Cp. 12 | Perubahan Rencana
Hari mulai menggelap. Han Mi yang telah melakukan jamuan makan malam kini terduduk di pinggiran ranjangnya. Setelah mengetahui bahwa suami Hwang Lien Tianba ternyata adalah Zhun Qiang Duyi yang merupakan tokoh antagonis di dalam komik 'The Dark', saat itu juga Han Mi bertekad untuk menjauhi Kaisar Zhun.
Begitupun dengan keadaannya sekarang. Han Mi telah bersiap untuk menjalankan rencana pertamanya. Dengan jantung yang berdegup kencang ia memandang pintu kamar peraduannya. "Sepertinya sudah masuk jam tidur. Baiklah ... aku akan ganti baju terlebih dahulu," ucapnya seraya bangkit dan berjalan menuju peti untuk menyimpan pakaiannya.
Namun, belum sempat Han Mi sampai di sana sebuah suara dari arah luar membuatnya mematung di tempat. "Liu Yi Ze memberikan hormat kepada Yang Mulia Permaisuri. Hamba datang bersama dengan Kasim Yu ingin menyampaikan pesan dari Bixia Huang di," kata Dayang Liu seraya memberikan salam penghormatan tepat di depan pintu masuk kamar peraduan sang Permaisuri.
"Aduh ... untuk apa si Kaisar Iblis itu kirim pesan segala?" gumam Han Mi menatap pintu kamarnya dengan horor. Perlahan kakinya melangkah dengan perasaan gelisah yang menyelimuti hati.
"Aduh ... aduh ... ah, ya ampun. Kenapa sekarang aku jadi sering ngomong aduh, aduh, begini sih?" Tubuhnya meluruh ke atas lantai, berjongkok seraya tangannya memegang kepala. Mengacak surai hitam sepinggangnya dengan frustasi.
Dalam posisinya saat itu, Han Mi akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Apa isi pesannya?"
"Menjawab Yang Mulia Permaisuri. Hamba adalah Kasim Yu, asisten dari Kasim Wu. Bixia Huang di mengatakan bahwa malam ini Bixia akan bermalam di Istana Zihuā."
"HAH?!" Han Mi langsung menutup bibirnya dengan rapat, "Aih, kalau bersangkutan sama dia, kenapa mulutku ini jadi enggak bisa dikontrol juga sih," lanjut Han Mi dengan suara pelan. Tangan kirinya menggaruk kembali kepalanya yang tak gatal.
Sedangkan Dayang Liu dan Kasim Yu yang berlutut di depan pintu pun merasa terkejut, mereka saling berpandangan, ekspresi khawatir tercetak jelas di wajah masing-masing. "Yang Mulia! Apakah Anda baik-baik saja?!" tanya Dayang Liu dan Kasim Yu secara serempak.
"A--ah ...." Untuk sesaat Han Mi terdiam di posisinya, "Ben gong baik-baik saja. Oh ya, berhubung Bixia akan bermalam di sini, tolong kalian berdua siapkan teh herbal dan juga dupa yang memiliki aroma yang lembut dan menenangkan untuk Bixia."
"Baik Yang Mulia Permaisuri, Hamba dan Kasim Yu memohon undur diri untuk melaksanakan perintah." Setelahnya Dayang Liu dan Kasim Yu memberikan penghormatan terakhir sebelum akhirnya bangkit dan pergi dari sana.
"Aku harus bagaimana?" tanya Han Mi dengan ekspresi wajah yang sudah kacau. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Kaisar Zhun akan datang ke tempatnya.
Sepengetahuannya, sesuai dengan alur dalam komik yang pernah ia baca seharusnya tidak ada adegan seperti itu, terlebih lagi ... selama Kaisar Zhun menikah dengan Hwang Lien Tianba, pria itu tak pernah berkunjung ke kediaman wanita tersebut. Lalu sekarang apa? Tak ada hujan topan, bahkan tak ada petir menggelegar, tetapi pria tersebut menghampirinya?
"Aduh, aku harus bagaimana?!" jeritnya frustrasi. Han Mi segera bangkit, kakinya melangkah tak tentu arah, mondar-mandir hingga membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan pusing, dan berpikir bahwa Han Mi terlihat seperti sebuah benda bernama setrika.
"Rencana pertamaku adalah kabur dari tempat ini sesegera mungkin, dan menjauh dari Kaisar Zhun si iblis sialan itu. Hwang Lien Tianba ... kau ini menipuku, 'kan? Kebahagian apa yang bisa kuambil di sini? Ini tak ada bedanya dengan kehidupanku sebelumnya. Haish! Sialan!"
Netra biru itu seketika terpaku pada sesosok bayangan yang melintas, terlihat dari jendela di sisi kirinya, dan itu menandakan bahwa sebentar lagi akan ada seseorang yang tiba di depan pintunya.
"Bixia telah tiba!" Sebuah suara seorang pria dari arah luar kamar peraduannya langsung membuat Han Mi semakin panik. Dengan tergesa ia melangkah menuju ranjang, berjalan mondar-mandir kembali seraya menggigiti kuku ibu jari kanannya.
"Kan ... matilah aku--ah! Aku tahu apa yang harus kulakukan." Tanpa banyak berpikir lagi Han Mi langsung meraih cangkir berisi air putih dan mencipratkan beberapa air tersebut ke wajah serta lehernya, tidak lupa juga sedikit ia cipratkan ke hanfu tidur berwarna biru muda yang dikenakannya saat itu.
"Sip!" Setelahnya Han Mi segera naik ke atas ranjang, kemudian menarik selimut hingga sebatas pinggang. Meskipun menyakitkan, tetapi Han Mi sengaja menggigit bibirnya hingga menimbulkan bekas berwarna kemerahan.
"Sshhh ... oke, aku sudah siap. Saatnya perang dimulai," gumam Han Mi yang akhirnya meringkuk ke arah kiri, membelakangi pintu masuk kamarnya.
Kriet ....
"Silakan Bixia," ucap Kasim Wu pada Kaisar Zhun.
Kaisar Zhun yang melihat hal tersebut segera melangkah masuk ke dalam kamar peraduan sang Permaisuri. Netra hitam pekatnya langsung tertuju lurus pada tubuh yang terbaring di atas ranjang. Terlihat sedang meringkuk dengan bahu yang sedikit bergetar.
Apa yang dilakukannya? batin Kaisar Zhun. Langkahnya perlahan mendekat pada Han Mi di atas ranjang.
"Shh ... aduh ...," erang Han Mi pelan seraya menekan perutnya. Kumohon, semoga ini berhasil, do'a Han Mi dalam hati. Dengan mata terpejam, ia mencoba untuk menghayati peran yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
Kaisar Zhun yang melihat hal tersebut terdiam di tempat, berdiri tepat di belakang tubuh Han Mi. Ekspresi terkejut mulai terlihat, tangan kanannya yang bebas langsung terangkat ingin menyentuh bahu Han Mi. Namun, ia sedikit ragu.
"Niang ... niang ... a niang[1] ... sshh ...." Lagi, Han Mi semakin terlihat begitu kesakitan, tubuhnya terlihat dibasahi oleh keringat yang muncul karena perasaan tegang.
Kaisar Zhun yang mendengar erangan dan rintihan Han Mi tanpa pikir panjang lagi langsung menyentuh bahu wanita itu. "Apa yang terjadi?" tanya Kaisar Zhun panik saat ia membalikkan tubuh Han Mi.
Kedua matanya melotot sempurna, ia terkejut bukan main saat wajah dan pakaian Han Mi terasa sedikit basah pada bagian leher, dada dan punggung, bibirnya pun terlihat begitu memerah karena sedari tadi Han Mi menggigitnya.
"Hey, Hwang Lien Tianba. Sadarlah!" ucap Kaisar Zhun dengan nada yang sedikit meninggi.
"Wu Shoushan!" teriak Kaisar Zhun, suara baritonnya langsung memecah keheningan malam di ruangan tersebut.
Kasim Wu yang masih berjaga sebentar di dekat pintu sebelum memutuskan untuk pergi, seketika tersentak. Tubuhnya segera berbalik dan membungkuk di depan pintu peraduan. "Hamba di sini, Bixia," ucapnya cepat dengan penuh penghormatan.
"Panggilkan Gui Wenyan sekarang juga!" perintah Kaisar Zhun tegas. Tangannya perlahan membaringkan tubuh Han Mi kembali di atas ranjang.
"Baik, Bixia."
Gila! Aku sungguh berbakat, batin Han Mi. Di sela-sela kelegaannya bahwa Kaisar Zhun sudah tertipu Han Mi kembali melanjutkan aksinya. "Aaah ... sa--kit ...," erangnya pelan.
Eh? Tunggu sebentar, tadi dia memanggil Gui Wenyan? Itu artinya Tabib Istana akan datang kemari? Eeeh?! Jung Han Mi bodoh! Aduh, bodohnya dirimu! batin Han Mi frustrasi.
Seketika itu juga Han Mi merasa tak tenang, kepanikan mulai terlihat di wajahnya, keringat di tubuhnya keluar semakin banyak, bahkan wajahnya pun perlahan mulai memucat.
Selang beberapa lama, Tabib Gui tiba di kamar peraduan Permaisuri secara tergesa. Napasnya yang tersengal-sengal terlihat begitu kentara saat ia mulai berbicara.
"Gui Wenyan ... menghadap pada Bixia ... sesuai perintah," Tabib Gui berlutut beberapa langkah di hadapan Kaisar Zhun dengan penuh hormat.
"Kemarilah. Periksa dia secepatnya," perintah Kaisar Zhun seraya sedikit menggeser tubuhnya, saat Tabib Gui perlahan mendekat. Pandangannya tertuju pada sang Permaisuri yang sedang meringkuk menahan sakit di perutnya.
"Hamba akan mulai melakukan pemeriksaan," ucap Tabib Gui dengan sopan ke arah Kaisar Zhun dan juga Han Mi yang sebenarnya sedang dalam kondisi panik bukan main, tetapi ia terpaksa harus terus menjalankan aktingnya itu.
Aduh ..., pikir Han Mi. Wanita itu masih mengerang kesakitan, menyempatkan diri untuk membuka sedikit matanya. Menatap ke arah Tabib Gui yang sedang terduduk di tepi ranjang seraya memegang pergelangan tangannya. Memeriksa denyut nadinya, apakah ada masalah atau tidak seperti yang terlihat saat itu.
"Aah ... sakit ...." Netra biru tersebut, sedikit mengalihkan pandang ke arah belakang Tabib Gui, di mana Kaisar Zhun tengah berdiri dalam diam. Tatapan tajamnya tak luput dari pergelangan tangan sang Permaisuri yang sedang digenggam oleh Tabib Gui.
Sepertinya aku bisa memberi sedikit kode pada si Gui Wenyan ini, batin Han Mi dengan yakinnya.
Di saat Han Mi tengah berusaha untuk menarik perhatian pada Tabib Gui, dengan cara menyolek pinggang kanan pria muda itu menggunakan tangan kirinya, tiba-tiba saja pandangan mereka bertemu, dan itu berhasil!
Tujuan utama Han Mi tercapai, tetapi ... ketika Han Mi memberikan isyarat menggunakan matanya, dengan cara memberikan delikan pada pria itu kemudian berpaling pada tangannya yang sedang diperiksa, dan kembali lagi pada netra hitam di hadapannya. Namun, tetap saja pria itu tak mengerti apa maksud dari kode yang sudah Han Mi berikan.
Hingga akhirnya, wanita tersebut mengedipkan sebelah matanya supaya Tabib Gui mengerti dan mau berbohong tentang hasil pemeriksaannya. Itu ekspektasi yang Han Mi harapkan, tetapi ... ternyata benar adanya kalau realita itu lebih kejam dari pada ibu tiri.
Sebuah senyum tersungging di bibir Tabib Gui saat melihat hal tersebut. "Hamba telah selesai Yang Mulia Permaisuri."
Wah, sialan ... dia malah senyum! Han Mi semakin mendelik tajam ke arah Tabib Gui, tetapi ia segera menyudahinya dengan cepat saat suara Kaisar Zhun terdengar.
"Bagaimana?" tanya Kaisar Zhun yang akhirnya mengalihkan tatapannya ke arah wajah Tabib Gui.
"Menjawab Bixia. Yang Mulia Permaisuri dalam keadaan baik, dan tidak ...." Tabib Gui sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapannya seketika berpaling pada Han Mi yang sudah terlihat begitu pucat.
"Lanjutkan," perintah Kaisar Zhun tak sabar.
Han Mi kembali melotot ke arah Tabib Gui. Namun, Tabib Gui menghiraukannya begitu saja. Pria berperawakan tinggi itu memilih untuk menghadap pada Kaisar Zhun. "Yang Mulia Permaisuri tidak sakit apapun," kata Tabib Gui pada akhirnya.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong Han Mi tak dapat berkutik lagi. Bibirnya seketika terkunci rapat dan tak mengeluarkan suara-suara kesakitan apapun.
Kaisar Zhun yang kini berdiri di sisi ranjang langsung menghadap pada Han Mi yang masih saja meringkuk. Tatapan tajam Kaisar Zhun menghujam pada wanita itu. "Jelaskan kepada Zhen."
Eh? Han Mi semakin memejamkan matanya rapat, ia bahkan mematung di tempatnya saat merasakan ruangan yang semula hangat kini terasa menjadi lebih dingin. Napasnya pun terasa amat berat.
Ini benar-benar malapetaka, sejak kapan Kaisar Iblis ini meminta sebuah penjelasan? Dia kan biasanya main hakim sendiri! jerit Han Mi dalam hati. Takut-takut ia membuka matanya saat Kaisar Zhun mulai berbicara kembali.
"Saat ini Zhen sedang lelah. Tidak ingin membahas apapun. Zhen akan membahas kejadian ini besok pagi di ruang takhta setelah penyampaian keluhan para Pejabat dan Menteri selesai." Tanpa ekspresi apapun yang terlihat Kaisar Zhun masih menatap tajam pada Han Mi yang kini menatanya balik dengan ekspresi tak percaya.
A--apa-apaan ini?! Bagaimana bisa dia membahas masalah pribadi dengan istrinya di ruang takhta!? Untuk kesekian kalinya di malam itu, Han Mi sepertinya benar-benar akan tersambar petir.
.
.
Bersambung.
[1] Niang / A niang : Ibu, salah satu cara memanggil ibu. Biasanya dipasangkan dengan Die / A die.
.
.
Naskah :
Jakarta, 06 Juli 2020
Publish :
Naskah, 06 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro