Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cp. 14 | Paviliun Piānlín

Siang itu matahari sedang teriknya. Han Mi terlentang malas di paviliun kecil yang ada di tengah danau belakang Paviliun Piānlín. Tak terasa tiga hari telah berlalu dan selama itu pula ia merasa frustrasi. Namun, tetap mengisi waktunya dengan latihan fisik yang biasa dilakukan oleh Hwang Lien Tianba. 

"Akting bodoh pembawa sial!" dengus Han Mi seraya meninju udara di hadapannya.

"Enak sih bebas dari si Kaisar Iblis, tapi ... apaan nih? Aku cuma dapat jatah makan dua kali. Udah gitu paviliun ini katanya berhantu? Argh ... si sialan itu kayaknya beneran mau bunuh aku secara perlahan, ya?" Netra birunya menatap langit-langit paviliun yang berwarna cokelat. Kayu tua, tetapi terlihat begitu kokoh seperti tak termakan oleh waktu.

Sudah lama tak ditinggali, tapi seperti baru. Sebenarnya tempat macam apa ini? pikirnya. Han Mi perlahan bangkit, duduk menyandar pada batang kayu berukuran besar yang ada di sana. Tatapannya yang kini terlihat sendu menatap permukaan air yang berwarna keemasan, terlihat sangat menyilaukan hingga membuatnya sedikit menyipit.

Tiga hari sebelumnya aku isi dengan latihan fisik, tapi tetap saja aku benar-benar tak bisa berhenti untuk meratapi kemalanganku, juga keanehan yang mengganjal di hati saat terakhir kali bertemu dengannya. Bodoh! Memangnya apa gunanya aku memikirkan si iblis itu? pikir Han Mi lagi.

Napasnya kini terasa sesak kembali. Entah kenapa setiap ia membayangkan tatapan sendu dan senyum tipis serta ekspresi terakhir kali yang ditampilkan oleh Kaisar Zhun, hal itu berhasil membuat Han Mi menjadi kacau. Perasaan aneh yang saat itu ia rasakan selalu saja terngiang.

Dan, aku baru mengetahuinya kalau perasaanku berhubungan dengan kekuatan asli milik Hwang Lien Tianba. Perasaan bimbang dan tak ada kepastian bisa membuat ilmu sihir dan tenaga dalamnya menurun drastis. "Haah ...." Han Mi langsung menepuk kedua pipinya lumayan keras hingga menimbulkan suara yang memecah keheningan di paviliun tersebut.

"Oke! Aku enggak bisa begini terus. Benar-benar harus memikirkan langkah selanjutnya. Ayolah Jung Han Mi, sekarang adalah waktunya untuk bergerak!" Setelahnya, Han Mi berbalik ia memilih untuk kembali menuju Paviliun Piānlín, dan beristirahat di kamarnya.

***

Malam semakin larut. Sesosok pria bertubuh tinggi dalam balutan hanfu berwarna merah dan emas yang tertutup jubah berwarna hitam terlihat berdiri berdiam di balik bayangan kegelapan. Tudungnya menutupi wajahnya hingga sebatas dahi, menampilkan mata berwarna hitam pekat yang begitu menyeramkan saat terkena sinar bulan.

Dengan santainya pria itu duduk menyandar pada sebuah kursi batu yang amat terawat di paviliun kecil, mengangkat satu kakinya hingga terlipat di atas paha. Tangannya yang memegang sebuah kipas lipat terbuat dari bambu dan kertas berwarna putih ia pukulkan beberapa kali ke tangan kirinya.

"Lakukan tugasmu sesuai perintah. Jika ia mengalami sedikit luka di tubuhnya ... tak ada kompensasi sama sekali untuk jiwamu," kata pria tersebut dengan suara tegas. Netra hitamnya menatap tajam pada bawahannya yang sedang berlutut memberikan hormat di depan sana.

"Baik, hamba memohon undur diri melaksanakan perintah."

"Hhm," deham singkat yang sebagai jawaban membuat pria di bawah sana segera membungkuk memberikan penghormatan terakhir sebelum ia pergi. Dalam sekejap mata pria itu telah menghilang, menyatu dalam bayangan kegelapan yang sangat dikenalnya.

Malam itu adalah malam bulan purnama dan merupakan hari ke-4 sang Permaisuri berada di tempat pengasingan. Sebuah senyum miring tersungging di bibir pria berjubah hitam itu, tatapannya yang tajam dengan ekspresi tak terbaca di wajahnya membuatnya semakin terlihat begitu menyeramkan di bawah sinar keperakan sang rembulan.

"Aku tak percaya ... tetapi ia telah berhasil melakukannya. Perasaan ini yang sudah terkunci rapat di gunung es terdalam ternyata telah terbangkitkan," gumamnya. Lagi, sudut bibir itu semakin melebar membentuk sebuah senyum yang tak pernah diperkirakan oleh siapa pun. Perlahan senyum itu terlihat samar, seiring dengan bulan yang mulai tertutup oleh awan hitam di atas sana.

***

"Baiklah, aku sudah selesai," ucap Han Mi. Setelahnya ia membuka pintu kamar, kemudian berjalan cepat melewati lorong paviliun yang gelap. Di sini sama sekali tak ada penerangan dari obor ataupun lentera. Hanya ada cahaya bulan purnama yang menyinari Paviliun Piānlín.

Para Dayang atau Kasim yang datang kemari hanya diizinkan untuk mengantarkan jamuan makan di pagi dan sore hari, mereka tak mendapatkan perintah selain itu, dan tak diizinkan untuk bertindak sesukanya. Bukankah itu terlalu kejam untuk seorang Permaisuri yang memiliki kedudukan di sisi sang Kaisar?

Derap langkahnya yang semakin cepat dan terdengar memecah keheningan malam ia hiraukan begitu saja. Angin malam pegunungan mulai terasa berembus menerpa tubuh Han Mi yang terus berlari di tengah kegelapan malam, menimbulkan sensasi dingin menusuk tulang yang sungguh luar biasa menyiksa.

"Berhubung Hwang Lien Tianba memiliki ilmu sihir yang diturunkan oleh ayahnya. Bisakah kucoba untuk saat ini?" tanya Han Mi pada dirinya sendiri. Kakinya terus berlari dalam hutan bambu menuju jalan turun pegunungan seraya mengingat kembali kejadian yang pernah muncul di dalam ingatannya.

Hwang Lien Tianba ... izinkan aku menggunakan kekuatanmu, batin Han Mi. Lama ia berlari, Han Mi akhirnya melihat beberapa penjaga di bawah sana, langkahnya langsung terhenti seraya bersembunyi dibalik pohon besar yang tak jauh dari pintu masuk pegunungan.

Tangan kanannya segera terulur dengan telapak tangan mengarah ke depan. "Kōngqì. Shuǐ. Shǎndiàn," ucap Han Mi penuh penghayatan dengan suara pelan.

Dalam sekejap, delapan orang prajurit yang sedang berjaga di depan sana seakan telah terkena serangan listrik dengan kekuatan yang cukup tinggi hingga tak sadarkan diri. Tubuh tersebut terjatuh begitu saja ke atas tanah.

Han Mi segera mengalihkan pandangnya pada telapak tangan kanannya yang telah berubah warna menjadi sedikit lebih pucat dari sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena suhu rendah yang begitu menusuk.

"Baiklah, sepertinya ini tak terlalu sulit," gumamnya. Netra biru itu menatap tajam ke arah depan, kakinya kembali berlari dengan sangat cepat keluar dari pintu masuk gunung Piānlín. Secara perlahan ia mulai mengerti dengan kekuatan Hwang Lien Tianba, di tambah ... selama 3 hari sebelumnya ia telah melaluinya dengan latihan fisik secara ketat. Itu membuat gerakannya kini semakin lincah!

Namun, baru beberapa meter ia berhasil lari tiba-tiba saja sesosok pria mengenakan jubah berwarna hitam muncul dari balik bayang-bayang kegelapan, mendekat ke arahnya dari belakang. Dengan gerakan yang sangat cepat pria itu memukul bagian tengkuk Han Mi dengan lumayan kencang hingga Han Mi tak sadarkan diri.

Hampir setengah wajahnya tertutup tudung jubah yang dikenakannya. Tangannya begitu sigap menangkap Han Mi secara hati-hati. "Mohon Yang Mulia Permaisuri memaafkan kelancangan hamba ini," ucap pria tersebut dengan suara rendah.

Suasana malam yang diterangi cahaya bulan purnama membuat pria itu dengan mudahnya melihat wajah sang Permaisuri. Wajah yang begitu cantik dan sangat berbeda dari wanita pada umumnya di Kekaisaran Zhun.

"Sungguh keindahan yang dapat membuat siapapun akan tergiur untuk memilikinya," ucapnya tanpa sadar. Pria itu terdiam sejenak seraya terus menatap wajah Han Mi. Beberapa detik telah berlalu, dan akhirnya ia sadar akan apa yang sedang dilakukannya saat itu. Sesuatu yang sangat dosa untuk dilakukan, yaitu memandang secara langsung istri sang penguasa Kekaisaran Zhun. Sosok agung yang menjadi pendamping dari Zhun Qiang Duyi.

"Sekali lagi, hamba memohon maaf atas kelancangan hamba ini."

Setelahnya pria itu pergi secepat kilat, seraya menggendong tubuh Han Mi dengan penuh kehati-hatian. Berjalan di balik kegelapan yang tercipta di sela-sela sinar keperakan bulan purnama.

.

.

Bersambung.

Naskah :
Jakarta, 07 Juli 2020

Publish :
Jakarta, 08 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro