! Ternyata ini lumayan juga, tapi ... aku harus menyelesaikannya secepat mungkin. Kalau tidak nanti kesempatanku di sini habis hanya untuk mengurus si Shen Gao Manjue sialan ini. ARGH! batin Han Mi.
Han Mi yang terus menangkis serangan tersebut, terlihat mulai kewalahan. Hingga akhirnya ia teringat akan sebuah jurus berpedang yang sudah ia pelajari selama 3 hari berturut-turut di Paviliun Piānlín. Han Mi langsung melompat mundur untuk menjauh, kemudian berusaha memfokuskan pikirannya. Mempersiapkan kuda-kuda seraya menarik napas panjang untuk sesaat.
Dengan gerakan secepat kilat, gadis tersebut segera menerjang musuh yang berada di hadapannya. Menghunus dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan yang terlihat seperti sedang menari, tetapi mematikan.
Setelah mengeluarkan jurus berpedang milik Hwang Lien Tianba, pada akhirnya Han Mi berhasil mengalahkan lima prajurit tersebut sekaligus tanpa ada yang dapat bangkit kembali. Meskipun seperti itu, bukan berarti mereka semua telah mati. Prajurit tersebut hanyalah tak sadarkan diri. Han Mi tak berani untuk membunuh orang, sehingga ia tidak mengincar titik vital mereka.
Kakinya melangkah mendekat pada anak laki-laki yang kini terkapar tak berdaya di atas tanah. Matanya meneliti anak tersebut dengan cepat seraya membopongnya. "Sudah kan?" tanya Han Mi ke arah Shen Gao tanpa minat.
"KA—KAU." Pria bertubuh ramping itu menunjuk-nunjuk Han Mi menggunakan kipasnya dengan penuh emosi. Pria muda ini, sebenarnya siapa dia?! Sial sekali! batin Shen Gao Manjue.
"Ap—kau ingin membawa bocah itu ke mana?! Taruh dia di hadapanku segera. Aku belum—"
Sebuah kunai berukuran kecil tiba-tiba saja meluncur dengan sangat cepat ke arah sisi kanan Shen Gao, mendarat tepat di dinding belakangnya. "ARGH." Darah segar mulai terlihat keluar dari sebuah luka gores cukup dalam yang ditimbulkan kunai tersebut.
"Aku sudah mengatakannya sejak awal, jadi tak usah banyak protes." Potong Han Mi dengan sarkas seraya berbalik dan berjalan keluar dari kerumunan tanpa memedulikan Shen Gao Manjue yang sedang murka di belakang sana.
Seorang anak lelaki yang terlihat lebih muda dari anak dalam gendongan Han Mi tiba-tiba saja berlari mendekat ke arahnya dengan berlinang air mata. "GEGE!" serunya, yang kemudian menggenggam tangan anak laki-laki yang berada dalam gendongan Han Mi.
"Gege! Aku takut, kumohon bangunlah! Aku enggak mau sendirian di sini," ucapnya dengan tangis sesenggukkan, isak tangisnya perlahan mulai mereda saat melihat genggaman tangannya terbalaskan oleh si kakak.
"Kamu tenang saja, Kakakmu masih dapat diselamatkan," kata Han Mi dengan sebuah senyuman.
"Benarkah? Lao ge enggak akan sakit lagi, kan? Lao ge masih bisa main sama aku seperti sebelumnya, 'kan? Lao ge enggak akan pergi ninggalin aku, kan? Paman?" Tatapannya seketika melemah, wajahnya yang berlinang penuh air mata membuat hati Han Mi terasa nyeri.
Apa mereka hanya tinggal berdua saja? Han Mi menatap anak laki-laki itu dengan lembut. "Iya, kakakmu akan baik-baik saja. Yuk, ikut Paman ke rumah Tabib di sana, bagaimana?" tanya Han Mi pelan dengan sebuah senyum hangat yang masih menghiasi wajahnya.
Tanpa berkata apa pun, anak laki-laki tersebut menganggukkan kepalanya secara cepat, menandakan bahwa ia setuju dengan tawaran yang diajukan oleh Han Mi barusan.
"Baiklah, ayo kita berangkat. Lebih cepat akan lebih baik, 'kan?" katanya, yang kemudian berjalan beriringan dengan adik dari anak lelaki yang berada dalam gendongannya saat ini.
***
Seorang prajurit mengenakan jubah bertudung warna hitam tiba-tiba saja muncul dan segera berlutut memberikan penghormatan kepada tuannya. "Hormat kepada Daren*. Saya datang untuk melapor!" Suaranya terdengar menggema di ruang bawah tanah.
"Katakan," ucap seorang pria yang mengenakan hanfu berwarna putih. Berdiri membelakangi prajurit bayangan yang baru saja datang.
"Saya melihat seorang pria muda dengan ketampanan dan kecantikan yang sangat berbeda dari biasanya. Seperti ...."
Langkah pria ber-hanfu putih itu seketika terhenti, netra sebening batu zamrud tertuju lurus pada sebuah denah berukuran besar yang terpasang di dinding gua. Terkena cahaya lentera yang terasa lembut. "Apakah kali ini kau yakin?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.
"Saya yakin, Daren. Di Kekaisaran Zhun sendiri, tak ada yang memiliki gen fisik sempurna seperti itu. Terkecuali ... dia adalah keturunan murni dari Keluarga Kekaisaran, atau ... klan Hēi'àn," balas prajurit bayangan tersebut dengan yakin.
"...." Hening beberapa saat hingga si prajurit bayangan tersebut kembali membuka bibirnya, melanjutkan laporannya yang belum terselesaikan.
"Pria tersebut sedang berada di Ibu Kota Rongyu. Saya melihatnya saat sedang berpatroli. Pria tersebut menolong seorang anak laki-laki yang tertangkap telah mencuri barang milik Shen Gao Manjue. Untuk saat ini ia sedang membawa anak laki-laki tersebut ke rumah seorang Tabib terkenal di Ibu Kota."
Pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam terikat setengah dan kepangan rambut kecil khas yang berada di sisi kanan-kiri wajah, membuatnya terlihat begitu kental bahwa ia bukanlah orang dari Kekaisaran tersebut.
Tubuhnya berbalik, menatap ke arah bawahannya dengan tajam. "Tunjukkan jalannya," ucap pria tersebut seraya mengenakan jubah bertudung dengan warna biru tua yang tersampir pada kursi kayu di dekat dinding. Kakinya pun melangkah lebar secara tergesa, kemudian menghilang dalam sekejap mata, meninggalkan ruang bawah tanah tersebut diikuti prajurit bayangan miliknya.
.
.
Bersambung.
Glosarium :
*Gege : Kakak/Kakak Laki-laki.
*Daren : Tuan, menyebut seorang pria yang lebih tua dan dipandang sangat terhormat/pejabat. Biasanya digunakan untuk memanggil suami dari furen.
.
.
Naskah :
Jakarta, 15 Juli 2020
Publish :
Jakarta, 15 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro