Cp. 17 | Alasan yang Sia-Sia
Terik mulai menunjukkan taringnya. Terlihat begitu menyilaukan di atas langit hari itu. Tak terasa satu minggu telah berlalu setelah kejadian Han Mi berpura-pura sakit perut supaya ia tak datang menemui Kaisar Zhun di Istana Zuēwáng. Maksud hati ingin menghindar, Han Mi malah mendapatkan sesuatu yang lebih mengerikan. Ia benar-benar merasa seperti hidup di dalam neraka untuk beberapa lama.
Karena nyatanya tak hanya hari itu saja Kaisar Zhun meminta Han Mi untuk melayaninya--membantunya menyiapkan diri untuk berpakaian--melainkan, memintanya selama tujuh hari berturut-turut!
Entah kenapa Han Mi merasa kalau apa yang dilakukan Kaisar Zhun sekarang adalah pengganti dari hukuman pengasingannya di Paviliun Piānlín. Akan tetapi, seharusnya tidak menjadi seperti itu. Ia telah diculik dan pikirannya selalu mengarah pada Kaisar Zhun. Bahwa pria pemilik wajah rupawan itulah yang telah membuatnya pingsan lalu membawanya kembali ke Istana Zihuā. Jadi, itu bukanlah salahnya juga.
ARGH. Kalau diingat-ingat lagi aku jadi tambah kesal! Lebih baik berada di paviliun berhantu itu saja daripada harus dekat-dekat dengannya, batin Han Mi. Langkahnya terus menyusuri jalan dengan lantai kayu yang di sisi kanan-kirinya terdapat pemandangan indah. Taman dan pepohonan, serta danau yang terbentang luas dengan tanaman bunga teratai ungu. Hal itu sukses membuat Han Mi terkagum meskipun saat itu ia sedang dalam perdebatan batin memikirkan rencana melarikan diri selanjutnya.
Baiklah! Rencanaku kali ini pasti berhasil. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa menghindar darinya. Tenanganlah ... tenanglah Jung Han Mi. Sekarang kamu pasti bisa kembali ke Istana Zihuā dengan segera, pikir Han Mi dengan percaya diri.
Han Mi terus mengikuti langkah Kaisar Zhun dari belakang. Sebelumnya mereka telah mengunjungi kediaman utama keluarga bangsawan Shen untuk meninjau kasus di lapangan. Sejujurnya Han Mi bahkan berpikir hingga beberapa kali perihal kedatangan mereka secara langsung ke tempat tersebut.
Kaisar Zhun yang merupakan seorang penguasa tertinggi di Kekaisaran Zhun turun langsung ke lapangan hanya untuk memastikan kebenarannya? Hey, bukankah hanya dengan menyuruh Jenderal atau Komandan Prajurit beserta bawahannya saja sudah cukup?
Akan tetapi, pemikiran Kaisar Zhun berbeda dari mereka semua. Ia adalah tipikal orang yang harus turun tangan langsung menangani permasalahan tersebut, terkhusus untuk permasalahan besar dan berpengaruh terhadap keberlangsungan Kekaisaran Zhun.
Sesampainya di Istana Kekaisaran Kaisar Zhun memilih untuk segera kembali ke Istana Zuēwáng. Beristirahat dan melakukan jamuan makan pagi yang tertunda. Suasana hening kembali tercipta, hanya terdengar derap kaki yang memenuhi setiap lorong Istana yang mereka lewati.
Jenderal Li yang telah usai melakukan tugas mengawal Kaisar Zhun segera kembali melakukan tugas lainnya yang sempat tertunda. Kini ... hanya menyisakan Kaisar Zhun dan Han Mi. Perasaan canggung sangat dirasakan oleh Han Mi, bukan karena permasalahan hati atau cinta. Melainkan, lebih kepada rasa takut bahwa suatu saat ia dapat dibunuh oleh Kaisar Zhun secara langsung. Perasaan takut Han Mi sangat berbanding terbalik dengan keadaan Kaisar Zhun yang terlihat biasa saja, acuh tak acuh seperti tak terganggu oleh apapun.
Pembawaannya yang dingin dan selalu tenang bagai air membuatnya terlihat berkarisma dalam balutan hanfu yang dikenakannya. Walaupun seperti itu, sama sekali tak mengubah pandangan Han Mi terhadap sang Kaisar.
Hal itu tetap saja terlihat mengerikan, meskipun sosok pria tinggi yang berada di hadapannya itu ... tak dapat dipungkiri lagi bahwa pria itu memiliki karismatik yang begitu besar. Penuh akan pesona menggiurkan bagi kaum hawa. Alisnya yang tebal, netra hitam pekat yang dapat membuat siapa pun merasa terintimidasi, hidung mancungnya, juga bibirnya yang begitu seksi dengan warna merah muda alami, serta rahang kokohnya terbingkai bagai pahatan Dewa yang paling sempurna di wajah oval tersebut.
"Kau akan ke ruangan Zhen terlebih dahulu," kata Kaisar Zhun yang terdengar lebih mirip seperti perintah bagi Han Mi.
Han Mi mengangkat kepalanya, menatap punggung pria di depannya dengan penuh tanda tanya. Ia hanya terdiam seraya terus melangkahkan kakinya di belakang Kaisar Zhun. Meskipun Han Mi terlihat seperti tak terganggu, nyatanya ... langkah kakinya saat itu terasa sangat berat untuk mengikuti Kaisar Zhun.
Han Mi yang mulai menyadari perkataan Kaisar Zhun barusan langsung menatap punggung di hadapannya dengan kesal. APA-APAAN INI? Hey Iblis sialan, aku sudah merencanakan untuk kembali ke kediamanku! Sudah empat kali rencanaku gagal! Masa iya yang kelima ini juga harus gagal? Oh ayolah! jerit Han Mi dalam hatinya.
"Ampun Bixia, bukan maksud hati Ben gong untuk menolak niat baik Bixia Huang di. Namun, hari ini Ben gong sedang merasa lelah, dan membutuhkan waktu untuk istirahat sesegera--"
"Kau bisa beristirahat di tempat Zhen sejenak."
"Tap--"
"Zhen tidak menerima penolakan," tutur Kaisar Zhun yang langsung membuat Han Mi bungkam.
Ampun dah ... aku harus diam begini terus? batin Han Mi. Ia benar-benar ingin menangis, tetapi lagi-lagi tak ada air mata yang berhasil keluar. Sungguh mengenaskan, hasil karya Baek Ho Shik ternyata terus membekas hingga kehidupannya di sekarang.
Saat mereka ingin berbelok menuju jembatan penghubung antara ruang utama dengan ruang jamuan makan Kaisar Zhun, terlihat Kasim Wu dan Jenderal Li yang sudah menunggu segera memberikan salam kepada Kaisar Zhun yang berada hampir dekat dengannya. "Hormat kepada Yang Mulia Tuan Agung Kekasiaran Zhun, Sang Dewa Peperangan." Kasim Wu berlutut memberikan penghormatan penuh kepada sang Kaisar dan Permaisuri. Begitu pun dengan Jenderal Li yang berada di depan Kasim Wu.
Pria ini cepat juga, perasaan baru tadi pergi sekarang udah muncul lagi di depan mata. Dedikasinya untuk Kaisar Zhun memang gila! batin Han Mi seraya melirik ke arah Jenderal Li.
Kaisar Zhun yang melihat dua orang kepercayaannya itu menyambutnya langsung menghentikan langkah kakinya untuk sesaat, mendengarkan apa saja yang ingin disampaikan oleh Kasim Wu padanya.
"Jamuan makan siang telah dipersiapkan, Bixia dan Yang Mulia Permaisuri dapat langsung menuju ruang jamuan makan," jelas Kasim Wu seraya bangkit berdiri dan bergeser untuk memberikan jalan kepada Kaisar Zhun juga Han Mi.
Kaisar Zhun menatap Kasim Wu yang masih memberikan salam penghormatan di bawah sana. "Hm," deham Kaisar Zhun sebagai jawaban singkat. Pria itu kembali melangkah, diikuti dengan Han Mi yang berjalan tak jauh di belakang, juga Kasim Wu dan Jenderal Li yang berjalan di posisi paling belakang seraya bersisihan. Netra hitam milik sang Kaisar seketika berlabuh pada pohon bunga sakura yang berada di depan sana.
Pohon Sakura yang lumayan tinggi dan terlihat sudah mulai berbunga, begitu indah dipandang mata. Harum khas bunga serta air danau tercium jelas saat semilir angin berembus menerpa mereka, menimbulkan kesan sejuk yang dapat menenangkan hati.
Suara gemericik air juga ketukan khas dari bambu berukuran sedang yang berada di atas batu tengah-tengah kolam, tepat berada di bawah pohon sakura tersebut, terdengar begitu nyaring di keheningan Istana Zuēwáng. Suara-suara yang terdengar tak hanya menimbulkan sebuah kebisingan. Namun, memiliki sesuatu yang terasa menyenangkan ketika kau mendengarkannya secara langsung.
Perpaduan antara gemericik air, ketukan bambu dengan batu dan angin yang berdesir menggerakkan ranting-ranting serta dedaunan, terdengar bagai simfoni yang amat merdu, menusuk masuk ke indra pendengaran siapa pun yang berada di sana.
Termasuk Kaisar Zhun, ia dapat dengan jelas mendengar setiap bunyi yang berada disekitarnya. Kemampuan yang sangat istimewa dan berbeda dari manusia lainnya, adalah bawaan sejak lahir. Tatapannya seketika berpindah ke arah kirinya dengan tergesa, tertuju lurus pada satu titik di kejauhan sana. Menatap tajam pada punggung seseorang yang berada di dalam hutan bambu ke sukaannya.
"Wu Shoushan," panggil Kaisar Zhun seraya menghentikan langkahnya.
"Hamba di sini Bixia. Apakah ada sesuatu yang harus hamba lakukan?" Kasim Wu menunduk pelan seraya mengangkat tangannya yang saling bertaut ke arah depan.
Han Mi dan juga Jenderal Li yang melihat ke arah pandang Kaisar Zhun seketika terdiam. Menebak apa yang kira-kira sedang dipikirkan oleh pria tersebut, saat tadi tiba-tiba saja mengalihkan pandangan dengan gerakan cepat ke arah sisi sebaliknya.
.
.
Bersambung.
Naskah :
Jakarta, 10 Juli 2020
Publish :
Jakarta, 11 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro