Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cp. 20 | Ibu Kota Rongyu

Terik matahari masih menampakkan keceriaannya di atas Ibu Kota Rongyu yang begitu indah. Berbagai macam aktifitas masyarakat di luar tembok Istana Kekaisaran, orang-orang berpakaian tradisional zaman dahulu yang terlihat indah dengan berbagai macam warna dan aksesoris kuno menghiasi seluruh tubuh, tidak membuat Han Mi bosan sama sekali untuk terus melihatnya selama apa pun. Rasanya menarik, pikir Han Mi.

Setelah kedatangannya ke dunia itu Han Mi selalu saja harus berada di dalam Istana Kekaisaran. Terkekang bagai burung dalam sangkar, dan hal tersebut terasa menyeramkan. Belum lagi ia selalu bertemu dengan Kaisar Zhun yang membuatnya merasa frustrasi. Niat hati ingin menghindar, tetapi kenapa malah bertemu terus?

Dengan santainya Han Mi melangkah di jalanan Ibu kota Rongyu. kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum menawan, hatinya merasa gembira. Tangan kananya mengambil satu butir manisan buah berbentuk kotak-kotak kecil dari dalam bungkusan di tangan kiri, kemudian memasukkan manisan tersebut dengan santainya ke dalam mulut.

"Hhm ... ternyata ini lumayan enak juga." Mulutnya terus mengunyah secara perlahan, meresapi rasa manis dan sedikit asam yang ia rasakan di lidah.

"Silakan kainnya, hanya 3 koin perak! Banyak macam warna untuk para wanita. Untuk pria juga ada! Silakan tuan ... ayo silakan ... apakah Anda ingin membelinya?"

Han Mi menatap ke arah kirinya, di mana berdiri seorang pedagang wanita yang tiba-tiba saja menarik lengan bajunya secara halus. "Ah, tidak ... saya hanya sedang berjalan-jalan saja." Han Mi mengangkat tangan kanannya seraya memberikan isyarat menolak secara sopan kepada penjual tersebut.

Si penjual yang melihat hal itu hanya tersenyum dan segera menengok ke arah lain, menawarkannya kepada orang yang sedang berlalu lalang di sekitar sana. "Ayo! Ayo! Silakan, kainnya hanya 3 koin perak, kualitas dijamin bagus!"

"Silakan dilihat, ayo kemari, lihatlah tusuk rambut yang sedang digemari para wanita saat ini! Ayo silakan! Silakan! Persedian masih banyak, Anda para wanita akan terlihat cantik saat menggunakannya."

"Buah segar! Apel merah ini baru saja di datangkan dari perkebunan Chuxie, silakan dilihat, silakan dilihat. Nah, nona dan tuan lihatlah ini, warnanya sangat merah dan segar, 'kan? Ayo silakan segera dibeli sebelum kehabisan."

"Lobak putih yang sangat segar dari pertanian Hanzin. Ayo nyonya silakan dilihat!"

Han Mi memandang ke sekelilingnya, melihat berbagai macam kios yang menjual barang-barang menarik di sana. Indra pendengarannya seakan penuh hanya dengan mendengar suara para pedagang yang sedang berpromosi itu.

Lagi, ia menyuapkan sebutir manisan buah ke dalam mulutnya sendiri. Pandangannya seketika terkunci pada sekumpulan orang di kejauhan sana. "Apa yang terjadi? Kenapa suasananya terlihat begitu tegang?" gumamnya dengan mulut yang masih terus mengunyah.

Dengan cepat Han Mi melangkah mendekat ke arah kerumunan tersebut. Tangan kanannya mencolek lengan pria di sebelahnya. "Apa yang terjadi?" tanya Han Mi dengan suara merendah.

Ia menatap pada seorang pria yang berdiri dengan memegang kipas hitam yang terbuka, menutupi setengah wajah bagian bawahnya. Tanpa rasa bersalah pria itu menendang seorang anak laki-laki yang tangannya dipegang kuat oleh dua orang berpakaian seragam militer.

Prajurit? batin Han Mi.

"Tuan, kau tidak tahu? Anak laki-laki yang di sana itu telah mencoba untuk mencuri makanan dari tuan muda bangsawan Shen," balas pria itu dengan suara pelan.

"Tuan muda bangsawan Shen? Siapa?" Seketika itu juga Han Mi menengok ke arah kirinya, menunggu jawaban dari pria asing itu.

"Hhm ... kalau tidak salah ingat, dia adalah Putra ketiga dari keluarga bangsawan Shen." Pria itu melirik ke arah Han Mi, "Shen Gao Manjue," lanjutnya seraya berbisik.

Ternyata adik tiri Shen Dingxiang ya ..., batin Han Mi. "Aah ... ya, saya tahu ...," balas Han Mi cepat. Netra birunya segera berpaling menatap ke arah sosok tuan muda yang memiliki nama Shen Gao Manjue.

Untuk beberapa saat Han Mi hanya berdiam. Namun, seketika otaknya kembali berpikir, Untuk apa aku masih di sini? Ah, sudahlah. Aku tidak peduli, lagi pula ... apa urusannya denganku?

Tanpa memedulikannya lagi Han Mi berbalik dan ingin melangkah pergi, tetapi sebelum ia benar-benar melangkahkan kaki, tubuhnya seketika menegang di tempat saat mendengar ada seseorang yang berkomentar dengan kejadian barusan.

"Lihat, bukankah itu terlalu kejam? Tuan muda itu akan memotong kedua tangan anak tersebut. Bagaimanapun juga dia itu hanyalah seorang anak-anak. Tidak seharusnya melakukan hal sekejam itu."

"TIDAAK! KUMOHON ... TOLONG JANGAN LAKUKAN ITU, KUMOHON! JANGAN SAKITI GEGE. TOLONG LEPASKAN GEGE!" teriakan anak laki-laki yang terdengar begitu memilukan hati itu langsung membuat siapa pun terdiam. Orang yang berekerumun menatap malang pada anak berusia sekitar 5 tahun tersebut. Begitu pun dengan Han Mi, hatinya seakan sedang tertusuk pedang berkarat. Terasa nyeri dan sangat menyakitkan.

Tidak ..., batin Han Mi. Ia dapat dengan jelas merasakan penderitaan yang di alami si pemilik suara tersebut. Meskipun tak peduli pada bangsawan, bukan berarti Han Mi tidak menghiraukan kalangan bawah juga, dan sama halnya seperti sekarang. Ia sungguh sudah muak dengan pria bernama Shen Gao Manjue di depan sana.

Tubuhnya berbalik kembali, menatap sebuah pedang yang terlihat begitu mengilap sedang terangkat di udara. Dengan gerakan secepat kilat Han Mi telah berada di hadapan anak laki-laki tersebut. Embusan angin yang amat besar menerpa apa pun yang berada di sekitarnya. Tangan kanannya segera meraih sebuah pedang kecil dari saku di pinggang, dan menangkis pedang panjang tersebut dengan cepat.

Suara dentingan pedang yang saling beradu membuat semuanya terkejut bukan main. Terutama Shen Gao yang melangkah mundur untuk sesaat. Netra cokelat itu menatap tajam dari balik kipas lipatnya.

"Siapa kau?!" geramnya tertahan seraya melangkah maju ke tempatnya semula.

"Aku? Tentu saja seorang manusia, dengan jenis kelamin laki-laki. Untuk apa kau menanyakan sesuatu yang sudah terlihat jelas seperti itu?" bohong Han Mi dengan tatapan malas ke arah Shen Gao yang terlihat mulai tak bersahabat, "tuan muda Shen Gao Manjue," lanjut Han Mi dengan sebelah bibir terangkat, menampilkan senyum miring yang terlihat sedikit samar.

"Aku bertanya secara baik-baik terhadapmu, siapa kau dan tidakkah kau tahu apa yang barusan kau lakukan itu?" Dengan gerakan kasar Shen Gao menutup kipasnya.

"Di awal aku telah mengatakan bahwa aku ini laki-laki, dan tentu saja aku tahu apa yang sedang kulakukan ini," kata Han Mi dengan santainya. Ia sungguh tak peduli jika pria bertubuh ramping itu akan marah nantinya.

Han Mi membalikkan tubuhnya menghadap anak laki-laki yang ke dua lengannya sedang dipegang erat oleh seorang prajurit. Tatapannya terus menjelajahi setiap bagian tubuh anak laki-laki yang berada di bawahnya itu. Kondisinya tidak baik, pikir Han Mi. Netra birunya langsung menghujam pada dua prajurit yang berada di sana hingga membuat prajurit tersebut tersentak. Pandangannya seketika terhenti pada ikat kepala yang dipakai prajurit tersebut.

Warna cokelat, sungguh prajurit dari bangsawan Shen, ya ..., batin Han Mi. "Apa yang anak ini lakukan hingga kau berani untuk berbuat semena-mena seperti ini?" tanya Han Mi sarkas, tubuhnya berbalik menghadap Shen Gao yang sedang berdiri dengan tatapan marah.

"Itu bukanlah urusanmu. Lebih baik kau pergi dan jangan mengganggu," sergah Shen Gao cepat.

Shen Gao Manjue. Kau sungguh membuatku muak! "Apa hakmu untuk mengusirku begitu mudahnya?" tanya Han Mi seraya menatap marah pada Shen Gao.

Suara tawa tiba-tiba saja terdengar, Shen Gao Manjue tertawa lepas begitu saja. "Kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Putra ketiga dari keluarga bangsawan Shen," katanya penuh dengan rasa bangga seraya bersedekap sombong.

Han Mi yang sudah tak dapat menahan amarahnya lagi segera mengeluarkan sebuah jarum berukuran sedang. Melesat tepat di samping wajah Shen Gao dan menancap kuat pada dinding di belakangnya. Segores luka yang sedikit mengeluarkan darah tercipta di pipi mulus pria itu.

Kedu matanya terlihat membulat sempurna, ia amat terkejut dengan apa yang terjadi. " A—apa ya—yang kau lakukan?!" Perlahan kakinya melangkah mundur.

Han Mi menatap lurus Shen Gao tanpa ekspresi apa pun yang tercetak di wajahnya. "Bukankah sudah jelas apa yang kulakukan? Untuk apa kau bertanya lagi?"

"Pria sialan!" geram Shen Gao penuh amarah, "kalian! Cepat bunuh dia! Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja!" serunya menggebu-gebu.

Han Mi menatap sekelilingnya dalam diam. Empat orang prajurit kini tengah mengacungkan pedang dengan sangat berani ke arahnya. Kalian pikir, sedang melawan siapa, hah? batin Han Mi.

.

.

Bersambung.

Halohaa!!
Enggak berasa ODOC wH batch 3 sudah masuk hari ke-20 looh!

Gimana nih? Masihkah ada yang mantengin Jung Han Mi dan Kaisar Zhun? Kalau ada ... jangan lupa vote dan comment yaw. Tenang saja, saya enggak gigit kok, palingan cuma nerkam. Wkwkwk.

Lalu, saya tunggu krisar dari kalian!
Mau pedas, asin, manis, pahit ya silakan saja. Asalkan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Ocay?

Sampai bertemu di chapter selanjutnya!
Ho ho ho.
👋🏻😂💕

.

.

Naskah :
Jakarta, 14 Juli 2020

Publish :
Jakarta, 14 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro