Cp. 09 | Meninggalkan Jejak Mengerikan
"Liu Yi Ze memberikan hormat kepada Yang Mulia Tuan Agung Kekaisaran Zhun, Sang Dewa Peperangan!" Dayang Liu yang berada di samping Han Mi langsung memberikan salam penghormatan kepada pria yang berdiri di seberang tempat duduk Permaisurinya.
Sungguh, kepala Dayang Istana Zihuā yang merupakan Dayang pribadi permaisuri tak dapat di anggap remeh begitu saja. Beberapa detik lalu Dayang Liu terlihat sangat ketakutan, tetapi sekarang ia mengucapkan kalimat tersebut dengan lancarnya dan sangat profesional.
Sedangkan Han Mi, sejak tadi hanya bisa mematung menatap ke arah pria yang merupakan Kaisar Zhun dan dipanggil dengan Bixia Huang di itu. Netra hitam pekat milik Kaisar Zhun pun sedari tadi tak luput dari Han Mi ... hingga membuat wanita tersebut merasa tak kuat dan memutuskan untuk segera menunduk.
Karakternya di dalam komik ternyata enggak main-main, dari tatapannya aja dia udah nyeremin begini, batin Han Mi.
"Hamba mengucapkan selamat datang kembali di Istana kepada Bixia Huang di. Hamba juga mengucapkan selamat datang kembali kepada Jenderal Li dan Jenderal Shaoqing, serta Tabib Gui. Hamba amat bersyukur karena para Dewa telah memberikan berkah melimpah kepada Kekaisaran Zhun ini." Dayang Liu melanjutkan ucapannya dengan suara yang terdengar sangat tenang dan penuh hormat.
Sedangkan Han Mi? Saat iitu masih duduk membeku dengan kepala tertunduk dalam seraya menatap tangannya yang sedang meremas hanfu putih yang dikenakan olehnya saat itu. Sialan. Hwang Lien Tianba ... kau menipuku, kan? tanya Han Mi amat kesal di dalam hatinya.
Di sela-sela ketegangan yang tercipta tiba-tiba saja Shaoqing Yuwen memberikan salam penghormatan kepada Kaisar Zhun, "Putri ini memberikan hormat kepada Yang Mulia Tuan Agung Kekaisaran Zhun, Sang Dewa Peperangan." Suara Shaoqing Yuwen terdengar dari arah luar pintu kamar peraduan Han Mi.
"Aiyaaa ... Bixia, Putri ini memohon kepada Bixia. Tolong berikan keadilan untuk Putri ini," mohon Shaoqing Yuwen dengan suara yang terdengar manja.
Hal itu sukses membuat Han Mi tersentak hingga mengangkat kepalanya tanpa memedulikan bahwa di seberangnya saat itu ada Kaisar Zhun yang masih berdiri diam seraya terus menatap ke arah Han Mi. Sebuah kerutan muncul di dahi Han Mi, wanita itu menatap tak percaya ke arah Shaoqing Yuwen. Dari sisi kanan tubuh Kaisar Zhun, Han Mi dapat melihat Shaoqing Yuwen yang berjalan dengan gaya lemah gemulai yang membuat Han Mi darah tinggi.
Dia ... benar-benar melakukan hal itu? Hey Shaoqing, apa kau gila? batin Han Mi. Netra biru itu terus menatap Shaoqing Yuwen dengan pandangan sedikit jijik saat dengan manjanya Shaoqing Yuwen menempel di lengan Kaisar Zhun.
"Putri menjadi seperti ini karena Yang Mulia Permaisuri telah memukuli Putri. Padahal Putri ini hanya ingin memberikan ucapan selamat atas kesembuhan Permaisuri beberapa waktu yang lalu. Mohon Bixia memberikan keadilan kepada Putri ini." Kali ini bahkan Shaoqing Yuwen berani menunjuk-nunjuk ke arah Han Mi yang sedang diam saja di tempatnya. Melihat hal tersebut Han Mi refleks langsung memalingkan wajahnya.
"Cuih, beraninya mengadu? Kamu enggak tahu aja dia kayak gimana," gumam Han Mi menggunakan bahasa Korea, di mana bahasa itu adalah bahasa yang selalu ia gunakan di kehidupan sebelumnya, dan sangat berbeda dengan kehidupannya sekarang, yang lebih menuju pada bahasa China tradisional.
Meskipun awalnya Han Mi bingung bagaimana bisa ia menggunakan dan mengerti bahasa di dunia itu. Namun, pada akhirnya Han Mi menyerah dan lebih memilih untuk mengikutinya begitu saja.
Hening beberapa saat, hingga tanpa di duga dengan gerakan kasar Kaisar Zhun melepaskan tangan Shaoqing Yuwen yang bergelayut manja di lengan kanannya itu. Wajahnya sama sekali tak menampilkan ekspresi apapun, dan itu membuat Han Mi semakin merasa ngeri saat melihatnya.
Sedangkan Shaoqing Yuwen yang kini berdiri di belakang Kaisar Zhun terlihat sedang mengerucutkan bibirnya kesal karena usahanya kali ini pun gagal. Dengan tatapan tajam Shaoqing Yuwen menatap Han Mi, memberikan isyarat bahwa ia selalu memperhatikan Han Mi kapanpun itu.
Han Mi yang lagi-lagi melihat ke arah wanita tersebut sungguh tak peduli dengan apa yang dilakukan Shaoqing Yuwen padanya barusan. Matanya beralih dengan malas ke arah lain yang tak sengaja malah melihat sang Kaisar. Suhu yang semula terasa normal, tiba-tiba saja menjadi dingin. Han Mi dengan jelas merasakan perubahan drastis itu di kulitnya yang saat itu kebetulan tidak memakai pakaian berlapis.
Tunggu, jangan bilang kalau dia ..., Han Mi semakin terdiam saat dadanya menjadi sedikit sesak, dan perasaan aneh itu sungguh membuat Han Mi merasa tak nyaman. Membuatnya ingin keluar dari ruangan itu sesegera mungkin. Perasaan ini, aku enggak mungkin salah, suasana hatinya sedang enggak baik, batin Han Mi. Ia bahkan tak berani untuk melihat ke arah pria yang berdiri tak jauh di depannya itu.
Dengan gerakan cepat Han Mi bangkit dan berjalan sedikit ke arah samping, berlutut di atas lantai kayu kamar peraduannya dengan posisi khidmat memberikan salam penghormatan. "Ben gong memberikan salam kehormatan kepada Yang Mulia Tuan Agung Kekaisaran Zhun, Sang Dewa Peperangan. Selamat datang kembali di Istana Kekaisaran Zhun. Ben gong amat bahagia karena Bixia serta yang lainnya kembali secepat ini dengan selamat," ucap Han Mi dengan kepala tertunduk dan tangan yang terangkat di depan dahi.
Ia memang berhasil mengeluarkan suaranya dengan baik dan memberikan tindakan yang begitu meyakinkan, tetapi tidak di dalam hatinya. Ia sungguh bergelut bukan main menahan rasa takut yang semakin menyeruak tak terkendali.
"Berdirilah," perintah Kaisar Zhun. Nada bicaranya yang stabil dan datar seperti biasa membuat Han Mi sedikit merasa lega. Hal ini dikarenakan jika Kaisar Zhun seperti itu, artinya Kaisar Zhun sedang dalam kondisi hati yang tenang.
Seenggaknya sekarang dia sudah lebih baik. Dasar Shaoqing Yuwen kurang ajar, berani-beraninya dia membangunkan naga yang sedang tertidur, batin Han Mi. Perlahan wanita tersebut bangkit dengan kepala yang masih tertunduk.
Kaisar Zhun yang berdiri di tempatnya pun masih saja menatap Han Mi tanpa ada rasa ingin mengalihkan pandang ke arah lain. "Liu Yi Ze, bimbing Permaisuriku ke ranjangnya," perintahnya pada Dayang Liu.
"Baik, Bixia." Dayang Liu memberikan penghormatan sebelum akhirnya menghadap pada Han Mi yang berada di hadapannya. Dari arah samping Dayang Liu meminta izin terlebih dahulu pada Han Mi, "Ampun Yang Mulia Permaisuri, izinkan hamba untuk menggenggam tangan Yang Mulia."
Han Mi yang berdiri dengan kepala tertunduk menengok ke arah kanan, memandang dengan sebelah alis terangkat. Ia sungguh bingung bagaimana harus menyikapinya. Tidak hanya Kaisar Zhun yang bersikap aneh, tapi semua orang yang ada di ruangan tersebut membuatnya sakit kepala. Di tambah lagi ... haruskah Han Mi tidur kembali? Ia bahkan tak mengantuk sama sekali, dan baru saja ia merasakan kebebasan, tetapi sekarang sudah harus terkurung lagi?
"Zhen akan kembali ke Istana Hitam," ucap Kaisar Zhun seraya berbalik dan berjalan keluar dari kamar peraduan Han Mi, "Shaoqing Tong Mu, bawalah adikmu kembali ke kediaman utama Shaoqing," lanjut Kaisar Zhun tanpa menoleh sedikitpun.
Jenderal Shaoqing yang sedang menunduk seketika mengangkat wajahnya. Namun, ia kembali menunduk seraya membalas ucapan Kaisar Zhun, "Baik Bixia, hamba akan membawanya kembali sesuai perintah."
Jenderal Li dan Tabib Gui yang berdiri di sebelah Jenderal Shaoqing saling berpandangan. Mereka merasa aneh dengan tingkah laku sang Kaisar. Permasalahannya adalah, Kaisar Zhun yang memiliki nama asli Zhun Qiang Duyi itu tak pernah berprilaku lembut pada wanita manapun. Menyuruh Permaisurinya untuk kembali beristirahat? Oh, apakah dunia sebentar lagi akan kiamat?
Tabib Gui yang melihat Kaisar Zhun telah melangkah keluar segera menyenggol lengan Jenderal Shaoqing supaya membawa Shaoqing Yuwen sesuai perintah sang Kaisar, kemudian bergegas menarik lengan Jenderal Li. Akan tetapi, usahanya tak berhasil. Jenderal Li menahan tangannya seraya memberikan delikan ke arah Tabib yang mengenakan hanfu berwarna hijau, berusaha memberinya sedikit kode supaya pria tersebut sadar.
Setelahnya Jenderal Li menghadap ke arah sang Permaisuri, menghiraukan Tabib Gui yang menatapnya aneh. "Hamba memberikan salam kepada Yang Mulia Permaisuri. Hamba juga mengucapkan selamat atas kesembuhan Yang Mulia," Jenderal Li menunduk dengan penuh hormat. "Hamba memohon undur diri untuk segera kembali mengawal Bixia Huang di," lanjutnya seraya membungkukkan tubuhnya lebih rendah dengan tangan yang saling bertemu di depan dahinya.
Han Mi yang sudah terduduk di pinggiran ranjangnya menatap lurus pada Jenderal Li. "Pergilah," ucap Han Mi memberikan izin atas ucapan Jenderal Li barusan.
Tabib Gui yang melihat hal tersebut seketika menepuk dahinya sendiri. Sial! Aku lupa memberikan salam penghormatan pada Permaisuri, batin Tabib Gui. Secepat kilat ia mengangkat tangannya seraya berlutut di atas lantai tersebut.
"Hormat kepada Yang Mulia Permaisuri, hamba juga memberikan selamat atas kesembuhan Yang Mulia, dan memohon untuk undur diri secepatnya," ucap Tabib Gui penuh hormat, kemudian merunduk memberikan penghormatan terakhir.
Setelahnya, Han Mi dibuat semakin bingung karena Tabib Gui tak kunjung pergi dari hadapannya. Ih, ini apaan sih? Mereka masih sempat-sempatnya di sini? Kaisar Iblis sudah jalan duluan, yang ada mereka kena murkanya, batin Han Mi.
"Lebih baik kau bergegas sebelum suasana hati Bixia Huang di berubah menjadi lebih buruk," kata Han Mi cepat. Netra birunya menatap Tabib Gui yang kembali menunduk dan segera berbalik, menampilkan punggung yang menghilang dibalik pintu kamar peraduannya yang rusak.
"Aduh, yang benar saja. Aku harus menerima salam kayak gini setiap hari?" gumamnya menggunakan bahasa Korea. Ekspresi wajahnya seketika berubah lesu. Bahunya merosot begitu saja.
"Liu, tolong bantu aku ambilkan secangkir air," mohon Han Mi seraya menepuk-nepuk dengkulnya yang masih sedikit nyeri. Merasa tak ada pergerakan dari arah sampingnya, Han Mi mengangkat langsung menengok ke arah di mana Dayang Liu berdiri.
"Kamu--eh?" Wanita itu seketika terdiam saat mendapati ekspresi penuh kebingungan yang terpampang jelas di wajah Dayang Liu.
"Ya--yang Mulia ... Anda dapat menggunakan bahasa kuno ... yang tak dimengerti sembarang manusia?" bisik Dayang Liu dengan sedikit terbata ke arah Han Mi.
BAHASA KUNO APANYA? batin Han Mi tak percaya dengan apa yang diucapkan Dayang pribadinya itu. Merasa aneh sendiri, akhirnya Han Mi tertawa pelan, dan belum sempat ia mengeluarkan kata-kata untuk membalas ucapan Dayangnya tiba-tiba saja Jenderal Shaoqing mulai berbicara.
"Shaoqing Tong Mu memberikan salam kepada Yang Mulia Permaisuri. Hamba mengucapkan selamat atas kesembuhan Yang Mulia Permaisuri," ucap Jenderal Shaoqing seraya berlutut, "hamba pantas mendapatkan hukuman dari Yang Mulia Permaisuri!" lanjut Jenderal Shaoqing seraya bersujud hingga terdengar suara cukup keras, yang menandakan bahwa dahi pria bertubuh sedang ini menyentuh lantai kayu lumayan kencang.
"Hah?" Han Mi melongo hebat dibuatnya. Netra birunya menatap ke arah Jenderal Shaoqing yang tengah bersujud seraya menarik lengan adiknya supaya ikut bersujud di sebelahnya, tetapi hal itu di tangkis oleh Shaoqing Yuwen. Wanita itu merasa enggan untuk memberikan permintaan maaf dan memberikan penghormatan pada sang Permaisuri.
Jenderal Shaoqing yang merasa tak dihiraukan oleh adiknya sendiri akhirnya menarik secara paksa tangan kurus tersebut hingga Shaoqing Yuwen terjatuh di sebelahnya. "Gēgē [1], kenapa seperti ini sih?!" seru Shaoqing Yuwen tak terima.
"Ini karena hamba tidak mendidik Adik hamba dengan benar sehingga ia menjadi putri yang sangat tidak menghormati Yang Mulia Permaisuri."
"Aduh ...." Han Mi langsung memijat pelipisnya, ia benar-benar merasa sakit kepala menyaksikan semua kejadian hari itu. Baru saja terbangun dari masa kritis, tetapi sudah dihadapkan pada kenyataan menyakitkan dan menyebalkan yang tak masuk akal.
"Baiklah-baiklah, segera berdirilah kalian berdua. Ben gong sudah memaafkannya," ucap Han Mi ke arah Jenderal Shaoqing. Beberapa detik setelahnya Han Mi mengalihkan pandang pada Shaoqing Yuwen yang bersujud di samping kiri Jenderal Shaoqing, tatapannya langsung terlihat menajam seraya berkata, "Akan tetapi, jika di lain waktu Ben gong masih melihat tak ada perubahan, tolong jangan salahkan Ben gong bertindak kejam seperti tadi, Shaoqing Yuwen."
Setelahnya Han Mi sedikit menyentuh tangan Dayang Liu dan menunjuk pada secangkir air yang tadi bekas ia minum di atas meja. Dayang Liu yang mengerti pun segera melakukan tugasnya dengan cekatan.
"Hamba sangat berterima kasih kepada Yang Mulia Permaisuri. Sekali lagi hamba mengucapkan terima kasih atas nama keluarga bangsawan Shaoqing. Hamba akan mendidiknya lagi dengan ketat. Terima kasih Yang Mulia Permaisuri," ucap Jenderal Shaoqing dengan penuh penyesalan.
SIALAN. Kenapa kau harus mengulangnya berkali-kali, sih? Aduh kepalaku ..., pikir Han Mi. Lagi-lagi tangannya terangkat dan memijat pelan kepalanya yang terasa pening.
"Shaoqing Tong Mu dan Shaoqing Yuwen memohon undur diri dari hadapan Yang Mulia Permaisuri--"
"Ya, cepatlah kalian kembali. Ben gong ingin beristirahat," potong Han Mi cepat sebelum pria itu berbicara semakin panjang lagi. Tanpa berkata apa-apa, Jenderal Shaoqing dan adiknya segera bangkit, memberikan penghormatan terakhir sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar peraduan sang Permaisuri.
.
.
Bersambung.
Glosarium:
[1] Gēgē, dalam bahasa mandarin artinya kakak laki-laki. Biasanya digunakan oleh adik perempuan untuk memanggil kakak laki-lakinya.
.
Naskah :
Jakarta, 02 Juli 2020
Publish :
Jakarta, 03 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro